KERETA KENCANA
( Les Chaises )
Karya : Eugene Ionesco
Terjemahan : W.S. Rendra
( WAKTU LAYAR DIBUKA PANGGUNG GELAP DAN SUNYI, KEMUDIAN TERDENGAR SUARA)
………………… Wahai, Wahai……………….. Dengarlah engkau dua orang tua yang selalu bergandengan, dan bercinta, sementara siang dan malam berkejaran dua abad lamanya.
Wahai, wahai dengarlah !
Aku memanggilmu. Datanglah berdua bagai dua ekor burung dara. Akan kukirimkan kereta kencana untuk menyambut engkau berdua. Bila bulan telah luput dari mata angin, musim gugur menampari pepohonan dan daun-daun yang rebah berpusingan.
Wahai, wahai !
Di tengah malam di hari ini akan kukirimkan kereta kencanaa untuk menyambut engkau berdua. Kereta kencana, 10 kuda 1 warna.
( EMPAT KETUKAN, SETELAH ITU NENEK MASUK DENGAN LILIN MENYALA. DUHAI GUGUPNYA)
NENEK
( Les Chaises )
Karya : Eugene Ionesco
Terjemahan : W.S. Rendra
( WAKTU LAYAR DIBUKA PANGGUNG GELAP DAN SUNYI, KEMUDIAN TERDENGAR SUARA)
………………… Wahai, Wahai……………….. Dengarlah engkau dua orang tua yang selalu bergandengan, dan bercinta, sementara siang dan malam berkejaran dua abad lamanya.
Wahai, wahai dengarlah !
Aku memanggilmu. Datanglah berdua bagai dua ekor burung dara. Akan kukirimkan kereta kencana untuk menyambut engkau berdua. Bila bulan telah luput dari mata angin, musim gugur menampari pepohonan dan daun-daun yang rebah berpusingan.
Wahai, wahai !
Di tengah malam di hari ini akan kukirimkan kereta kencanaa untuk menyambut engkau berdua. Kereta kencana, 10 kuda 1 warna.
( EMPAT KETUKAN, SETELAH ITU NENEK MASUK DENGAN LILIN MENYALA. DUHAI GUGUPNYA)
NENEK
Henry, engkaukah itu ?
Henry….. ah…. dari mana engkau sayang ?
( NENEK BERJALAN DENGAN LILIN MENYALA, IA DUDUK DI KURSI BAGUS TANPA SANDARAN, DAN MEMBISU )
NENEK (MELETAKKAN LILIN KE MEJA )
Henry….. ah…. dari mana engkau sayang ?
( NENEK BERJALAN DENGAN LILIN MENYALA, IA DUDUK DI KURSI BAGUS TANPA SANDARAN, DAN MEMBISU )
NENEK (MELETAKKAN LILIN KE MEJA )
Henry, dari mana engkau ? Kenapa diam saja
? saya mencarimu, ada apa dengan engkau ? Ayolah jangan diam saja ? Henry
apakah kau tadi yang bersuara keras ?
KAKEK ( MENGGELENGKAN KEPALA BAGAI TERMENUNG )
NENEK
KAKEK ( MENGGELENGKAN KEPALA BAGAI TERMENUNG )
NENEK
Sakitkah engkau ? Ayolah jangan diam saja.
Nyalakan lampu listriknya. Di kamar ini dan di kamar tidur kita saja yang ada
lampu listriknya, dikamar lain sudah rusak semuanya. Oh Tuhan……. Alangkah
bobroknya rumah kita ini. Baiklah. Ayolah nyalakan lampu listriknya Henry.
(KAKEK TETAP MEMBATU, NENEK LALU PERGI MENYALAKAN LAMPU. LAMPU MENYALA HIJAU, NENEK TERKEJUT )
NENEK :
(KAKEK TETAP MEMBATU, NENEK LALU PERGI MENYALAKAN LAMPU. LAMPU MENYALA HIJAU, NENEK TERKEJUT )
NENEK :
Kenapa sayang, kenapa?
(MENGAMBIL LILIN KAKEK, MENARUHNYA KE
SEBELAH LILIN NENEK, LALU MEMADAMKAN KEDUA LILIN TADI)
Apakah kau sakit ? Oh, jangan membingungkan
saya, apa kau tadi berteriak keras ?
KAKEK : ( MENGGELENGKAN KEPALA )
NENEK
KAKEK : ( MENGGELENGKAN KEPALA )
NENEK
Saya mendengarkan suara.
KAKEK
KAKEK
Saya juga.
NENEK
NENEK
Kau juga ? Suara apa ?
KAKEK
KAKEK
Suara yang dulu lagi. Aku mendengar suara
yang dulu lagi.
NENEK
NENEK
Aku juga mendengarnya.
KAKEK
KAKEK
Suara yang berulang kali datang.
NENEK
NENEK
Ya ! Suara yang dulu.
KAKEK
KAKEK
Angin bertiup keras.
NENEK
NENEK
Ya !
KAKEK
KAKEK
Lalu ketukan pintu.
NENEK
NENEK
Ya !
KAKEK
KAKEK
Tapi kali ini ada tambahannya.
NENEK : ?????
KAKEK
NENEK : ?????
KAKEK
Suara orang berkata. ( DIAM SEJENAK)
NENEK
NENEK
Jadi kau juga mendengarnya ? Cobalah kau
katakan bagaimana mendengar kata itu.
KAKEK
KAKEK
Kita berdua mendapat panggilan.
NENEK
NENEK
Jadi kau pikir panggilan itu untuk kita
berdua ?
KAKEK
KAKEK
Dau orang tua yang dua abad usianya, siap
lagi kalau bukan kita ? Baru dua hari yang lalu aku merayakan ulang tahun yang
ke 200.
NENEK
NENEK
Coba menurut kau bagaimana kau mendengar
suara itu ?
KAKEK
KAKEK
Tengah malam nanti, apabila angin mendayu
dan bulan luput dari mata. Akan datang sebuah kereta kencana untuk menyambut
kita berdua. Waktu itu aku sedang mencari-cari buku harianku di kamar
perpustakaan, lalu kudengar suara itu isinya kurang lebih begitu, tapi aku tak
tahu bagaimana persisnya.
NENEK
NENEK
Aku tahu, aku juga mendengarnya. Engkau dua
orang tua yang selalu bergandengan tangan dan bercinta, sementara siang dan
malam berkejaran dua abad lamanya.
Wahai…wahai…. Dengarlah aku memanggilmu, datanglah berdua bagai dua ekor burung dara. Akan kukirimkan kereta kencana untuk menjemput kau berdua. Bila bulan telah luput dari mata angin. Musim gugur menampari pepohonan dan daun-daunan yang berpusing.
Wahai….wahai….. di tengah malam di hari ini akan kukirimkan kereta kencana. Kereta kencana 10 kuda 1 warna.
Wahai…wahai…. Dengarlah aku memanggilmu, datanglah berdua bagai dua ekor burung dara. Akan kukirimkan kereta kencana untuk menjemput kau berdua. Bila bulan telah luput dari mata angin. Musim gugur menampari pepohonan dan daun-daunan yang berpusing.
Wahai….wahai….. di tengah malam di hari ini akan kukirimkan kereta kencana. Kereta kencana 10 kuda 1 warna.
KAKEK
Jadi kau dengar suaranya ? Sementara
mendengar itu semua.
NENEK
NENEK
Jantungku berkeridutan, penyakit yang lama
kembali lagi.
KAKEK
KAKEK
Aku juga, penyakitku kembali lagi, tubuhku
berkeringat dan nafasku sesak.
NENEK
NENEK
Tahukah kau artinya semua ini ?
KAKEK
KAKEK
Ya ! Malam ini kita akan mati bersama.
(HENING, KAKEK MELANGKAH KE JENDELA DAN MEMBUKANYA)
NENEK
(HENING, KAKEK MELANGKAH KE JENDELA DAN MEMBUKANYA)
NENEK
Kenapa kau buka jendela itu ? Hawa di luar
sangat dingin.
KAKEK
KAKEK
Malam musim gugur.
NENEK
NENEK
Kau nanti masuk angin.
KAKEK
KAKEK
Bintang bertebaran dan bulan nampak pucat,
sebentar lagi akan datang angin-angin itu menbawa mendung, dan mendung itu akan
membawa bulan luput dari pandang mata.
NENEK
NENEK
Tutuplah jendela itu.
( KAKEK MENUTUP JENDELA, MENUJU KURSI PIANO, LALU DUDUK )
KAKEK
( KAKEK MENUTUP JENDELA, MENUJU KURSI PIANO, LALU DUDUK )
KAKEK
Aku merasa kosong.
NENEK
NENEK
Angin buruk gampang membuatmu sakit,
sayang.
KAKEK
KAKEK
Kita terlalu hidup, dan terlalu lama
memeras tenaga untuk mengisi umur kita yang panjang ini. Berapa kali sajakah
kita mengharap mati ? Tiap datang ketukan pintu, kita berpikir, inikah saatnya
? Tapi kita selalu salah duga.
NENEK
NENEK
Tapi kali ini kita tidak akan salah duga.
KAKEK
KAKEK
Pasti, pasti tidak akan salah lagi. Setelah
akan datang sungguh saat ini, beginilah rasanya.
NENEK
NENEK
Apakah kau takut ?
KAKEK
KAKEK
Tak tahu, dan kau ?
NENEK
NENEK
Tak tahu. Tapi sedihkah kau ?
KAKEK
KAKEK
Tidak. Sedihkah kau ?
NENEK
NENEK
Saya kira tidak, aku tak tahu.
KAKEK
KAKEK
Tak tahu, itulah jawaban yang paling tepat.
Kita balon yang berisi hawa. Tak takut, tak sedih, Cuma hawa yang hampa.
NENEK
NENEK
Sebentar lagi takkan hampa-hampa juga. Kita
sekali bisa mengisi hidup ini.
KAKEK
KAKEK
Aku merasa jemu dan lesu.
NENEK
NENEK
Apa artinya kebudayaan kalau manusia tidak
bisa menghibur dirinya.
KAKEK
KAKEK
Aku mau membuka jendela.
NENEK
NENEK
Jangan, jangan sayang. Apakah kau akan
bertingkah nakal lagi Henry ? Ah, kau terlalu banyak aku manjakan manis.
KAKEK
KAKEK
Aku tidak bertingkah, aku tidak berbuat
apa-apa, hidupku sudah kosong.
NENEK
Jiwa dan akal lebih luas dari kejemuan.
Kebudayaan kita harus menag dari kejemuan. Senyumlah sayang, senyum disaat
seperti ini adalah kebudayaan.
KAKEK
Aku tidak mau tersenyum.
NENEK
Menyanyi ?
KAKEK
KAKEK
Tidak !
NENEK
NENEK
Baiklah engkau seorang badut.
(LAKUNYA SEPERTI BERKATA KEPADA ANAK KECIL)
KAKEK
KAKEK
Aku senang jadi badut. Ingatkah kau ketika
aku masih mahasiswa? Aku pernah jadi juara lomba lawak.
NENEK
NENEK
Tentu saja, engkau badut yang manis.
KAKEK
KAKEK
Manisku, aku sekarang badut.
NENEK
NENEK
Badut yang pintar, bukan ?
KAKEK
KAKEK
Badut yang manja.
NENEK
NENEK
Boleh, sekarang badut yang manja ingin apa
?
KAKEK
KAKEK
Saya ingin kau jadi layang-layang.
NENEK
NENEK
Ini layang-layang (MENGEMBANGKAN TANGANNYA)
KAKEK
KAKEK
Uluuuuuur, tariiiiiiiiiiiiik,
uluuuuuuuuuuur, tarik………….. uluuuuuuur-uluuuuuuuur…………. Ah putus.
(NENEK JATUH KE LANTAI, KAKEK TERTAWA SENANG )
NENEK ( TERENGAH-ENGAH )
(NENEK JATUH KE LANTAI, KAKEK TERTAWA SENANG )
NENEK ( TERENGAH-ENGAH )
Wah, badutnya nakal.
(TAPI NAMPAK NENEK SANGAT SENANG )
KAKEK
KAKEK
Hihihihihihihihihihi, lihatlah aku sendiri
ketawa, kaulah badut dunia penghibur orang lain dan aku sendiri.
NENEK (BERDIRI)
NENEK (BERDIRI)
Engkau tertawa dan mukamu segar seperti
buah apel. Engkau mengalahkan kesempitan dan kekosonganmu, hiburan bukanlah
pesta yang mahal. Hiburan sejati adalah kebijaksanaan
(BERTEPUK TANGAN)
Badutku, hore………. Hore…….
(KAKEK
MEMBUNGKUK HORMAT)
Badut adalah raja kebudayaan (APPLAUSE DARI
NENEK)
NENEK
NENEK
Aku lelah sayang, maukah kau berbuat
sesuatu untukku ?
KAKEK
KAKEK
Aku selalu bersedia sayang, Abunawas selalu
bersedia.
NENEK
NENEK
Tidak, engkau tidak lagi menjadi badut.
Sekarang ganti jadilah Haodini main sulapan untuk saya.
KAKEK
KAKEK
Aku tidak mau. Tanganku yang tua tidak
tangkas lagi main sulapan.
NENEK
NENEK
Kalau begitu jadilah pagi hari.
KAKEK
KAKEK
Pagi hari manisku ?
NENEK
NENEK
Ya ! Pagi hari.
KAKEK
KAKEK
Baiklah ini pagi hari.
(MENGGAMBARKAN PAGI HARI DENGAN GERAK
TANGAN)
Pagi hari manisku.
NENEK
Terima kasih, hebat sekali, engkau sangat
pandai, engkau mestinya jadi jendral, kalau engkau punya kemauan mestinya kau
sudah jadi jendral sekarang.
KAKEK
KAKEK
Aku bukanlah jendral, aku hanya seorang
profesor yang dilupakan.
NENEK
NENEK
Tapi dulu kau pernah bergerilya, berjuang
untuk Perancis. Engkaulah adalah pahlawan Perancis, putra Jeanne d’arc.
Pahlawanku, apakah kau mencintai aku ?
KAKEK
Aku mencintaimu dengan semangat musim semi
yang abadi.
NENEK : Cantikkah aku pahlawanku.
KAKEK
NENEK : Cantikkah aku pahlawanku.
KAKEK
Engkau gilang-gemilang bagai putri Zeba !
NENEK
NENEK
Darahku berdeburan, pahlawanku. Dengan
hormat berbuat sesuatu untukku.
KAKEK
KAKEK
Ciuman-ciuman sudah terlalu badani,
tapi………….
(MENGHAMPIRI MEJA)
Akan kusajikan minuman untuk membujuk
darahmu Zeba. Tuan putri berkenan minum apa ?
(ASOSIASI SEOLAH-OLAH ADA BENDA-BENDA ITU)
Anggur dari Malaga, Wysky Scotlandia,
Baounnet ? Martini ? Atau Champagne dari Canada ?
NENEK (TERSENYUM)
KAKEK
NENEK (TERSENYUM)
KAKEK
Aha,…… atau teh dari Timur ?
NENEK
NENEK
Terima kasih, ya.
KAKEK (BERBUAT SEOLAH-OLAH MELAYANI TEH)
KAKEK (BERBUAT SEOLAH-OLAH MELAYANI TEH)
Aha ? Inilah cawan dari Tiongkok, hasil
karya tangan berbakat dari lembah Yang Tse Kiang
(MENGAMBIL CANGKIR).
Cangkir dan cawan berhias naga. Naga-naga
ini berwarna hijau, karena disanapun hijau bagai zamrut.
(MENUANG TEH).
Dan inilah teh dari Assam. Tuan putri ingin
gula berapa ?
NENEK
NENEK
Dua !
KAKEK (MEMASUKKAN GULA MENGADUKNYA DAN MEMBERIKANNYA KEPADA NENEK).
KAKEK (MEMASUKKAN GULA MENGADUKNYA DAN MEMBERIKANNYA KEPADA NENEK).
Teh dari timur untuk putri Zeba.
NENEK
NENEK
Terima kasih pahlawanku,
(MINUM TEH).
Lezat sekali ! Ah
(BANGKIT MENUJU KURSI GOYANG)
Apakah sang pahlawan menghendaki kue-kue
dan panganan ? dan silahkan panganan ini. Ini namanya kue “Harapan Senja Kala”
Meskipun sebenarnya tidak lebih dari kue Cherio ditambah vanili telor dan
irisan buah apel.
(MENGAMBIL CAWAN)
Ini juga bikinan Perancis tanah air kita.
(MENGAMBIL GARPU DAN MENYUGUHKANNYA KEPADA KAKEK)
Ini buat putra dari Perancis, pahlawan dari
Orleance.
KAKEK
KAKEK
Terima kasih putri Zeba (MAKAN KUE)
NENEK
NENEK
Enak ?
KAKEK
KAKEK
Lezat sekali.
NENEK
NENEK
Dulu kau pernah gemar makan kue Cherio,
tapi kemudian kegemaranmu selalu berubah-ubah.
KAKEK
KAKEK
Kau pernah membuat bistik dari Jerman yang
lezat untuk saya.
NENEK
NENEK
Ah iya ! Waktu itu kita gemar piknik dan
main tenis, kenapa kita jadi tua.
KAKEK
KAKEK
Karena bumi berputar, berputar……………….
NENEK
NENEK
Kau pintar sekali, mestinya kau jadi
jendral.
KAKEK (TIBA-TIBA DENGAN LEMAS DUDUK DI LANTAI).
KAKEK (TIBA-TIBA DENGAN LEMAS DUDUK DI LANTAI).
Aku bukan jendral. Aku hanyalah profesor
yang dilupakan, aku sampah di buang.
NENEK
NENEK
Jangan begitu ! Ayolah ! Bangkit dari
lantai.
KAKEK
KAKEK
Aku orang hina, tempatku di tanah.
NENEK
NENEK
Tidak. yang di tanah cuma cacing,
pahlawanku selalu berdiri di atas kedua kaki. Engkau pahlawan Perancis, engkau
pernah berjuang dan berperang untuk Perancis, engkau pernah mendapatkan Legion
d’honour, engkau harus berdiri.
KAKEK
KAKEK
Hidupku hampa dan sia-sia.
NENEK
NENEK
Putra Perancis berdirilah !
KAKEK
Aku orang terkutuk, aku tak punya anak,
hidupku 200 tahun dan tak punya anak.
NENEK (TERPAKU).
NENEK (TERPAKU).
Dengan hormat, saya minta…………
(MULAI MENANGIS)
dengan hormat sayang, dengan hormat
manisku. Oh ! Kita tak boleh menangis. Bulan akan luput dari mata, kereta
kencan akan tiba, kita tak boleh menangis, kita punya kebudayaan, kita tak
boleh menangis
(TIBA-TIBA)
Henryyyyy mari, inilah bayi kita menangis
Henry.
KAKEK (MENDEKAT, NENEK MULAI BERSENANDUNG LAGU CRADLE SONG) Siapa nama anak kita ?
NENEK
KAKEK (MENDEKAT, NENEK MULAI BERSENANDUNG LAGU CRADLE SONG) Siapa nama anak kita ?
NENEK
Jean Valjan (DIBACA ZYONG VALZYONG).
KAKEK
KAKEK
Jean Valjan dari Les Misserable ? Jadi ia
laki-laki ?
NENEK
NENEK
Ya, laki-laki. Ah, bayi kadang-kadang
membingungkan apakah ia laki-laki atau perempuan. Lihatl;ah sayang, mulutnya
seperti mulutmu.
KAKEK
KAKEK
Hidungnya seperti hidungmu.
NENEK
NENEK
Cobalah dukung dia.
KAKEK
KAKEK
Tak mau.
KAKEK
KAKEK
Ayolah Henry.
(KAKEK
MENDUKUNG TAPI KELIRU)
Ya Tuhan jangna begitu
(MEREBUT BAYI DARI KAKEK).
La, laaaaaaaala lililililili, lulululululu,
bayi harus diperlakukan secara halus, ia sangat lemah seperti kupu-kupu yang
baru ke luar dari kepompongnya, lililililili…… lulululululu……
KAKEK
KAKEK
Oh,….. oh,……. Oh,…….!
NENEK
NENEK
Kenapa ?
KAKEK
KAKEK
Bayinya kencing !
NENEK
NENEK
Oh, oh,
(RIBUT)
Bayi nakal
(MELETAKKAN BAYINYA DIBUAIAN)
Ia nakal seperti papanya
(MENGANTIKAN POPOK BAYI).
Kalau ia sudah besar ia akan menjadi
Jendral. Henry, cobalah kau sekarang menimangnya.
KAKEK
KAKEK
Aku belum bisa, beri dia makan dulu.
NENEK
NENEK
Lili………li……..lulululu…….lu…
KAKEK
KAKEK
Lalalalala…..lalalala…….laaaaaaaaaalala………
NENEK
NENEK
Anakku sayang, bungaku sayang, bintangku
sayang, boboklah. Boboklah, boboklah supaya lekas besar.
KAKEK (MEMAINKAN BIBIRNYA).
KAKEK (MEMAINKAN BIBIRNYA).
Brrrrrrrrr, Brrrrrrrrrrrrrrr, brrrrrrrr,
papa pinta ya! Papa gagah ya! Papa lucu ya!
NENEK
NENEK
Kau menimang dirimu sendiri, bukan bayinya.
KAKEK (TETAP MEMAINKAN BIBIRNYA).
KAKEK (TETAP MEMAINKAN BIBIRNYA).
Brrrrrrrrrr, brrrrrrrrrrr
(TIBA-TIBA MENINGGALKAN BUAIAN).
Ah, aku sudah bosan bayinya nangis saja.
NENEK (PERGI DULU KE KURSI BAGUS).
NENEK (PERGI DULU KE KURSI BAGUS).
Sekarang kita main halma ?
KAKEK
Malas.
NENEK
NENEK
Sekarang baiklah, kau sekarang mendongeng
saja.
KAKEK
KAKEK
Mendongeng apa ? Serigala dengan anggur ?
NENEK
NENEK
Tidak, sambungan yang lalu.
KAKEK
KAKEK
Baiklah kalau belum bosan……… maka setelah
pengembaraan yang lama itu, sampailah kita kesebuah gerbang besi yang besar,
kita telah basah kuyub. Berjam-jam, berhari-hari, berminggu-minggu,
berbulan-bulan kehujanan, kita menggigil dan gigi gemeretukkan. Ini terjadi
seratus dua puluh lima tahun yang lalu, ingatkah kau waktu kita minta dibukakan
pintu, tapi mereka tak mau membukakannya. Dibalik gerbang itu ada padang
rumput, dan ada jalan berkerikil yang menuju ke sebuah puri. Maka puri itu di
kelilingi oleh kebun dan taman, dan taman itu penuh dengan bunga anggrek dan
gladiol……. Kita tak diperkenankan masuk, kita harus mengembara lagi, 125 tahun
lagi. Kita tiduri kota, seluruh ibu kota di dunia. New York, New Delhi,
Angkara, Peking, Madrid, Jakarta……….
NENEK
NENEK
Kota yang indah bukan ?
KAKEK
KAKEK
Lambang kebudayaan.
NENEK
NENEK
Tapi London telah hancur…………
KAKEK
KAKEK
London hancur, Madrid hancur, Moskow jadi
padang belantara, di Berlin tumbuh semak belukar lebat, dan tak terduga New
York telah menjadi rawa.
NENEK
NENEK
Dan Paris, manisku ? Paris yang dulu kau
bela dengan senjata itu ?
KAKEK
KAKEK
Dan Paris kota yang tercinta itu telah
hancur, kota yang jaya itu telah lebur manisku. Batu bata di atas batu bata
telah punah.Eifel terjungkir balik, Arc de Triumph hilang dengan jejaknya dan
Noterdam dun Paris telah terlibat oleh sangkala, hanya tinggal sebuah lagu di
kota itu.
NENEK
NENEK
Sebuah lagu ?
KAKEK
KAKEK
Sebuah lagu buaian, sebuah perumpamaan.
NENEK
NENEK
Kota yang malang
KAKEK
KAKEK
Kota tercinta yang malang.
(PINTU DIKETUK KERAS-KERAS, NENEK DAN KAKEK TERKEJUT)
NENEK
(PINTU DIKETUK KERAS-KERAS, NENEK DAN KAKEK TERKEJUT)
NENEK
Ada tamu.
KAKEK
KAKEK
Apakah bulan sudah luput dari pandangan
mata ?
(KETUKAN PINTU)
NENEK
(KETUKAN PINTU)
NENEK
Bukalah pintu.
KAKEK
KAKEK
Apakah itu betul-betul tamu?
(KETUKAN PINTU)
NENEK
(KETUKAN PINTU)
NENEK
Putra Perancis, bukalah pintu.
(KAKEK MEMBUKA PINTU, TERKEJUT)
KAKEK
(KAKEK MEMBUKA PINTU, TERKEJUT)
KAKEK
Perdana Menteri !
NENEK
NENEK
Perdana Menteri ! (MENYAMBUT DENGAN
GEMBIRA)
KAKEK
KAKEK
Ya, Perdana Menteri. Silahkan masuk yang
mulia
(ABSTRAK. KAKEK MEMBETULKAN PAKAIANYA,
MEMBAWA TAMUNYA KE RUANG TENGAH )
Yang mulya inilah istri saya.
NENEK
NENEK
Yang mulya.
KAKEK
KAKEK
Maafkanlah Yang mulya, harap topinya di
bawa saja, di sini tidak ada kapstok, mantelnya juga harap dibawa saja.
NENEK
NENEK
Maafkanlah keadaan rumah ini.
KAKEK
KAKEK
Semuanya sudah dimakan oleh sangkala. Rumah
terlalu besar, orangnya terlalu kecil, tambah perabot rumah sudah punah.
Tinggal kami berdua saja yang tinggal di rumah, sebagai dua ekor tikus yang
pengap.
NENEK
NENEK
Matahari menjahui kami.
KAKEK
KAKEK
Kami ini tikus yang tidak dikehendaki orang
lagi.
NENEK
NENEK
Silahkan duduk
(MENUNJUK KE KURSI BAGUS).
Bagaimana ?
KAKEK
KAKEK
Oh ? Paduka Perdana Menteri ingin duduk di
kursi goyang. Silahkan Yang mulya, ya silahkan.
(BERHENTI SEJENAK).
Kami berdua mengucapkan terima kasih atas
kunjungan paduka, yang berarti kehormatan bagi kami.
NENEK
NENEK
Kunjungan paduka membuat kami bangga dan
mendapatkan diri kami.
KAKEK
KAKEK
Oh ya, betul ! Sebenarnya dulu para perdana
menteri suka mengunjungi kami. Ya perdana menteri Inggris, India, dan juga
Khaisar Jepang, presiden America, Presiden Philipina dan Sekretaris PBB pernah
datang mengunjungi kami.
Apa ? Oh ya, mereka datang meminta nasehat saya, mengenai urusan pemerinatahan. Pengadilan, Liberalisme, ataupun perlucutan senjata (MENJELASKAN).
Bagaimana ? Tidak, tidak…… saya tidak memberi nasehat, tak ada gunanya……… saya hanya memberi teka-teki saja.
NENEK
Apa ? Oh ya, mereka datang meminta nasehat saya, mengenai urusan pemerinatahan. Pengadilan, Liberalisme, ataupun perlucutan senjata (MENJELASKAN).
Bagaimana ? Tidak, tidak…… saya tidak memberi nasehat, tak ada gunanya……… saya hanya memberi teka-teki saja.
NENEK
Tetapi sekarang dunia telah melupakan
(SEJENAK). Ia telah ditindas roda jaman.
KAKEK
KAKEK
Begitu Paduka…………. Oh ya, terima kasih,
saya sangat bersuka bahwa paduka tidak melupakan saya………..
Apa ?……. Oooo ya, ………. Astaga, jadi paduka pernah jadi murid saya ? Pada waktu saya di Sorbonne ? Tahun berapa ? ….Oh ! Dan mata kuliah apa yang paduka ambil pada waktu itu? Filsafat, apa kimia, apa sejarah ? Oh ekonomi……. Ya saya pernah mengajar semua itu, dan juga enthnologi, dan ilmu pasti. Ya……… saya pernah juga mengajar di fakultas kedokteran, saya menjadi dokter bedah ketika umur saya 32 tahun (TERTAWA).
Tidak, tidak……… saya tidak pernah jadi mantri. Saya hanya punya satu muka, sebab itu saya tidak bisa jadi politikus. Tidak, saya tidak berpendapat bahwa politikus punya dua muka, tapi saya berpendapat bahwa politikus punya seribu muka.
NENEK
Apa ?……. Oooo ya, ………. Astaga, jadi paduka pernah jadi murid saya ? Pada waktu saya di Sorbonne ? Tahun berapa ? ….Oh ! Dan mata kuliah apa yang paduka ambil pada waktu itu? Filsafat, apa kimia, apa sejarah ? Oh ekonomi……. Ya saya pernah mengajar semua itu, dan juga enthnologi, dan ilmu pasti. Ya……… saya pernah juga mengajar di fakultas kedokteran, saya menjadi dokter bedah ketika umur saya 32 tahun (TERTAWA).
Tidak, tidak……… saya tidak pernah jadi mantri. Saya hanya punya satu muka, sebab itu saya tidak bisa jadi politikus. Tidak, saya tidak berpendapat bahwa politikus punya dua muka, tapi saya berpendapat bahwa politikus punya seribu muka.
NENEK
Henry, jagalah lidahmu !
KAKEK (KEPADA YANG MULIA)
KAKEK (KEPADA YANG MULIA)
Bagaimana ? Ya, ya….. Kalau paduka marah
boleh saja. Oh…….begitu, syukurlah kalau paduka tidak marah. Paduka seorang
yang baik, memang kalau begitu paduka tidak suka bolos kuliah, bukan ?
(TERSENYUM).
Paduka memang seorang yang baik, dan juga
paduka tidak pernah melupakan gurunya. Itu bagus, baiklah…….. sekarang harap
diberi tahu, apakah perlunya paduka berkunjung kemari ?
(BERHENTI SEJENAK).
Apakah sesuatu yang bisa saya tolong……
Paduka telah tahu hal itu ? …….. Apa ? Ya, ya kami tidak akan mengadakan pesta
perpisahan…….. Apa ? Muridku yang lain akan datang ? Wah ! Manisku bagaimana
ini, sebentar lagi akan banyak tamu datang…………. Mereka ingin mengadakan
pertemuan perpisahan dengan kita.
NENEK
NENEK
Ya, ya……. Tapi rumah kita sudah bobrok, tak
ada perabotan kecuali yang ada ini.
(KEPADA YANG MULIA)
bagaimana Yang mulia ?……….. Ya, betul………
mereka akan berdiri, tetapi saya malu……..dan ruang yang lain lebih buruk lagi.
(PINTU DIKETUK DENGAN KERAS DAN BERULANGKALI)
KAKEK
(PINTU DIKETUK DENGAN KERAS DAN BERULANGKALI)
KAKEK
Mereka datang.
NENEK
NENEK
?????? Mereka datang, buka pintu !
KAKEK (MEMBUKA PINTU DAN TAK ADA YANG NAMPAK)
(NENEK DAN KAKEK SIBUK DENGAN PARA TAMU)
KAKEK (MEMBUKA PINTU DAN TAK ADA YANG NAMPAK)
(NENEK DAN KAKEK SIBUK DENGAN PARA TAMU)
Selamat datang Tuan-tuan dan Nyonya-nyonya
(ORANG-ORANG MENGAJAK BERSALAMAN).
Nah itu istriku
(SEOLAH-OLAH MENGAJAK TAMU UNTUK
BERSALAMAN, NELAYANI PARA TAMU).
Selamat datang, selamat malam, sayang atap
rumah ini sudah hancur, perabot sudah habis.
(ORANG TERUS DATANG DAN MENYALAMI, DAN ADA
BEBERAPA ANAK KECIL).
Selamat datang Tuan-tuan, selamat datang
Nyonya-nyonya, selamat datang manis, selamat datang sayang, selamat datang
mensinyur kardinal, selamat datang senator, selamat datang jendral, selamat
datang kapten……… Ahaaaaa, inilah bintang film Perancis yang paling cantik,
selamat datang.
(SELAMA INI NENEK MENYAMBUNG).
Selamat datang Mastro, selamat datang,
Ayooooo silahkan duduk, nyonya yang dekat kursi itu, silahkan duduk.
(MEREKA MEMAKSA KEDUANYA DUDUK).
Apa saya sendiri……….
(KEPADA NENEK)
Ah, bagaimana ini ? Tidak saya berdiri
saja. Wah, wah,…….. Baiklah.
(MEREKA DIDORONG DUDUK DI KURSI)
Bagus,bagus…….
NENEK
NENEK
Kita tidak pantas duduk Henry, biarlah
mensinyur saja.
KAKEK
KAKEK
Ya, jendral saja.
NENEK
NENEK
Ya, baiklah kalau kami dipaksa ! Apa boleh
buat.
KAKEK
KAKEK
Oh ya, saya lupa. Tuan-tuan, dan
nyonya-nyonya saya perkenalkan tamu saya yang pertama ialah………. Paduka……. Hei,
di mana beliau tadi ? Di mana ? Oh ! Itu dia ! Wah, wah. Jadi sudah kenal ?
Maafkanlah orang tua gampang lupa.
NENEK
NENEK
Henry, ucapkanlah pidato selamat datang.
Ya, ya…….. ia akan pidato nanti.
KAKEK
KAKEK
Ah, tidak usah saya……….
NENEK
NENEK
Henry. Ingat etika.
KAKEK
KAKEK
Baiklah………
(SEGAN-SEGAN BERDIRI DAN PIDATO DENGAN
LANCARNYA).
Yang mulya mensinyur kardinal, para uskup,
para guru, para maha guru, para jendral, para senator, tuan tukang kayu, tuan
penjual kelontong, tuan tukang kebun, tuan tukang masak, anak-anak yang manis,
dan ya semua saja hadirin yang saya sayangi.
Kami ucapkan selamat datang, saya tidak akan berpidato dengan panjang lebar, dan sukar, karena banyak anak-anak berada ditengah kita. Maka dari itu pembicaraan kita akan bersifat sepanjang umur saja. Sebentar lagi bulan akan luput dari mata, angin menderu dan jam menunjukan tengah malam. Lalu datanglah kereta kencana itu, saya berterima kasih bahwa para hadirin telah suka datang untuk mengucapkan kata perpisahan. Tuan-tuan , nyonya-nyonya………………… Apa ? Bagaimana …………. Anak-anakku ?………….. Ah saya tidak boleh memakai kata anakku, sebab ada para menteri, para kardinal……….. Bagaimana ? ………………. Ah, baiklah……….. Anak-anakku………………
Kami ucapkan selamat datang, saya tidak akan berpidato dengan panjang lebar, dan sukar, karena banyak anak-anak berada ditengah kita. Maka dari itu pembicaraan kita akan bersifat sepanjang umur saja. Sebentar lagi bulan akan luput dari mata, angin menderu dan jam menunjukan tengah malam. Lalu datanglah kereta kencana itu, saya berterima kasih bahwa para hadirin telah suka datang untuk mengucapkan kata perpisahan. Tuan-tuan , nyonya-nyonya………………… Apa ? Bagaimana …………. Anak-anakku ?………….. Ah saya tidak boleh memakai kata anakku, sebab ada para menteri, para kardinal……….. Bagaimana ? ………………. Ah, baiklah……….. Anak-anakku………………
(TIBA-TIBA MENANGIS).
NENEK
NENEK
Kenapa sayang, kenapa ?
KAKEK
KAKEK
Lihatlah……………. Ini semua anak kita. Di saat
ini setelah 170 tahun. Nanti akhirnya diperkenankan juga kita mempunyai anak
sebanyak ini, merekalah bunga Perancis, ahli waris dari prinsip-prinsip
perjuangan yang telah kubela dengan senjata, ahli waris dari lagu cinta yang
abadi. Ahli waris yang menantang penindasan dan penjajahan……………..
Anak-anakku………. Bapak ingin berburu bersama putra-putranya, bapak ingin bermain
catur bersama dengan putri-putrinya…………. Anak-anakku
(MENANGIS DENGA HEBAT DAN KEHABISAN DAYA
DAN TERTUNDUK).
NENEK (MEMBELAI KAKEK)
NENEK (MEMBELAI KAKEK)
Henry sayang, pahlawanku sayang…………...
diamlah, pada suatu saat saja………. Ketika langit di timur bersinar jingga, di
atas air laut yang juga jingga, adalah seekor elang laut yang hendak terbang
meninggalkan sarang. Ia mempunyai dua ekor anak, dan keduanya menanggis
semuanya, mereka semuanya tidak suka ditinggalkan ibunya. Ibunya menerangkan,
bahwa sebentar lagi akan lapar……….. kalau lapar perut jadi sakit, dan lemas.
Sebab itu ibu harus pergi ke laut, di laut banyak ikan-ikan yang lezat denga
sisik megkilat. Ibu akan menangkap ikan-ikan itu itu untuk sarapan pagi
anak-anaknya………. Aanak-anakku berhentilah menangis ………… dan anak-anakkupun
berhenti menangis…………
(TANGIS KAKEK REDA)
(PINTU DIKETUK DENGAN KERAS)
NENEK
(PINTU DIKETUK DENGAN KERAS)
NENEK
Ada tamu.
KAKEK (BERDIRI)
KAKEK (BERDIRI)
Siapa ? Buka pintu
(PERINTAH)
(PINTU DIBUKA ORANG DAN NAMPAKNYA ORANG-ORANG RIBUT)
NENEK
(PINTU DIBUKA ORANG DAN NAMPAKNYA ORANG-ORANG RIBUT)
NENEK
Siapa yang datang? Siapa Kaisar?
KAKEK : Kaisar ?
NENEK
KAKEK : Kaisar ?
NENEK
Apa di Perancis ada Kaisar ?
KAKEK
KAKEK
Minggir semua, minggir,
(SEMUA MINGGIR DAN KAKEK MENUJU KE PINTU,
IA BERHENTI, DAN KEMUDIAN JATUH KE LANTAI).
Siapa tuan yangdatang melangkah dengan
cahaya gilang-gemilang ? cahaya tuan menyilaukan mata, mata tuan bagaikan
matahari tak kenal senja. Di depan tuan saya jatuh tak berdaya………………… Kaisar ? Bukan,
…………… Kekaisaran dari bumi.
Kekaisaran dari kerajaan yang terang dan benar………….berlutut ………………. Semua berlutut ntuk kaisar
Kekaisaran dari kerajaan yang terang dan benar………….berlutut ………………. Semua berlutut ntuk kaisar
(SEMUA BERLUTUT, KAKEK MEMPERSILAHKAN
TAMUNYA).
Sri baginda, hamba tak pantas mendapat
kunjungan paduka, tetapi berkata sepatah kata saja tentu akan menjadi bersih.
Hamba harap diampunkan, sebab hamba terpaksa memasukkan baginda ke dunia dosa.
Silahkan…………….. minggir, minggir Sri bagind akan duduk di kursi goyang.
(SETELAH BAGINDA DUDUK KAKEK MENGANDENG NENEK
MENGHADAP KAISAR).
Baginda inilah istri hamba. Ayolah manisku,
sri baginda mintakita berdiri
(KEDUANYA BERDIRI BERGANDENGAN TANGAN).
Kunjungan baginda berarti kehormatan bagi
kami, lebih dari itu, suatu karunia. Ya, ya hamba sudah menduga arti kedatangan
baginda………… ya seperti juga yang lain, memang hamba mengerti, kami telah
menanti. Demikianlah………… bila bulan telah pudar………….. bila angin mendayu…………
ya, bulan tengah malam pukul dua belas. Ya, hamba percaya percaya kereta itu
pasti bagus, suatu kemulyaan. Tidak, kami tidak lagi berkisah, cahaya telah
datang………… permohonan terakhir.
NENEK
NENEK
Ya, ucapkan permohonan terakhir sayang.
KAKEK
KAKEK
Oh, apa yang kan aku ucapkan ? Sri baginda
inilah permohonan kami yang terakhir.
Kaisar dari kerajaan benar dan terang, kami mohon ampun bagi yang mulya uskup, para jendral, para senator, para tukang kebun, para tukang kayu, para tukang masak, para anak-anak manusia, untuk istri yang tercinta, yang telah tua ini. Dan untuk seekor cacing tanah ialah hamba sendiri yang hina dina.
NENEK
Kaisar dari kerajaan benar dan terang, kami mohon ampun bagi yang mulya uskup, para jendral, para senator, para tukang kebun, para tukang kayu, para tukang masak, para anak-anak manusia, untuk istri yang tercinta, yang telah tua ini. Dan untuk seekor cacing tanah ialah hamba sendiri yang hina dina.
NENEK
Terima kasih baginda.
KAKEK
KAKEK
Terima kasih sri baginda.
NENEK
NENEK
Kami mengerti.
KAKEK
KAKEK
Ya, kami mengerti dan siap
NENEK
NENEK
Kami siap dan menanti.
KAKEK
KAKEK
Setiap detik
NENEK (TIBA-TIBA)
Minggir, minggir sri baginda akan kembali, beri hormat dan minggir.
(ANGIN MASUK MENDERU. KAKEK DAN NENEK MEMEGANG PAKAIANNYA)
KAKEK
NENEK (TIBA-TIBA)
Minggir, minggir sri baginda akan kembali, beri hormat dan minggir.
(ANGIN MASUK MENDERU. KAKEK DAN NENEK MEMEGANG PAKAIANNYA)
KAKEK
Angin.
NENEK
NENEK
Angin yang menderu.
KAKEK
KAKEK
Minggir, minggir……………….
Saya mau mengantar sri baginda, beri aku jalan.
Minggir, hai………………………..
Mengapa kalian pergi bersama baginda ? Hai…………………
(HENING. MEREKA TELAH LENYAP SEMUA)
NENEK
Saya mau mengantar sri baginda, beri aku jalan.
Minggir, hai………………………..
Mengapa kalian pergi bersama baginda ? Hai…………………
(HENING. MEREKA TELAH LENYAP SEMUA)
NENEK
Tutuplah pintu.
KAKEK (TERHENTI DI PINTU)
KAKEK (TERHENTI DI PINTU)
Langit mendung dan bulan lenyap dari mata.
NENEK
NENEK
Dengan segenap kasih tutuplah pintu,
manisku.
(KAKEK LALU MENUTUP PINTU, LALU PERGI KE KURSI GOYANG, NENEK KE KURSI PIANO)
NENEK
(KAKEK LALU MENUTUP PINTU, LALU PERGI KE KURSI GOYANG, NENEK KE KURSI PIANO)
NENEK
Apakah kau takut ?
KAKEK
KAKEK
Tidak, aku berdebar-debar.
NENEK
NENEK
Perpisahan badan bukan berarti perpisahan
jiwa.
KAKEK
KAKEK
Kita berdua tak akan dipisahkan.
NENEK
NENEK
Henry, aku mencintaimu.
KAKEK
KAKEK
Kita adalah dua tangkai mawar yang saling
berbelitan, akupun mencintaimu.
NENEK
NENEK
Ingkatkah kau pohon landen di kebun rumah
orang tuaku.
KAKEK
KAKEK
Pohon lenden itu manisku ?Adalah kipas
raksasa yang mengagumkan.
NENEK
NENEK
Kita berdua suka membaca buku di situ, waktu
itu kau sedang gila belajar kesusastraan, kau ucapkan padaku sebuah sajak John
Concord yang bernama Huesca.
KAKEK
KAKEK
Dan kau lalu mengucapkan sajak Van Ostajen
yang bernama Malopee.
NENEK
NENEK
Maukah kau mengucapkan Huesca sekali lagi
untuk saya?
KAKEK
KAKEK
Maukah kau mengucapkan Malopee sekali lagi
untuk saya ?
(NENEK BERDIRI MEMULAI, KAKEK MENYAMBUNG DENGA HUESCA)
NENEK
(NENEK BERDIRI MEMULAI, KAKEK MENYAMBUNG DENGA HUESCA)
NENEK
Terima kasih manisku.
(BUNYI KERETA)
NENEK
(BUNYI KERETA)
NENEK
Dengarlah.
KAKEK
KAKEK
Kereta.
NENEK
NENEK
Kereta kencana.
(TIBA-TIBA KEDUANYA MEMEGANG JANTUNGNYA DENGAN KESAKITAN, KAKEK (MAJU DUA LANGKAH )
KAKEK
(TIBA-TIBA KEDUANYA MEMEGANG JANTUNGNYA DENGAN KESAKITAN, KAKEK (MAJU DUA LANGKAH )
KAKEK
Putri Zeba, inilah teh dari Timur. (MAJU
DUA LANGKAH)
NENEK
NENEK
Inilah kue Cherio untuk putra Perancis.
(KEDUANYA RUBUH, LONCENG BERDENTANGAN DUA BELAS KALI. LAMPU PADAM DAN SELESAILAH SANDIWARA INI )
(KEDUANYA RUBUH, LONCENG BERDENTANGAN DUA BELAS KALI. LAMPU PADAM DAN SELESAILAH SANDIWARA INI )