Kamis, 24 Mei 2012

Naskah Kereta Kencana


KERETA KENCANA
( Les Chaises )

Karya : Eugene Ionesco
Terjemahan : W.S. Rendra


( WAKTU LAYAR DIBUKA PANGGUNG GELAP DAN SUNYI, KEMUDIAN TERDENGAR SUARA)

………………… Wahai, Wahai……………….. Dengarlah engkau dua orang tua yang selalu bergandengan, dan bercinta, sementara siang dan malam berkejaran dua abad lamanya.
Wahai, wahai dengarlah !
Aku memanggilmu. Datanglah berdua bagai dua ekor burung dara. Akan kukirimkan kereta kencana untuk menyambut engkau berdua. Bila bulan telah luput dari mata angin, musim gugur menampari pepohonan dan daun-daun yang rebah berpusingan.
Wahai, wahai !
Di tengah malam di hari ini akan kukirimkan kereta kencanaa untuk menyambut engkau berdua. Kereta kencana, 10 kuda 1 warna.

( EMPAT KETUKAN, SETELAH ITU NENEK MASUK DENGAN LILIN MENYALA. DUHAI GUGUPNYA)

NENEK
Henry, engkaukah itu ?
Henry….. ah…. dari mana engkau sayang ?


( NENEK BERJALAN DENGAN LILIN MENYALA, IA DUDUK DI KURSI BAGUS TANPA SANDARAN, DAN MEMBISU )

NENEK (MELETAKKAN LILIN KE MEJA )
Henry, dari mana engkau ? Kenapa diam saja ? saya mencarimu, ada apa dengan engkau ? Ayolah jangan diam saja ? Henry apakah kau tadi yang bersuara keras ?

KAKEK  ( MENGGELENGKAN KEPALA BAGAI TERMENUNG )

NENEK
Sakitkah engkau ? Ayolah jangan diam saja. Nyalakan lampu listriknya. Di kamar ini dan di kamar tidur kita saja yang ada lampu listriknya, dikamar lain sudah rusak semuanya. Oh Tuhan……. Alangkah bobroknya rumah kita ini. Baiklah. Ayolah nyalakan lampu listriknya Henry.

(KAKEK TETAP MEMBATU, NENEK LALU PERGI MENYALAKAN LAMPU. LAMPU MENYALA HIJAU, NENEK TERKEJUT )

NENEK :
Kenapa sayang, kenapa?

(MENGAMBIL LILIN KAKEK, MENARUHNYA KE SEBELAH LILIN NENEK, LALU MEMADAMKAN KEDUA LILIN TADI)

Apakah kau sakit ? Oh, jangan membingungkan saya, apa kau tadi berteriak keras ?

KAKEK : ( MENGGELENGKAN KEPALA )

NENEK 
Saya mendengarkan suara.

KAKEK
Saya juga.

NENEK
Kau juga ? Suara apa ?

KAKEK
Suara yang dulu lagi. Aku mendengar suara yang dulu lagi.

NENEK
Aku juga mendengarnya.

KAKEK
Suara yang berulang kali datang.

NENEK
Ya ! Suara yang dulu.

KAKEK
Angin bertiup keras.

NENEK
Ya !

KAKEK
Lalu ketukan pintu.

NENEK
Ya !

KAKEK
Tapi kali ini ada tambahannya.

NENEK : ?????

KAKEK
Suara orang berkata. ( DIAM SEJENAK)

NENEK
Jadi kau juga mendengarnya ? Cobalah kau katakan bagaimana mendengar kata itu.

KAKEK
Kita berdua mendapat panggilan.

NENEK
Jadi kau pikir panggilan itu untuk kita berdua ?

KAKEK
Dau orang tua yang dua abad usianya, siap lagi kalau bukan kita ? Baru dua hari yang lalu aku merayakan ulang tahun yang ke 200.

NENEK
Coba menurut kau bagaimana kau mendengar suara itu ?

KAKEK
Tengah malam nanti, apabila angin mendayu dan bulan luput dari mata. Akan datang sebuah kereta kencana untuk menyambut kita berdua. Waktu itu aku sedang mencari-cari buku harianku di kamar perpustakaan, lalu kudengar suara itu isinya kurang lebih begitu, tapi aku tak tahu bagaimana persisnya.

NENEK
Aku tahu, aku juga mendengarnya. Engkau dua orang tua yang selalu bergandengan tangan dan bercinta, sementara siang dan malam berkejaran dua abad lamanya.
Wahai…wahai…. Dengarlah aku memanggilmu, datanglah berdua bagai dua ekor burung dara. Akan kukirimkan kereta kencana untuk menjemput kau berdua. Bila bulan telah luput dari mata angin. Musim gugur menampari pepohonan dan daun-daunan yang berpusing.
Wahai….wahai….. di tengah malam di hari ini akan kukirimkan kereta kencana. Kereta kencana 10 kuda 1 warna.



KAKEK
Jadi kau dengar suaranya ? Sementara mendengar itu semua.

NENEK
Jantungku berkeridutan, penyakit yang lama kembali lagi.

KAKEK
Aku juga, penyakitku kembali lagi, tubuhku berkeringat dan nafasku sesak.

NENEK
Tahukah kau artinya semua ini ?

KAKEK
Ya ! Malam ini kita akan mati bersama.

(HENING, KAKEK MELANGKAH KE JENDELA DAN MEMBUKANYA)

NENEK
Kenapa kau buka jendela itu ? Hawa di luar sangat dingin.

KAKEK
Malam musim gugur.

NENEK
Kau nanti masuk angin.

KAKEK
Bintang bertebaran dan bulan nampak pucat, sebentar lagi akan datang angin-angin itu menbawa mendung, dan mendung itu akan membawa bulan luput dari pandang mata.

NENEK
Tutuplah jendela itu.

( KAKEK MENUTUP JENDELA, MENUJU KURSI PIANO, LALU DUDUK )

KAKEK
Aku merasa kosong.

NENEK
Angin buruk gampang membuatmu sakit, sayang.

KAKEK
Kita terlalu hidup, dan terlalu lama memeras tenaga untuk mengisi umur kita yang panjang ini. Berapa kali sajakah kita mengharap mati ? Tiap datang ketukan pintu, kita berpikir, inikah saatnya ? Tapi kita selalu salah duga.

NENEK
Tapi kali ini kita tidak akan salah duga.

KAKEK
Pasti, pasti tidak akan salah lagi. Setelah akan datang sungguh saat ini, beginilah rasanya.

NENEK
Apakah kau takut ?

KAKEK
Tak tahu, dan kau ?

NENEK
Tak tahu. Tapi sedihkah kau ?

KAKEK
Tidak. Sedihkah kau ?

NENEK
Saya kira tidak, aku tak tahu.

KAKEK
Tak tahu, itulah jawaban yang paling tepat. Kita balon yang berisi hawa. Tak takut, tak sedih, Cuma hawa yang hampa.

NENEK
Sebentar lagi takkan hampa-hampa juga. Kita sekali bisa mengisi hidup ini.

KAKEK
Aku merasa jemu dan lesu.

NENEK
Apa artinya kebudayaan kalau manusia tidak bisa menghibur dirinya.

KAKEK
Aku mau membuka jendela.

NENEK
Jangan, jangan sayang. Apakah kau akan bertingkah nakal lagi Henry ? Ah, kau terlalu banyak aku manjakan manis.

KAKEK
Aku tidak bertingkah, aku tidak berbuat apa-apa, hidupku sudah kosong.


NENEK
Jiwa dan akal lebih luas dari kejemuan. Kebudayaan kita harus menag dari kejemuan. Senyumlah sayang, senyum disaat seperti ini adalah kebudayaan.

KAKEK
Aku tidak mau tersenyum.

NENEK
Menyanyi ?

KAKEK
Tidak !

NENEK
Baiklah engkau seorang badut.
(LAKUNYA SEPERTI BERKATA KEPADA ANAK KECIL)

KAKEK
Aku senang jadi badut. Ingatkah kau ketika aku masih mahasiswa? Aku pernah jadi juara lomba lawak.

NENEK
Tentu saja, engkau badut yang manis.

KAKEK
Manisku, aku sekarang badut.

NENEK
Badut yang pintar, bukan ?

KAKEK
Badut yang manja.

NENEK
Boleh, sekarang badut yang manja ingin apa ?

KAKEK
Saya ingin kau jadi layang-layang.

NENEK
Ini layang-layang (MENGEMBANGKAN TANGANNYA)

KAKEK
Uluuuuuur, tariiiiiiiiiiiiik, uluuuuuuuuuuur, tarik………….. uluuuuuuur-uluuuuuuuur…………. Ah putus.

(NENEK JATUH KE LANTAI, KAKEK TERTAWA SENANG )

NENEK  ( TERENGAH-ENGAH )
Wah, badutnya nakal.

(TAPI NAMPAK NENEK SANGAT SENANG )

KAKEK
Hihihihihihihihihihi, lihatlah aku sendiri ketawa, kaulah badut dunia penghibur orang lain dan aku sendiri.

NENEK (BERDIRI)
Engkau tertawa dan mukamu segar seperti buah apel. Engkau mengalahkan kesempitan dan kekosonganmu, hiburan bukanlah pesta yang mahal. Hiburan sejati adalah kebijaksanaan

(BERTEPUK TANGAN)

Badutku, hore………. Hore…….

(KAKEK MEMBUNGKUK HORMAT)

Badut adalah raja kebudayaan (APPLAUSE DARI NENEK)

NENEK
Aku lelah sayang, maukah kau berbuat sesuatu untukku ?

KAKEK
Aku selalu bersedia sayang, Abunawas selalu bersedia.

NENEK
Tidak, engkau tidak lagi menjadi badut. Sekarang ganti jadilah Haodini main sulapan untuk saya.

KAKEK
Aku tidak mau. Tanganku yang tua tidak tangkas lagi main sulapan.

NENEK
Kalau begitu jadilah pagi hari.

KAKEK
Pagi hari manisku ?

NENEK
Ya ! Pagi hari.

KAKEK
Baiklah ini pagi hari.

(MENGGAMBARKAN PAGI HARI DENGAN GERAK TANGAN)

Pagi hari manisku.

NENEK
Terima kasih, hebat sekali, engkau sangat pandai, engkau mestinya jadi jendral, kalau engkau punya kemauan mestinya kau sudah jadi jendral sekarang.

KAKEK
Aku bukanlah jendral, aku hanya seorang profesor yang dilupakan.

NENEK
Tapi dulu kau pernah bergerilya, berjuang untuk Perancis. Engkaulah adalah pahlawan Perancis, putra Jeanne d’arc. Pahlawanku, apakah kau mencintai aku ?

KAKEK
Aku mencintaimu dengan semangat musim semi yang abadi.

NENEK : Cantikkah aku pahlawanku.

KAKEK
Engkau gilang-gemilang bagai putri Zeba !

NENEK
Darahku berdeburan, pahlawanku. Dengan hormat berbuat sesuatu untukku.

KAKEK
Ciuman-ciuman sudah terlalu badani, tapi………….

(MENGHAMPIRI MEJA)

Akan kusajikan minuman untuk membujuk darahmu Zeba. Tuan putri berkenan minum apa ?

(ASOSIASI SEOLAH-OLAH ADA BENDA-BENDA ITU)

Anggur dari Malaga, Wysky Scotlandia, Baounnet ? Martini ? Atau Champagne dari Canada ?

NENEK (TERSENYUM)

KAKEK
Aha,…… atau teh dari Timur ?

NENEK
Terima kasih, ya.

KAKEK  (BERBUAT SEOLAH-OLAH MELAYANI TEH)
Aha ? Inilah cawan dari Tiongkok, hasil karya tangan berbakat dari lembah Yang Tse Kiang

(MENGAMBIL CANGKIR).

Cangkir dan cawan berhias naga. Naga-naga ini berwarna hijau, karena disanapun hijau bagai zamrut.

(MENUANG TEH).

Dan inilah teh dari Assam. Tuan putri ingin gula berapa ?

NENEK
Dua !

KAKEK (MEMASUKKAN GULA MENGADUKNYA DAN MEMBERIKANNYA KEPADA NENEK).
Teh dari timur untuk putri Zeba.

NENEK
Terima kasih pahlawanku,

(MINUM TEH).

Lezat sekali ! Ah

(BANGKIT MENUJU KURSI GOYANG)

Apakah sang pahlawan menghendaki kue-kue dan panganan ? dan silahkan panganan ini. Ini namanya kue “Harapan Senja Kala” Meskipun sebenarnya tidak lebih dari kue Cherio ditambah vanili telor dan irisan buah apel.

(MENGAMBIL CAWAN)

Ini juga bikinan Perancis tanah air kita.

(MENGAMBIL GARPU DAN MENYUGUHKANNYA KEPADA KAKEK)

Ini buat putra dari Perancis, pahlawan dari Orleance.

KAKEK
Terima kasih putri Zeba (MAKAN KUE)

NENEK
Enak ?

KAKEK
Lezat sekali.

NENEK
Dulu kau pernah gemar makan kue Cherio, tapi kemudian kegemaranmu selalu berubah-ubah.

KAKEK
Kau pernah membuat bistik dari Jerman yang lezat untuk saya.

NENEK
Ah iya ! Waktu itu kita gemar piknik dan main tenis, kenapa kita jadi tua.

KAKEK
Karena bumi berputar, berputar……………….

NENEK
Kau pintar sekali, mestinya kau jadi jendral.

KAKEK (TIBA-TIBA DENGAN LEMAS DUDUK DI LANTAI).
Aku bukan jendral. Aku hanyalah profesor yang dilupakan, aku sampah di buang.

NENEK
Jangan begitu ! Ayolah ! Bangkit dari lantai.

KAKEK
Aku orang hina, tempatku di tanah.

NENEK
Tidak. yang di tanah cuma cacing, pahlawanku selalu berdiri di atas kedua kaki. Engkau pahlawan Perancis, engkau pernah berjuang dan berperang untuk Perancis, engkau pernah mendapatkan Legion d’honour, engkau harus berdiri.

KAKEK
Hidupku hampa dan sia-sia.

NENEK
Putra Perancis berdirilah !

KAKEK
Aku orang terkutuk, aku tak punya anak, hidupku 200 tahun dan tak punya anak.

NENEK (TERPAKU).
Dengan hormat, saya minta…………

(MULAI MENANGIS)

dengan hormat sayang, dengan hormat manisku. Oh ! Kita tak boleh menangis. Bulan akan luput dari mata, kereta kencan akan tiba, kita tak boleh menangis, kita punya kebudayaan, kita tak boleh menangis

(TIBA-TIBA)

Henryyyyy mari, inilah bayi kita menangis Henry.

KAKEK  (MENDEKAT, NENEK MULAI BERSENANDUNG LAGU CRADLE SONG) Siapa nama anak kita ?

NENEK
Jean Valjan (DIBACA ZYONG VALZYONG).

KAKEK
Jean Valjan dari Les Misserable ? Jadi ia laki-laki ?

NENEK
Ya, laki-laki. Ah, bayi kadang-kadang membingungkan apakah ia laki-laki atau perempuan. Lihatl;ah sayang, mulutnya seperti mulutmu.

KAKEK
Hidungnya seperti hidungmu.

NENEK
Cobalah dukung dia.

KAKEK
Tak mau.

KAKEK
Ayolah Henry.

(KAKEK MENDUKUNG TAPI KELIRU)

Ya Tuhan jangna begitu

(MEREBUT BAYI DARI KAKEK).

La, laaaaaaaala lililililili, lulululululu, bayi harus diperlakukan secara halus, ia sangat lemah seperti kupu-kupu yang baru ke luar dari kepompongnya, lililililili…… lulululululu……

KAKEK
Oh,….. oh,……. Oh,…….!

NENEK
Kenapa ?

KAKEK
Bayinya kencing !

NENEK
Oh, oh,

(RIBUT)

Bayi nakal

(MELETAKKAN BAYINYA DIBUAIAN)

Ia nakal seperti papanya

(MENGANTIKAN POPOK BAYI).

Kalau ia sudah besar ia akan menjadi Jendral. Henry, cobalah kau sekarang menimangnya.

KAKEK
Aku belum bisa, beri dia makan dulu.

NENEK
Lili………li……..lulululu…….lu…

KAKEK
Lalalalala…..lalalala…….laaaaaaaaaalala………

NENEK
Anakku sayang, bungaku sayang, bintangku sayang, boboklah. Boboklah, boboklah supaya lekas besar.

KAKEK (MEMAINKAN BIBIRNYA).
Brrrrrrrrr, Brrrrrrrrrrrrrrr, brrrrrrrr, papa pinta ya! Papa gagah ya! Papa lucu ya!

NENEK
Kau menimang dirimu sendiri, bukan bayinya.

KAKEK (TETAP MEMAINKAN BIBIRNYA).
Brrrrrrrrrr, brrrrrrrrrrr

(TIBA-TIBA MENINGGALKAN BUAIAN).

Ah, aku sudah bosan bayinya nangis saja.

NENEK  (PERGI DULU KE KURSI BAGUS).
Sekarang kita main halma ?

KAKEK
Malas.

NENEK
Sekarang baiklah, kau sekarang mendongeng saja.

KAKEK
Mendongeng apa ? Serigala dengan anggur ?

NENEK
Tidak, sambungan yang lalu.

KAKEK
Baiklah kalau belum bosan……… maka setelah pengembaraan yang lama itu, sampailah kita kesebuah gerbang besi yang besar, kita telah basah kuyub. Berjam-jam, berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan kehujanan, kita menggigil dan gigi gemeretukkan. Ini terjadi seratus dua puluh lima tahun yang lalu, ingatkah kau waktu kita minta dibukakan pintu, tapi mereka tak mau membukakannya. Dibalik gerbang itu ada padang rumput, dan ada jalan berkerikil yang menuju ke sebuah puri. Maka puri itu di kelilingi oleh kebun dan taman, dan taman itu penuh dengan bunga anggrek dan gladiol……. Kita tak diperkenankan masuk, kita harus mengembara lagi, 125 tahun lagi. Kita tiduri kota, seluruh ibu kota di dunia. New York, New Delhi, Angkara, Peking, Madrid, Jakarta……….

NENEK
Kota yang indah bukan ?

KAKEK
Lambang kebudayaan.

NENEK
Tapi London telah hancur…………

KAKEK
London hancur, Madrid hancur, Moskow jadi padang belantara, di Berlin tumbuh semak belukar lebat, dan tak terduga New York telah menjadi rawa.

NENEK
Dan Paris, manisku ? Paris yang dulu kau bela dengan senjata itu ?

KAKEK
Dan Paris kota yang tercinta itu telah hancur, kota yang jaya itu telah lebur manisku. Batu bata di atas batu bata telah punah.Eifel terjungkir balik, Arc de Triumph hilang dengan jejaknya dan Noterdam dun Paris telah terlibat oleh sangkala, hanya tinggal sebuah lagu di kota itu.

NENEK
Sebuah lagu ?

KAKEK
Sebuah lagu buaian, sebuah perumpamaan.

NENEK
Kota yang malang

KAKEK
Kota tercinta yang malang.

(PINTU DIKETUK KERAS-KERAS, NENEK DAN KAKEK TERKEJUT)

NENEK
Ada tamu.

KAKEK
Apakah bulan sudah luput dari pandangan mata ?

(KETUKAN PINTU)

NENEK
Bukalah pintu.

KAKEK
Apakah itu betul-betul tamu?

(KETUKAN PINTU)

NENEK
Putra Perancis, bukalah pintu.

(KAKEK MEMBUKA PINTU, TERKEJUT)

KAKEK
Perdana Menteri !

NENEK
Perdana Menteri ! (MENYAMBUT DENGAN GEMBIRA)

KAKEK
Ya, Perdana Menteri. Silahkan masuk yang mulia

(ABSTRAK. KAKEK MEMBETULKAN PAKAIANYA, MEMBAWA TAMUNYA KE RUANG TENGAH )

Yang mulya inilah istri saya.

NENEK
Yang mulya.

KAKEK
Maafkanlah Yang mulya, harap topinya di bawa saja, di sini tidak ada kapstok, mantelnya juga harap dibawa saja.

NENEK
Maafkanlah keadaan rumah ini.

KAKEK
Semuanya sudah dimakan oleh sangkala. Rumah terlalu besar, orangnya terlalu kecil, tambah perabot rumah sudah punah. Tinggal kami berdua saja yang tinggal di rumah, sebagai dua ekor tikus yang pengap.

NENEK
Matahari menjahui kami.

KAKEK
Kami ini tikus yang tidak dikehendaki orang lagi.

NENEK
Silahkan duduk

(MENUNJUK KE KURSI BAGUS).

Bagaimana ?

KAKEK
Oh ? Paduka Perdana Menteri ingin duduk di kursi goyang. Silahkan Yang mulya, ya silahkan.

(BERHENTI SEJENAK).

Kami berdua mengucapkan terima kasih atas kunjungan paduka, yang berarti kehormatan bagi kami.

NENEK
Kunjungan paduka membuat kami bangga dan mendapatkan diri kami.

KAKEK
Oh ya, betul ! Sebenarnya dulu para perdana menteri suka mengunjungi kami. Ya perdana menteri Inggris, India, dan juga Khaisar Jepang, presiden America, Presiden Philipina dan Sekretaris PBB pernah datang mengunjungi kami.
Apa ? Oh ya, mereka datang meminta nasehat saya, mengenai urusan pemerinatahan. Pengadilan, Liberalisme, ataupun perlucutan senjata (MENJELASKAN).
Bagaimana ? Tidak, tidak…… saya tidak memberi nasehat, tak ada gunanya……… saya hanya memberi teka-teki saja.

NENEK
Tetapi sekarang dunia telah melupakan (SEJENAK). Ia telah ditindas roda jaman.

KAKEK
Begitu Paduka…………. Oh ya, terima kasih, saya sangat bersuka bahwa paduka tidak melupakan saya………..
Apa ?……. Oooo ya, ………. Astaga, jadi paduka pernah jadi murid saya ? Pada waktu saya di Sorbonne ? Tahun berapa ? ….Oh ! Dan mata kuliah apa yang paduka ambil pada waktu itu? Filsafat, apa kimia, apa sejarah ? Oh ekonomi……. Ya saya pernah mengajar semua itu, dan juga enthnologi, dan ilmu pasti. Ya……… saya pernah juga mengajar di fakultas kedokteran, saya menjadi dokter bedah ketika umur saya 32 tahun (TERTAWA).
Tidak, tidak……… saya tidak pernah jadi mantri. Saya hanya punya satu muka, sebab itu saya tidak bisa jadi politikus. Tidak, saya tidak berpendapat bahwa politikus punya dua muka, tapi saya berpendapat bahwa politikus punya seribu muka.

NENEK
Henry, jagalah lidahmu !

KAKEK (KEPADA YANG MULIA)
Bagaimana ? Ya, ya….. Kalau paduka marah boleh saja. Oh…….begitu, syukurlah kalau paduka tidak marah. Paduka seorang yang baik, memang kalau begitu paduka tidak suka bolos kuliah, bukan ?

(TERSENYUM).

Paduka memang seorang yang baik, dan juga paduka tidak pernah melupakan gurunya. Itu bagus, baiklah…….. sekarang harap diberi tahu, apakah perlunya paduka berkunjung kemari ?

(BERHENTI SEJENAK).

Apakah sesuatu yang bisa saya tolong…… Paduka telah tahu hal itu ? …….. Apa ? Ya, ya kami tidak akan mengadakan pesta perpisahan…….. Apa ? Muridku yang lain akan datang ? Wah ! Manisku bagaimana ini, sebentar lagi akan banyak tamu datang…………. Mereka ingin mengadakan pertemuan perpisahan dengan kita.

NENEK
Ya, ya……. Tapi rumah kita sudah bobrok, tak ada perabotan kecuali yang ada ini.
(KEPADA YANG MULIA)
 bagaimana Yang mulia ?……….. Ya, betul……… mereka akan berdiri, tetapi saya malu……..dan ruang yang lain lebih buruk lagi.

(PINTU DIKETUK DENGAN KERAS DAN BERULANGKALI)

KAKEK
Mereka datang.

NENEK
?????? Mereka datang, buka pintu !

KAKEK (MEMBUKA PINTU DAN TAK ADA YANG NAMPAK)
(NENEK DAN KAKEK SIBUK DENGAN PARA TAMU)

Selamat datang Tuan-tuan dan Nyonya-nyonya

(ORANG-ORANG MENGAJAK BERSALAMAN).

Nah itu istriku

(SEOLAH-OLAH MENGAJAK TAMU UNTUK BERSALAMAN, NELAYANI PARA TAMU).

Selamat datang, selamat malam, sayang atap rumah ini sudah hancur, perabot sudah habis.

(ORANG TERUS DATANG DAN MENYALAMI, DAN ADA BEBERAPA ANAK KECIL).

Selamat datang Tuan-tuan, selamat datang Nyonya-nyonya, selamat datang manis, selamat datang sayang, selamat datang mensinyur kardinal, selamat datang senator, selamat datang jendral, selamat datang kapten……… Ahaaaaa, inilah bintang film Perancis yang paling cantik, selamat datang.

(SELAMA INI NENEK MENYAMBUNG).

Selamat datang Mastro, selamat datang, Ayooooo silahkan duduk, nyonya yang dekat kursi itu, silahkan duduk.

(MEREKA MEMAKSA KEDUANYA DUDUK).

Apa saya sendiri……….

(KEPADA NENEK)

Ah, bagaimana ini ? Tidak saya berdiri saja. Wah, wah,…….. Baiklah.

(MEREKA DIDORONG DUDUK DI KURSI)

Bagus,bagus…….

NENEK
Kita tidak pantas duduk Henry, biarlah mensinyur saja.

KAKEK
Ya, jendral saja.

NENEK
Ya, baiklah kalau kami dipaksa ! Apa boleh buat.

KAKEK
Oh ya, saya lupa. Tuan-tuan, dan nyonya-nyonya saya perkenalkan tamu saya yang pertama ialah………. Paduka……. Hei, di mana beliau tadi ? Di mana ? Oh ! Itu dia ! Wah, wah. Jadi sudah kenal ? Maafkanlah orang tua gampang lupa.

NENEK
Henry, ucapkanlah pidato selamat datang. Ya, ya…….. ia akan pidato nanti.

KAKEK
Ah, tidak usah saya……….

NENEK
Henry. Ingat etika.

KAKEK
Baiklah………

(SEGAN-SEGAN BERDIRI DAN PIDATO DENGAN LANCARNYA).

Yang mulya mensinyur kardinal, para uskup, para guru, para maha guru, para jendral, para senator, tuan tukang kayu, tuan penjual kelontong, tuan tukang kebun, tuan tukang masak, anak-anak yang manis, dan ya semua saja hadirin yang saya sayangi.
Kami ucapkan selamat datang, saya tidak akan berpidato dengan panjang lebar, dan sukar, karena banyak anak-anak berada ditengah kita. Maka dari itu pembicaraan kita akan bersifat sepanjang umur saja. Sebentar lagi bulan akan luput dari mata, angin menderu dan jam menunjukan tengah malam. Lalu datanglah kereta kencana itu, saya berterima kasih bahwa para hadirin telah suka datang untuk mengucapkan kata perpisahan. Tuan-tuan , nyonya-nyonya………………… Apa ? Bagaimana …………. Anak-anakku ?………….. Ah saya tidak boleh memakai kata anakku, sebab ada para menteri, para kardinal……….. Bagaimana ? ………………. Ah, baiklah……….. Anak-anakku………………

(TIBA-TIBA MENANGIS).

NENEK
Kenapa sayang, kenapa ?

KAKEK
Lihatlah……………. Ini semua anak kita. Di saat ini setelah 170 tahun. Nanti akhirnya diperkenankan juga kita mempunyai anak sebanyak ini, merekalah bunga Perancis, ahli waris dari prinsip-prinsip perjuangan yang telah kubela dengan senjata, ahli waris dari lagu cinta yang abadi. Ahli waris yang menantang penindasan dan penjajahan…………….. Anak-anakku………. Bapak ingin berburu bersama putra-putranya, bapak ingin bermain catur bersama dengan putri-putrinya…………. Anak-anakku

(MENANGIS DENGA HEBAT DAN KEHABISAN DAYA DAN TERTUNDUK).

NENEK  (MEMBELAI KAKEK)
Henry sayang, pahlawanku sayang…………... diamlah, pada suatu saat saja………. Ketika langit di timur bersinar jingga, di atas air laut yang juga jingga, adalah seekor elang laut yang hendak terbang meninggalkan sarang. Ia mempunyai dua ekor anak, dan keduanya menanggis semuanya, mereka semuanya tidak suka ditinggalkan ibunya. Ibunya menerangkan, bahwa sebentar lagi akan lapar……….. kalau lapar perut jadi sakit, dan lemas. Sebab itu ibu harus pergi ke laut, di laut banyak ikan-ikan yang lezat denga sisik megkilat. Ibu akan menangkap ikan-ikan itu itu untuk sarapan pagi anak-anaknya………. Aanak-anakku berhentilah menangis ………… dan anak-anakkupun berhenti menangis…………

(TANGIS KAKEK REDA)

(PINTU DIKETUK DENGAN KERAS)

NENEK
Ada tamu.

KAKEK (BERDIRI)
Siapa ? Buka pintu
(PERINTAH)

(PINTU DIBUKA ORANG DAN NAMPAKNYA ORANG-ORANG RIBUT)

NENEK
Siapa yang datang? Siapa Kaisar?

KAKEK : Kaisar ?

NENEK
Apa di Perancis ada Kaisar ?

KAKEK
Minggir semua, minggir,

(SEMUA MINGGIR DAN KAKEK MENUJU KE PINTU, IA BERHENTI, DAN KEMUDIAN JATUH KE LANTAI).

Siapa tuan yangdatang melangkah dengan cahaya gilang-gemilang ? cahaya tuan menyilaukan mata, mata tuan bagaikan matahari tak kenal senja. Di depan tuan saya jatuh tak berdaya………………… Kaisar ? Bukan, …………… Kekaisaran dari bumi.
Kekaisaran dari kerajaan yang terang dan benar………….berlutut ………………. Semua berlutut ntuk kaisar

(SEMUA BERLUTUT, KAKEK MEMPERSILAHKAN TAMUNYA).

Sri baginda, hamba tak pantas mendapat kunjungan paduka, tetapi berkata sepatah kata saja tentu akan menjadi bersih. Hamba harap diampunkan, sebab hamba terpaksa memasukkan baginda ke dunia dosa. Silahkan…………….. minggir, minggir Sri bagind akan duduk di kursi goyang.

(SETELAH BAGINDA DUDUK KAKEK MENGANDENG NENEK MENGHADAP KAISAR).

Baginda inilah istri hamba. Ayolah manisku, sri baginda mintakita berdiri

(KEDUANYA BERDIRI BERGANDENGAN TANGAN).

Kunjungan baginda berarti kehormatan bagi kami, lebih dari itu, suatu karunia. Ya, ya hamba sudah menduga arti kedatangan baginda………… ya seperti juga yang lain, memang hamba mengerti, kami telah menanti. Demikianlah………… bila bulan telah pudar………….. bila angin mendayu………… ya, bulan tengah malam pukul dua belas. Ya, hamba percaya percaya kereta itu pasti bagus, suatu kemulyaan. Tidak, kami tidak lagi berkisah, cahaya telah datang………… permohonan terakhir.

NENEK
Ya, ucapkan permohonan terakhir sayang.

KAKEK
Oh, apa yang kan aku ucapkan ? Sri baginda inilah permohonan kami yang terakhir.
Kaisar dari kerajaan benar dan terang, kami mohon ampun bagi yang mulya uskup, para jendral, para senator, para tukang kebun, para tukang kayu, para tukang masak, para anak-anak manusia, untuk istri yang tercinta, yang telah tua ini. Dan untuk seekor cacing tanah ialah hamba sendiri yang hina dina.

NENEK
Terima kasih baginda.

KAKEK
Terima kasih sri baginda.

NENEK
Kami mengerti.

KAKEK
Ya, kami mengerti dan siap

NENEK
Kami siap dan menanti.

KAKEK
Setiap detik

NENEK  (TIBA-TIBA)
Minggir, minggir sri baginda akan kembali, beri hormat dan minggir.

(ANGIN MASUK MENDERU. KAKEK DAN NENEK MEMEGANG PAKAIANNYA)

KAKEK
Angin.

NENEK
Angin yang menderu.

KAKEK
Minggir, minggir……………….
Saya mau mengantar sri baginda, beri aku jalan.
Minggir, hai………………………..
Mengapa kalian pergi bersama baginda ? Hai…………………

(HENING. MEREKA TELAH LENYAP SEMUA)

NENEK
Tutuplah pintu.

KAKEK (TERHENTI DI PINTU)
Langit mendung dan bulan lenyap dari mata.

NENEK
Dengan segenap kasih tutuplah pintu, manisku.

(KAKEK LALU MENUTUP PINTU, LALU PERGI KE KURSI GOYANG, NENEK KE KURSI PIANO)

NENEK
Apakah kau takut ?

KAKEK
Tidak, aku berdebar-debar.

NENEK
Perpisahan badan bukan berarti perpisahan jiwa.

KAKEK
Kita berdua tak akan dipisahkan.

NENEK
Henry, aku mencintaimu.

KAKEK
Kita adalah dua tangkai mawar yang saling berbelitan, akupun mencintaimu.

NENEK
Ingkatkah kau pohon landen di kebun rumah orang tuaku.

KAKEK
Pohon lenden itu manisku ?Adalah kipas raksasa yang mengagumkan.

NENEK
Kita berdua suka membaca buku di situ, waktu itu kau sedang gila belajar kesusastraan, kau ucapkan padaku sebuah sajak John Concord yang bernama Huesca.

KAKEK
Dan kau lalu mengucapkan sajak Van Ostajen yang bernama Malopee.

NENEK
Maukah kau mengucapkan Huesca sekali lagi untuk saya?

KAKEK
Maukah kau mengucapkan Malopee sekali lagi untuk saya ?

(NENEK BERDIRI MEMULAI, KAKEK MENYAMBUNG DENGA HUESCA)

NENEK
Terima kasih manisku.
(BUNYI KERETA)

NENEK
Dengarlah.

KAKEK
Kereta.

NENEK
Kereta kencana.

(TIBA-TIBA KEDUANYA MEMEGANG JANTUNGNYA DENGAN KESAKITAN, KAKEK (MAJU DUA LANGKAH )

KAKEK
Putri Zeba, inilah teh dari Timur. (MAJU DUA LANGKAH)

NENEK
Inilah kue Cherio untuk putra Perancis.

(KEDUANYA RUBUH, LONCENG BERDENTANGAN DUA BELAS KALI. LAMPU PADAM DAN SELESAILAH SANDIWARA INI )

Jumat, 11 Mei 2012

Naskah Setan dalam bahaya



















LAKON
SETAN DALAM BAHAYA

Karya Taufik Al Hakim






















RUANG KANTOR DENGAN PERABOT SEDERHANA. FAILASUF SEDANG DUDUK DI TENGAH-TENGAH TIMBUNAN BUKU DAN MAJALAH. MEMBACA DAN BERPIKIR DENGAN SIKAP TENANG WAKTU MALAM. TELEPON DI SAMPINGNYA TIBA-TIBA BERDERING

FAILASUF (Mengangkat Gagang Telepon)
Hallo! Hallo juga!… Minta bertemu dengan saya?… sekarang?… hal penting?… di situ siapa?… apa katamu?… Setan?… Oh, sekarang bukan waktu bergurau. Waktu sudah larut malam begini kau malah mengajak orang bergurau? … Sudahlah. Tolong tutup saja…

(Meletakkan Gagang Telepon)

Kurang ajar dan kurang punya selera!

TERDENGAR PINTU KAMAR DIKETUK. PINTU KAMAR TERBUKA DAN SETAN MUNCUL DENGAN PAKAIAN BERWARNA MERAH

SETAN (Lemah Lembut Dan Sopan)
Maafkan aku. Memang benar, kurang ajar dan kurang punya selera. Memang bukan waktu yang tepat untuk berkunjung, tapi keadaannya gawat sekali.

FAILASUF (Kebingungan)
Engkau?

SETAN (Membungkuk Dan Merendah)
Ya, akulah.

FAILASUF (Berbisik)
SETAN?!

SETAN
Mudah-mudahan tampangku tidak terlalu mengecewakan dugaanmu.

FAILASUF
Sebaliknya tampangmu sama sekali tidak berbeda dengan yang biasa kami lihat dalam gambar-gambar. Bajumu yang merah… kedua tandukmu yang kecil… sepasang mata yang menyala… hidungmu yang panjang… dan bentuk badan yang kurus kecil.

SETAN
Aku tidak mengerti bagaimana orang melukiskan aku dalam bentuk semacam itu. Tapi kalau selama ini memang itu yang kau kenal, aku pun akan memakai itu. Kebohongan yang sudah dikenal orang lebih baik daripada kebenaran yang masih tersembunyi.

FAILASUF (Terkejut)
Setan! Jadi kau ini Setan!? Setan yang sering kami baca beritanya dalam buku-buku, yang sering kami dengar perbuatannya yang aneh-aneh?

SETAN (Merendahkan Diri)
Dengan segala rendah hati, itulah aku. Itulah yang tiap hari kalian sebut dengan segala kebaikan yang kalian tulis, yang kalian ucapkan… Tentu aku mengikuti semua yang disiarkan tentang diriku, yang dihubungkan kepadaku. Kalau mau kuikuti, sebagian waktuku niscaya hanya kuhabiskan untuk mengoreksi segala kejadian dan membantah segala macam tuduhan. Aku tidak banyak menggubris segala yang ada dalam buku-buku dan dalam percakapan orang. Barangkali akan terkejut kau kalau kau ketahui, bahwa aku cenderung sekali menyendiri… aku menjauhkan diri dari pergaulan dengan manusia. Inilah rahasianya maka aku tetap muda, dan urat syarafku selalu santai.

FAILASUF (Menyodorkan Kotak Sigaret)
merokok?

SETAN
Boleh juga, asal dari kualitas yang ringan.

FAILASUF
Jangan Kuatir, rokokku hanya yang paling ringan.

SETAN (Menerima Rokok)
Terima kasih.

FAILASUF (Menyalakan Rokok Tamunya)
Soalnya karena aku memang tidak suka merokok kecuali hanya untuk membantuku dalam berpikir.

SETAN
Berpikir tentang apa?

FAILASUF
Tentang pekerjaanku, tentu kau sudah tahu, profesiku ialah berpikir.

SETAN
Tentu, seorang failasuf yang sangat penting. Begitulah dikatakan orang kepadaku. Itulah sebabnya aku datang kepadamu malam ini. Maksudku supaya kau berpikir untukku.

FAILASUF
Berpikir untukmu? Engkau?

SETAN
Ya. Kau harus berpikir untukku, untuk melepaskan aku dari bencana yang hampir menimpa kepalaku ini.

FAILASUF (Terkejut)
Bencana?! Akan menimpa kepalamu? Engkau?

SETAN
Ya. Tolonglah aku. Tak ada orang yang dapat menolong kepalaku ini selain kepalamu yang penuh pikiran itu. Carikanlah akal buat aku. Buat menjauhkan aku dari bahaya.

FAILASUF
Engkau dalam bahaya?

SETAN
Sedang menimpa… mengancam sampai punah… Aku gemetar dalam ketakutan sekarang.

FAILASUF
Luar biasa!

SETAN
Cepat! Dan berpikirlah buat aku. Bagaimana caranya aku dapat terhindar dari itu?

FAILASUF
Terhindar dari?

SETAN
Dari bahaya yang mengancamku. Pikirkanlah buat aku. Tolong pikirkan, failasuf. Bukankah kau failasuf? Bukankah profesimu itu berpikir? Berpikirlah buat aku sekarang juga. Cepat pikirkan… pikirkan… pikirkanlah buat aku…

FAILASUF (Berpikir)
Ini aku sedang berpikir sekarang… sedang berpikir…

SETAN (Merenung Melihat Kepada Failasuf, Yang Juga Sedang Menekur Menghimpun Pikirannya)
Ya. Engkau memang sedang mengumpulkan pikiranmu baik-baik. Kuharap kecerdasanmu yang raksasa itu akan melahirkan buah pikiran yang efektif…

FAILASUF (Tiba-Tiba Mengangkat Kepala Sambil Berteriak)
Aneh sekali!

SETAN (Gembira)
Sudah dapat!? Sudah dapat!?

FAILASUF
Ya. Sudah kudapat bahwa kau belum menyebutkan kepadaku bahaya apa yang sedang mengancammu itu, dan apa yang mau dicarikan pemecahannya.

SETAN
Engkau tidak pernah menanyakan itu kepadaku.

FAILASUF
Di sinilah pokok permasalahan yang telah menimbulkan keanehan tadi. Perlu kutanyakan kepadamu sebelum aku berpikir.

SETAN
Engkau sudah berpikir sebelum bertanya!

FAILASUF
Maafkan. Sudah jadi kebiasaanku begini… kami, kalangan failasuf kadang berpikir panjang-panjang… kemudian pikiran kami seringkali berakhir dengan sebuah pertanyaan…

SETAN
Bukan begitu, Tuan… kuharap… jangan membuang waktuku. Aku datang kepadamu dalam larut malam begini supaya kau berpikir untukku dengan hasil yang akan dapat memecahkan persoalan.

FAILASUF
Kalau begitu baik kita mulai dengan pertanyaan: bahaya apakah yang sedang mengancammu?

SETAN
Perang!

FAILASUF (Terkejut)
Perang mengancam kau?

SETAN
Tentu sekali mengancam aku, apa yang membuat kau jadi terkejut dalam hal ini! Perang yang akan datang sungguh mengerikan. Dan kukira kau bukan tidak tahu. Bom-bom atom dan peluru-peluru kendali akan menghancurkan dunia dan membinasakan umat manusia.

FAILASUF
Apakah dalam hal ini engkau sangat mengasihi manusia?

SETAN
Sangat mengasihi diriku.

FAILASUF
Apa urusanmu?

SETAN
Hidupku tergantung kepada manusia. Di mana ada manusia di situ ada aku. Kalau terjadi kiamat dan semuanya akan berakhir. Maka akupun bersama yang lain berada di depan, di tempatku harus menemui nasibku yang sudah termaktub serta kesudahanku yang sudah tidak dapat dielakkan lagi.

FAILASUF (Terkejut)
Jadi kalau begitu, perang yang akan datang, yang akan menghancurkan segalanya ini, tidak menguntungkan kau?

SETAN
Sama sekali tidak.

FAILASUF
Dan siapa diantara bangsa-bangsa itu yang akan mengobarkan perang?

SETAN
Mana aku tahu!?

FAILASUF
Aneh! Dunia semua menduga, setanlah yang menggoda pemimpin-pemimpin negara besar itu supaya mereka mengobarkan api peperangan yang akan datang. Sekarang malah setan sendiri yang mau cuci tangan dan mau mungkir…

SETAN
Tuan yang terhormat, sudah gilakah aku mau membakar dunia ini seluruhnya, termasuk aku sendiri di dalamnya?

FAILASUF
Masuk akal.

SETAN
Tolol aku? Aku mau bunuh diri? Seperti kukatakan, sekarang aku senang menyendiri dan hidup tentram. Tetapi rupanya ada orang-orang yang senang ribut-ribut dan hidup dalam kegaduhan selalu. Bunyi-bunyi letusan jadi hiburan buat mereka. Sebegitu jauh memang, begitulah hidup mereka. Sebelum itu aku masih bisa memasang jari-jariku di telinga… Tetapi menurut hematku, soalnya sudah berkembang, bunyi-bunyi letusan itu khususnya, buat aku sudah bukan hanya sekedar bunyi-bunyian.

FAILASUF
Jadi kau menginginkan…?

SETAN
Perang dilarang.

FAILASUF
Cukup aneh. Apa kesulitannya buat kau membisikkan di telinga pemimpin-pemimpin negara besar itu.

SETAN
Yang sudah kulakukan dan kubisikkan kata-kata perdamaian… dalam markas-markas tentara sudah ada golongan-golongan yang mencetak siaran-siaran, membuat propaganda dan menganjurkan perdamaian. Tapi apa yang terjadi dengan semua ini? kata-kata ”damai” itu sudah berubah artinya menjadi kata searti dengan ”perang”. Dalam kamus-kamus tak ada kata-kata lain yang akan dapat kubisikkan ke dalam telinga mereka untuk mencegah perang itu.

FAILASUF
Apa yang dapat kukerjakan?

SETAN
Itu sebabnya maka aku datang kemari dengan sebuah permohonan kepadamu.

FAILASUF    
Kepadaku?

SETAN          
Ya. Terpikir olehku kemudian bahwa aku harus menemui seorang failasuf. Aku harus mencari suatu gagasan dari seorang failasuf yang akan dapat menjauhkan bahaya perang… sekarang aku sudah datang kepadamu.

FAILASUF (Merenung)
 Gagasan mencegah perang? Ya… ini bukan suatu hal yang mustahil bagi orang-orang seperti kami kalangan failasuf… usaha kami ialah melahirkan pikiran-pikiran. Sudah tentu aku dapat memberikan apa yang kau minta itu.

SETAN (Berseru)
Hidup! Hidup! Umat manusia sudah diselamatkan.

FAILASUF
Tunggu dulu, setan, sayangku. Tunggu dulu. Biayanya harus sama-sama kita setujui dulu.

SETAN
Biaya? Biaya apa?

FAILASUF
Bukankah engkau sudah mendatangi aku? Waktu tengah malam begini dan aku meninggalkan pekerjaan supaya aku berpikir untukmu, memeras otak untuk kepentinganmu?

SETAN
Bahkan untuk kepentingan umat manusia.

FAILASUF
Aku selalu bekerja demi kepentingan umat manusia. Tapi ini tidak menghalangi aku menerima imbalan dalam menyiarkan karangan-karangan dan pikiran-pikiranku.

SETAN
Engkau sekarang berpikir untuk menyelamatkan umat manusia dari kehancuran!

FAILASUF
Sarjana-sarjana yang sekarang sedang sibuk membuat bom-bom atom dan hidrogen, yang akan membinasakan segala yang ada, adakah mereka melakukan itu demi Tuhan?

SETAN
Sudah tentu mereka menerima upah.

FAILASUF
Jadi kenapa kau mau supaya aku berpikir cuma-cuma demi setan?

SETAN
Aku mengira kau hanya memperhatikan cita-cita luhur saja.

FAILASUF
Seperti kau?

SETAN
Kau mengejek?

FAILASUF
Sebaliknya. Aku memahami keadaanmu. Engkau berhak hanya memikirkan cita-cita luhur saja, sebab kau seorang diri… tidak punya isteri.

SETAN
Apa kau sudah beristeri?

FAILASUF
Tentu. Itu sebabnya aku jadi seorang failasuf. Setiap suami yang sudah hidup beristri selama sepuluh tahun atau lebih, ia failasuf. Tanpa diperlukan sebatang huruf pun tentang filsafat.

SETAN
Aneh juga. Kau bicara tentang sesuatu yang tak pernah kualami: Perkawinan.

FAILASUF
Tak pernah terpikir olehmu suatu waktu kau akan kawin?

SETAN          
Sama sekali tidak. Akupun tidak tahu kenapa. Mungkin itu suatu kesalahan.

FAILASUF (Menatap Kepadanya)
Kesalahan sebab kau belum kawin?

SETAN
Pada waktu yang tepat… Dengan segala kebodohan kuhabiskan umurku yang panjang ini begitu saja… Sejak manusia diciptakan, hingga saat ini… Tanpa terpikir olehku akan mengubah cara hidupku ini… Sekarang saat berakhir… Sudah dekat… Ada kalanya orang-orang nakal itu akan berhasil juga menghancurkan dunia ini.

FAILASUF
Dan kau belum lagi memasuki dunia…

SETAN (Tidak Mengerti)
Apa katamu?

FAILASUF
Maksudku kau belum lagi memasuki dunia perkawinan.

SETAN
Sudah terlambat.

FAILASUF (Melihat Kepadanya Seketika Lama)
Tapi kau tidak nampak sudah tua…

SETAN          
Engkau mau membujukku.

FAILASUF
Aku mau membujukmu?

SETAN          
Tapi bagaimanapun juga aku sudah jemu hidup menyendiri dan membujang begini… Terbayang olehku bahwa dunia perkawinan yang sudah tertutup buat aku…

PINTU YANG TERTUTUP DALAM KAMAR ITU TIBA-TIBA TERBUKA. MUNCUL SEORANG PEREMPUAN DENGAN PAKAIAN RUMAH, YAITU ISTERI SANG FAILASUF

ISTERI (Berteriak)
Belum habis-habis juga membaca dan menulis?! Lampu listrik yang dipasang sepanjang malam ini dengan uang atau tidak dengan uang?! Dan siapa yang membayar tiap bulan? Dari kantongmu atau dari uang belanjaku?

SETAN (Berbisik)
Siapa beliau?

FAILASUF
Isteriku.

SETAN          
Biasa sajalah bicara dengan dia; dia tidak melihat aku dan tidak mendengar suaraku.

ISTERI (Isteri Kepada Suaminya)
Bicara! Kenapa kau Cuma menggerak-gerakan bibir, dan melihat ketempat kosong!?

FAILASUF (Menoleh Kepadanya)
Melihat kepadamu. Apa permintaanmu?

ISTERI          
Permintaanku. Kau sudah tahu benar dan kau sudah mahir pula pura-pura tidak tahu. Tapi aku sudah bersempah akan melaksanakan semua… Mau tidak mau…

FAILASUF    
Dengan kekerasan?

ISTERI          
Engkau tidak mau menyelesaikan persoalan-persoalan kita dengan kerukunan keluarga.

FAILASUF    
Aku? Aku orang yang suka damai!

ISTERI          
Rupanya. Tapi batinmu laki-laki yang serba tegang dan suka berkelahi. Maumu segalanya dalam rumah ini berjalan menurut perintahmu saja. Menurut kemauan nafsumu saja… menurut pikiranmu!

FAILASUF    
Apa tidak boleh aku punya pendapat sendiri dalam rumah?

ISTERI          
Tuan, pendapatmu kau simpan dalam buku-bukumu. Tapi uangmu kau simpan dalam rumah.

FAILASUF
Jadi maumu engkaulah yang jadi penguasa rumah tangga?

ISTERI          
Tentu.

FAILASUF    
Dan yang begini kau namakan apa?

ISTERI          
Prinsip.

FAILASUF    
Dan kedudukanku apa dalam rumah?

ISTERI
Tenang-tenang saja di kamar seperti kedudukanmu selama ini.

FAILASUF
Tidak jadi masalah.

ISTERI          
Aku tidak mengerti kata-katamu yang filosofis itu.

FAILASUF
Kau cuma mengerti mengambil uang dari aku, dan kau mau menguasaiku.

ISTERI
Menguasai kau? Pandai sekali kau mengarang-ngarang kata. Itu hanya bikinanmu, untuk kemudian dipergunakan melawan aku, aku yang begini melarat, tidak pandai membela diri.

FAILASUF
Tapi kau pandai menyerang dengan perbuatan.

ISTERI
Aku belum lagi menyerang.

FAILASUF
Kau memulai dengan pertengkaran. Bukan kau yang merampas dompetku pagi tadi? Sesudah kau cengkeram aku dengan kuku-kukumu yang panjang-panjang itu, lalu kau pergi ke toko, lalu kau beli kaus kaki dan parfum buat kau sendiri saja, lalu kau pulang tanpa membeli sebuah kemeja pun buat suamimu, untuk menggantikan kemeja yang sudah tua, sudah kumal.

ISTERI          
Kenapa aku harus membelikan buat kau, padahal kau menyembunyikan dari mataku uang yang kau terima?

FAILASUF    
Tuduhan palsu yang selalu kau lemparkan kepadaku. Aku masih bisa menyembunyikan harta dari kau, padahal hidungmu bisa mencium bau uang, seperti pawang ular yang bisa mencium bau ular.

ISTERI          
Di sini tidak ada ular selain lidahmu yang mengeluarkan racun.

FAILASUF
Untung racunku tidak mempan buat kau.

ISTERI          
Memang begitu? Segala yang kau cita-citakan hanya ingin meracuni hidupku.

FAILASUF    
Dan kau? Pernahkah sekali saja kau mogok tidak akan menyakiti hatiku?

SETAN (Berbisik Kepada Sang Failasuf)
yang begini ini perkawinan?

FAILASUF    
Ya. Sedap nian. Bukan begitu?

ISTERI
Lagi-lagi kau menggerak-gerakkan bibirmu dan melihat ke tempat kosong.

FAILASUF
Juga soal bibirku kau mau campur tangan, soal mataku kau mau ikut-ikutan! Bukankah itu hakku mau bicara dengan siapa saja dan melihat ke mana saja?

ISTERI          
Tak ada orang lain dalam kamar ini selain aku.

FAILASUF    
Kata siapa?

ISTERI          
Maksudmu di sini sekarang ada orang lain selain aku? Melihat dan bicara dengan dia?

FAILASUF    
Selain kau? Tentu di sini ada yang lain. Kaukira dalam dunia ini tidak ada yang lain selain kau?

ISTERI
Ada urusan apa dengan dunia? Aku bicara hanya tentang ruangan ini. Apa ada pihak ketiga?

FAILASUF    
Tentu!

ISTERI          
Siapa? Coba!

FAILASUF    
Takkan kusebut.

ISTERI
Ada pihak ketiga yang kau lihat di sini sekarang?

FAILASUF    
Tentu.

ISTERI          
Tapi kenapa kau lihat dan aku tidak dapat melihatnya?

FAILASUF
Apakah itu dosaku kalau aku dapat melihat dan kau tidak dapat melihat?

ISTERI
Seribu kali sudah kukatakan, bicaralah dengan orang lain dengan memakai filsafatmu. Tapi di sini, dalam rumah ini, bicaralah memakai otak saja.

FAILASUF
Apa artinya otak buat kau, Perempuan?!

ISTERI          
Begitu? Pikiranmu sudah mau memberikan kesan bahwa jenismu itu tidak sama dengan jenisku, dan bahwa pikiranmu itu di tempat yang lebih tinggi daripada pikiranku. Kau mau meyakinkan aku bahwa aku lebih kecil di sampingmu, dan bahwa engkau melihat yang tidak kulihat, bisa menangkap yang tidak bisa kutangkap. Kau mau menguasai aku dengan pikiranmu. Tapi kau tidak bisa menguasai aku. Akulah batang yang paling keras seperti yang kauduga. Aku punya kepribadian yang tidak bisa lumat di bawah kepribadianmu.

FAILASUF
Apa gagasan ini yang membuat kau marah?

ISTERI          
Bagaimanapun juga aku tak mungkin jadi anak bawangmu.

FAILASUF
Lalu mau jadi apa?

ISTERI          
Nyonya rumah ini.

FAILASUF    
Dan aku? Bukan aku di sini tuan rumah?

ISTERI
Jadi apa sajalah. Tapi aku yang berkuasa dalam rumah ini.

FAILASUF    
Dan aku yang dikuasai.

ISTERI          
Tidak mungkin dalam satu rumah ada dua kekuasaan dan dua kepengurusan. Hanya satu perintah, satu penguasa.

FAILASUF
Yaitu akulah.

ISTERI
Tidak, malah aku inilah.

FAILASUF
Masuk akal yang begitu?

ISTERI          
Soalnya bukan soal akal.

FAILASUF
Soal kekuatan.

ISTERI
Sayang sekali, memang begitu. Dan akan kau lihat sekarang siapa di antara kita yang akan menang. Baru saja kau katakan bahwa kau melihat apa yang tidak dapat kulihat. Enyahlah. Pembohong kau! Sekarang aku melihat lebih banyak dari kau… orang yang bersama kita dalam kamar ini…

FAILASUF
Kau melihatnya?! Siapa?

ISTERI          
Setan.

SETAN (Berbisik)
Aneh sekali. Bagaimana ia mencium bauku?

FAILASUF (Terkejut)
Sekarang kau lihat bersama kita?

ISTERI (Tanpa Menoleh Atau Menyadari Adanya Setan Yang Sebenarnya)
Ya. Baiklah kita berhati-hati! Sekarang dia berada di antara aku dan kau. Kau tidak tahu — sebagai seorang failasuf — amsal yang mengatakan: “Bila laki-laki hanya berdua saja dengan perempuan, yang ketiganya pasti setan.”

SETAN (Berbisik Kepada Failasuf)
Tidak selamanya. Malam ini aku di sini dengan kau hanya kebetulan saja, seperti kau tahu.

FAILASUF (Kepada Setan)
Ya, aku tahu.

ISTERI (Mengira Kata-Kata Itu Ditunjukkan Kepadanya)
kau tahu? Ya, memang. Amsal ini memang suatu kenyataan. Dan bukti adanya setan di tengah-tengah kita sekarang, dialah yang membujuk aku sekarang supaya merenggut tempat tinta yang didepanmu ini dengan cara begini...

 (Cepat-Cepat Ia Merenggut Tempat Tinta)

Dan akan kulemparkan dengan segala isinya ke kepala dan pakaianmu dan buku-bukumu.

SETAN (Berbisik Kepada Failasuf)
Kejam benar. Percaya kau bahwa aku yang mengatakan kepadanya supaya berbuat begitu?

FAILASUF
Tidak. Tentu aku tidak percaya.

ISTERI (Mengangkat Tempat Tinta)
Tidak percaya? Percayalah bahwa aku akan melakukan ini kalau kau tidak cepat-cepat menyerah tanpa syarat pula.

FAILASUF (Suara Keras)
Kau sudah gila?! Kau akan melemparkan tempat tinta ini dengan tintanya yang masih ada?!

ISTERI
Tinta merah seperti darah. Menyerahlah sekarang juga. Dan nyatakan kau tunduk total.

FAILASUF
Tunduk total?!

ISTERI
Dan tanpa syarat. Kalau tidak kulemparkan ini…

(Menggerak-Gerakkan Tangannya)

Tempat tinta ini…

FAILASUF (Suara Keras)
 Apa ini?! bom?! Bom atom?!

ISTERI (Mengancam Dengan Tempat Tinta)
Terserah apa yang akan terjadi. Menyerah atau…

FAILASUF (Menoleh Kepada Setan, Meminta Tolong)
Bagaimana pendapatmu?

SETAN (BERBISIK)
 Pendapatku? Engkau menanyakan pendapatku, padahal kedatanganku kemari mau meminta pendapatmu? Apa kepalamu yang ini yang mau berpikir untukku buat mencegahkan perang?

FAILASUF
Perang yang dalam kamarku.
(Menunjuk Kepada Isterinya)
Dialah yang mengumumkan perang.

SETAN (Keluar)
Aku kecewa berhadapan dengan kau.

FAILASUF
Mau pergi kau? Dan meninggalkan aku berada dalam ancaman. Tolong, tolonglah aku.

SETAN
Biarlah aku menolong diriku sendiri lebih dulu daripada tempat ini… sebelum bom atommu itu kalian lemparkan dalam kamar ini.

IA KELUAR MELALUI PINTU SAMBIL MELAMBAIKAN TANGAN TANDA SELAMAT TINGGAL





BLAK OUT.
SELESAI.