KLINIK JIWA
CATATAN
PENULIS:
Suasana Pengap
Rumah Sakit Jiwa. Merintih. Shock. Menangis, tersenyum, marah-marah. Lucu
aneh-aneh merupakan bentuk aktifitas para pasien jiwa. Ada perawat yang
mengawasi serta sesekali menolong mereka jika aktifitas mulai membahayakan
dirinya atau sesama pasien. Jumlah pasien tidak terbatas, tergantung
penggarapan sutradara dan yang penting
dapat menampilkan garapan yang semua ada maknanya, walaupun barangkali tak
pernah bicara. Di sini para pasien justru sangat nikmat mendapat suntikan,
hilang kesadaran, fly justru terus dicari, maka sangat cerah setiap asisten
dokter yang bertugas menyuntik datang ke mereka. Unik aneh namun jadi satu ide
yang menarik.
Pementasan ini
mengambil, ruang atau bangsal. Sebuah Rumah Sakit Jiwa dimana para pasien
berkumpul. Jika ada kursi dan meja tentu merupakan set prop yang ada kesan
tidak membahayakan aktifitas pasien. Barang-barang yang unik serta bentuk
warnanya akan memberi aksentuasi keadaan jiwa-jiwa yang sedang terguncang.
Dimulai dengan
bunyi-bunyian yang memberi tekanan jiwa-jiwa yang ganjil. Pagi hari, para
pasien berdatangan dari kamar mereka dengan gaya atau tingkah polah yang
merupakan gambaran dari keadaan jiwanya.
Pasien 1 : (wajah
serius, matanya memandang jauh tanpa apa yang dilihat. Selalu lurus
pandangannya. Ia membawa tongkat komando dari bulu ayam pembersih meja yang
masih terbungkus separo. Kurang lebih 20 kacamata aneka bentuk dan warna
dipajang dibajunya. Dandanannya sangat menor. Berjalan ditegap-tegapkan. Dia
suka sekali pidato. Ke kursi atau tempat yang tinggi dan pidato. Tak jelas
bicaranya. Anak muda yang gagal, jadi pemimpin organisasi dan selalu di demo
untuk dipecat. Selalu ketakutan dilihat orang banyak. Cepat sembunyi berdandan
sebagai pemimpin resmi).
Pidato, (merubah
suaranya) Pidato. (mempercepat bicaranya) pidato, pidato, pidato dan
bla...bla...bla..., (berpikir dan tiba-tiba keras tak beraturan nadanya) Bla
bla bla bla bla blaaaaa................ ciluuup......blaaaaaa (diam tegak bagai
patung).
Pasien 2 : (selalu
berjalan lurus dan kalau belok seperti celeng yakni loncat. Anak muda yang
ingin jadi ahli hitung namun nilainya selalu jatuh. Stres berkepanjangan
akhirnya suka ambil jalan pintas minum
obat terlarang berlebihan hingga kehilangan kesadarannya. Kemana-mana bawa
sempoa. Berhitung saja kerjanya. Ada keinginan dirinya untuk bisa merdeka,
bebas dari tekanan kegagalan dandanannya norak). 25 kali 45... yaa betul
sekali. 25 kali 45 sama dengan 45 kali 25. (menghitung lagi) 17 kali 8 kan 45...
(keras sekali) merdeka!!!!!!!!! 17 kali 8 kali 45 ialah ....merdeka. merdeka.
(menari-nari aneh sebab serba lurus-lurus kekiri kanan. Sempoa jadi alat
musiknya. Lalu asik hitung dengan sempoa).
Pasien 3 : (selalu
cari teman. Takut sendirian. Suka nyanyi. Bawa boneka yang dianggapnya adalah
anaknya. Gayanya manja sekali. Ia merasa tak pernah diperhatikan. Merasa selalu
dibenci siapapun. Ia selalu mencari ayahnya. Ia tau punya ayah tapi jarang
sekali ketemu. Ibunya sibuk sebagai wanita pedagang besar. Ia sendirian dirumah
hanya ditemani pembantu-pembantunya. Disekolah merasa tersingkir. Ia suka
melamun. Ketewa sendiri. Nyanyi-nyanyi sendiri. Lagunya takpernah selesai. Lagu
kanak-kanak yang muncul. Dan lagunya hanya “bintang kecil” irama rock, anak,seriosa
dsb.) bintang kecil........ bintangkecil........ (melihat sekeliling) papa...papa...be,
be babe.... (mencari tempat duduk dan mengelus asik bonekanya. Dandanannya
remaja yang serba pakaian terkini dan jadi aneh karena komposisi warna dan
model campur tak cocok. Topi, kaos kaki, sepatu, baju, kaos, rok, makeup yang
cantik berlebihan dan jika laki-laki yang main jadi kebencongan).
Pasien 4 : (lagaknya
bagai seniman. Lalu berkata-kata yang sepertinya puitis. Suka berhayal hingga
hilang kesadarannya. Dari kecil tak kenal orang tuanya dan ia ikut neneknya
yang kemudian meninggal dan dia sangat sedih dan akhirnya tak kuat menahan
kesepian dan rasa kehilangan itu. Berpakaian yang serba robek celananya.
Asesoris memenuhi tubuhnya. Bajunya yang digantungi saputangan warna warni.
Kaki satu pakai sepatu dan yang satu pakai sandal. Wajahnya dihiasi coretan
bunga atau gambar wanita, serba romantis).
Sepi. Sepi. Sepi.
Sepi. Ing gawe rame pamrihnya. (tertawa terpingkal-pingkal). Awas hati-hati.
Kecepatan maksimum 5 km per jam. (kuat sekali tawanya) awas. Awas. Ada anjing
galak. Keluar masuk kendaraan berat. Kacamata hitam harap dibuka. Senyum,
ketawa tiga jariiiii (tertawa sendiri sambil mencari tempat).
Pasien 5 : (anak
muda yang gagal masuk sekolah militer. Ia merasa dirinya pahlawan. Jago perang.
Badannya kuat. Bawa senjata tapi mainan. Jika mungkin ada pistol, senapan,
belati namu mainan semua. Pakaiannya mirip tentara namun aneh. Warnanya pun
bisa warna bukan tentara. Sebentar-sebentar bersiap seperti tentara menerima
dan memberi perintah yang dilakukan sendiri).
Nenek
moyangkuu...........orang pelaut............(diulang saja) siaaaap, lencang
ataaas, maju mundur selangkah grak. Berhitung. Satu dua satu dua satu dua satu
dua.......tembaaaakan membabi butaaaa grak.tet tet tet tet tet tet tet
teeeeeeeeeet. Siaaaaaap. Hormat senjataaa grak. (senjata ditaruh di depannya)
dan dia hormati dengan gaya aneh). Istirahat di terminal bayangan. (cari tempat
dan membersihkan senjata-senjatanya).
Narasi : Inilah
suasana ruang berkumpul pasien rumah sakit jiwa. Jiwa-jiwa yang goncang, sakit,
depresi mental yang tek tertahankan. Tak kuat menghadapi kehidupan pribadi yang
berat. Kehilangan kasih sayang, jabatan, cita-cita yang gagal, tekanan ekonomi,
politik dan sebagainya. Mereka menjadi aneh, menakutkan atau menggelikan. Namun
mereka tak tahu apa yang mereka buat.
Semua : (dengan
cara pengucapan yang bergaya masing-masing) tauuuuu. Dia pikiiiir, kita gila.
Kita pikiiir dia waras. (bersama mengucapkan masing-masing kata miliknya).
“pidato”, “bintang
kecil”, “sepi, sepi?”, “merdek”, “ tembaaak”.
Perawat : (gayanya
juga termasuk aneh.tapi tampak sangat penuh perhatian pada pasien. Di baju
seragam perawat, bisa putih atau warna cerah lain, tergantung peluit lebih dari
satu dan berbeda warna dan kalau mungkin bunyinya juga. Tiap suara merupakan
perintah yang diturut pasien. Ia meniup peluit).
All pasien : (melafalkan
A-I-U-E-O dengan bentuk mulut yang benar namun aneh).
Perwat : (memeinkan
peluit, cepat lalu lambat, putus-putus dsb)
All pasien : (mengucapkan
A-I-U-E-O mengikuti irama peluit)
Perawat : (ambil
peluit yang lain dan meniup memberi aba-aba)
All pasien : (berjalan
dengan irama peluit itu dan duduk)
Perawat : (ambil
peluit lain dan meniup panjang)
All pasien : (menutup
mulut sampai monyong hingga aneh sekali dan memberi tanda-tanda yang berarti
diam)
Perawat : (mencari
tempat duduk dan baaca buku-buku komok)
Narasi : Perawat
dan begitu juga dokter yang sehari-hari bergaul dengan pasien ini akhirnya
seperti sulit dibedakan. Bagai saudara kembar atau pinang dibelah dua.
All pasien : (menuding
kearah narasi) bohong bohong bohong bohong.
Perawat : (membaca
ban agak berdiri karena sepertinya ceritanya serta matnya melotot.) hiiiii
ngeri. (ambil peluit meniup cepat)
All pasien : (segera
duduk diam lagi)
Perawat : (kembali
meneruskan baca)
Narasi : Nah,
apakah kalau saya terlalu lama disini juga akan........
Pasien 2 : Merdeka.....
jangan.... jangan.....merdeka.
Narasi : (ketekutan
gemetaran sekujur tubuh yang semakin kuat)
Pasien 5 : Tembakan
meriam salvo penghormatan terakhir.....
Narasi : (sangat gemetar dan lari terbirit birit) ma ma
ma...... maamaaa.........maaaaaa.....
Pasien 3 : (sambil
mengangkat bonekanya) papa...papa... be be babeeee.....
Perawat : (ada
kejadian lucu yang ia baca dan ia tertawa kuat tapi mencoba menahan. Jadi
tubuhnya bergoyang seperti menari saja
Pasien 4 : Awas
hati hati pasar sepi. Minyak sepi. Harga
naik. Awas rabies. Lapar busung. Flu nyamuk. demam burung berdarah. Flu
babinian. Malarindu tropikangen. Tbc . diare. Ayo cepat. Yang terlambat masuk
akherat. Sepi. Sepi. Sepi hatiku.
Pasien 2 : 17
tambah 8 kurang 45 sama dengan....merdeka....
Perawat : (keras)
Nah rasakan kamu. (memukul buku) akhirnya dokter sang pahlawan kemanusiaan
datang bersama asistennya. Rakyat
bersorak menyambut : dekter datang dokter datang. (ia bersorak kegirangan)
Pasien 1 : Dokter
datang, pidato. Bla bla bla bla blaaa balaaa
cilub blaaa
Pasien 3 : Kami
belum siap segalanya (menyanyi seriosa aneh. Lalu lari menyongsong dokter)
All pasien : Dokter
datang, dokter datang. (menari-nari di tempat dengan gaya masing-masing)
Perawat : (membunykan
peluit untuk diam)
All pasien : (diam
dan kaku)
Dokter : (dokter
diiringi asisten dikejar pasien 3. dokter dan asisten ketakkutan laripun dengan
gaya mation. Sampai tengah panggung terengah-engah mengalah.lalu sisakit
meneepuk dokter dan berkata)
Pasien 3 : Nah
sekarang dokter yang ganti jaga. Kejar saya. (lari sembunyi)
Dokter : Suster,
mana buku status.
Perawat : (membawa
buku status)
Dokter : (membaca
dengan banyak berkerut dahinya dan kesulitan membaca) buruk sekali tulisan ini.
Sukar membacanya. Apa dokter harus selalu buruk tulisannya ?
Perawat : Tapi
itu tulisan dokter sendiri?
Dokter : Ooooooooo
ya? (menutup buku dan serahkan keperawat) aaa lupa aku.
Pasien 5 : Lapor.
Dokter lupa tulisannya sendiri. Laporan selesai.
Pasien 2 : Dokter
tambah lupa sama dengan........
Merdeka........
Perawat : (meniup
peluit untuk diam)
Dokter : asisisten,
periksa mereka.
Asisten : (sangat
aneh dan unik gaya bicara dan tingkah lakunya. Periksa mata, ketok dengkul, tiup leher, ajak omong, tapi bahasanya hanya bunyi saja,
macam-macam dilakukan dan untuk tiap pasien berbeda)
All Pasien : (yang
diperiksa memberikan respons yang khas dan unik sambil menunjukkan bagian tubuh
minta disuntik dan kecewa karena asisten tidak menyuntik. Bahkan ada yang marah
batal di suntik).
Dokter : (Melihat
situasi) Asisten.....mereka masih manusia kan?
Asisten : Jelas dok. Bentuk
dan susunan tubuh belum berubah. Yang kurang ya yang di dalam-dalam (memberi
tanda jiwa).
All Pasien : (ketawa
dibuat-buat serius) ha ha hi hi hi....sok tau. (Teriak) Sisten.
Perawat : (meniup peluit
diam)
Dokter : Sehat jasmani,
rohani sakit rohani. Perlu penanganan dan penenangan. Sisten!!
All Pasien : Suntik
mereka!!! (menunjuk diriny masing-masing)
Asisten : (melihat pasien
yang siapkan diri. Ragu-ragu. Mengeluarkan jarum suntik dan kemudian...) Jangan
royal dengan obat dok. Tadi pagi kan
sudah. Obat ini terlalu mahal untuk mereka. Lebih baik untuk mengobati anjing
tuan Boby Bontang yang kaya raya. Kita akan banyak dapat cring cring cring.
Dokter : Tapi mereka...
Asisten : Tinggalkan saja.
Habis perkara.
Dokter : Kalau ada
apa-apa, kamu mau tanggung jawab?
Asisten : Aaah beres itu.
(berbisik ke telinga dokter) Soal pat galipat serahkan saya dok. Semua saya
yang megatur. Kewajiban atasan adalah tutup mata dan telinga. Yang dulu-dulu
juga begitu. Ini sudah turun temurun dok. Perlu dilestarikan. Oke?
Dokter : (mau bicara tapi
asisten memberi isyarat tutup mulut) lewat mana?
Asisten : Balik kanan grak.
Maju menurut kata hati... grak. (exit)
All Pasien : Pang
ketipang ketipung ada dokter makan pat gulipat.
Pasien 5 : Tembak jitu
pemakan obat. (menembak dokter dan asisten yang lari menghindar)
Perawat : (meniup peluit agar
tenang tapi salah ambil. Peluit yang untuk A-I-U-E-O)
All Pasien : (langsung
bunyi A-I-U-E-O) dengan cepat sekali)
Perawat : (ketawa sendiri.
Ambil peluit lain dan memeriksa bahwa sudah tidak salah baru meniup karena
sangat semangat justru tidak bunyi. Malah ke peluitnya dan meniup lubang
membersihkan)
Pasien 4 : Sepi. Salah peluit
jadi sepi. Sepi peluit. (ambil peluit dan meniupnya)
All Pasien & Perawat:
A-I-U-E-O (berulang-ulang)
Perawat : (sadar dan kesal
sendiri) eh, kenapa aku ikut? (ambil peluit untuk diam)
All Pasien : (diam
dan tenang)
Perawat : (kembali mau
membaca tapi bukunya hilang. Ia mencari bukunya).
Pasien 1 : (membaca buku
komik) Nn..en..en... eee.. en.. kek.. enenek...oma. be abaaa pe apaaa..ek
pak....papa (tertawa geli sendiri)
Pasien 3 : (langsung sambung)
Papa..papa... (melambaikan bonekanya dan menangis)...siang minum
cucu...cucu...oma... kalau malam ngedot asi... (kaget sendiri dan melotot)
...what? what?...si what gito looooh.....asi sisisiapa tuuuu???
Perawat : (riuh sekali) Naaaa...ini
dia....kembalikan.
Pasien 1 : (lari menghindar
dan terjadilah kejar-kejaran dengan perawat)
Perawat : (kelelahan dan
ingat peluit) aduh, bodoh aku ini. (ambil peluit untuk diam dan meniup)
Pasien 1 : (langsung diam
tenang di tempat)
Perawat : (menuju pasien 1
dan ambil buku dari tangannya. Kembali duduk di tempatnya dan baca)
All Pasien : (satu
persatu mendekati perawat. Semua mau dekat buku. Perawat lalu memainkannya.
Buku ke atas kebawah dan sebagainya. Perawat jalan ke sana kemari dan semua ikut saja. Semua dengan
action mau mengikuti perawat)
Perawat : (karena kesal
diikuti lalu dibunyikan peluit agar duduk diam dan memberi isyarat tidur. Semua
dengan bahasa peluit. Lalu ia meninggalkan tempat).
Narasi : Ketika perawat
bersama mereka maka suasana aman dan tenang. Tetapi, ketika perawat
meninggalkan mereka maka yang namanya stress. (pasien bangun dan stress)
histeris, (pasien yang terik histeris) bicara sendiri-sendiri, (semua bicara
sesuai isi hati yang goncang, pidato yang berapi-api dan sebagainya). Hooo
menyeramkan tapi juga menggelikan.
(para penderita histyeris mengarah ke
narator dan narator ketakutan teriak minta tolong sambil lari ketakutan karena
terkepung dimana-mana).
Perawat : (Perawat datang
sibuk dengan peluitnya hingga pasien tenang kembali. Narator dituntun perawat
keluar dari kepungan pasien dan segera meninggalkan tempat dengan takut).
All Pasien : (melihat
narasi pergi langsung semua girang. Teriak senang. Menari senang)
Pasien 3 : (menyanyi bintang
kecil dan semua ikut menyambut)
Pasien 5 : (menyanyi bagai
tentara maju perang) Nenek moyangku orang pelaut... (semua ikut nyanyi)
Perawat : (ikut nyanyi dan
lalu dengan peluitnya membuat mereka kembali tidur)
All Pasien : (rupanya
mereka sedang kuat sekali. Dan mulailah ngaco omongannya. Sesuai dengan peran
masing-masing. Ribut sekali)
Perawat : (bingung) Aneh. Wah
ini kumat namanya. Peluit tidak mempan lagi. Apa mau dikata, mau tidak mau
ya.... (teriak) dokter dokter dokter dokter...........(sambil mengamankan pasie
yang mau keluar dari ruang itu)
Pasien 1 : Dokter datang.
Pidato...bla bli blu bla bla bla blaaa ciluuuuub blaaaa....
Dokter : Masuk bersama
asisten dan para pasien menyerbu asisten minta suntik)
Pasien 5 : Lapor. Peluit
suster macet....tiaraaaap...tembaaak....
Dokter : Sisten. Jangan
tanya lagi.
All Pasien : Suntik
mereka (menunjuk diri masing-masing lalu siapkan bagian yang ingin disuntik.
Dan nantinya asisten menyuntik bukan di bagian yang diminta pasien namun pasien
fly mulai dari bagian yang dia minta)
Asisten : Dok rencana
dengan tuan beby Bon...
Dokter : (tegas)
Suuunnn......
All Pasien : Tiiiikk!!!!
Horeeee (mereka membuka lengan baju, ada yang di paha, ada minta di ubun-ubun dan
seterusnya aneh-aneh)
Asisten : Keliling menyuntik
dibantu perawat agar cepat. Setiap yang disuntik aneh-aneh responnya. Yang
pasti menikmati terbang tinggi, tenang, fly) he, setengah strip saja dosisnya.
Kalau perlu kurangi lagi. Hemat pangkal kaya tau?!
Perawat : Pelit. Mau dagang
atau mengobati? (ngegrundel sendiri) kalau moral korup bagaimana masyarakat
akan sehat?....hiiii....tau ah gelap. Yang penting aku tak mau ikut
gelap-gelapan.
Asisten : (selesai tugas
dan melihat botol. Obatnya dalam tas) Ya, masih cukup persediaan untuk...he he
he..... Beres dok.
Dokter : Suntikan telah
membuat mereka jauh bermimpi. Lihat, oke kan?
Perawat : Ya ya ya bagus dan
terima kasih doker telah membebaskan aku
dari keroyokan mereka.
Dokter : Mereka tak punya
tenaga, bagaimana mau mengeroyok?
All Pasien : (bangkit
dan memandang tajam ke arah dokter mereka berjalan menuju dokter. Perawat
gemetaran tapi bersikap tenang. Mereka memandangi doker bahkan ada yang dekat
sekali kewajah dokter. Mereka berjalan mengitari dokter. Dokter takut tapi
waspada walau gemetar juga).
Asisten : Tenang dok. Tenang
saja. Mereka orang-orang yang dalam ketenangan yang luar biasa mereka aman di tangan
kita. Jangan panik. Jangan menimbulkan hal-hal yang mencurigakan agar tidak
terjadi hal-hal di luar dugaan dan di luar tanggung jawab kita. (asisten
nyayian lagu rakyat yang menimbulkan minat menari) tak tontong kelamai jagung.......dst.
All Pasien : (nyayian
dan nari bersama asisten)
Asisten : (telpon
genggamnya bunyi dan ia segera menerima namun tetap sambil menari terus) ya
halo ada di sini (terkejut dan bicara kuat) apa?
All Pasien : (langsung
juga bertanya namun terus menari bersama asisten) apa?!
Asisten : (terus saja beri
komando) tak tontong .......ya ya..ya disini juga gawat tau kerahkan keamanan
panggil polisi kalau perlu. Cepaaaat.
(tutup telpon dan langsung nyanyi kuat sekali dan nari cepat sekali) ter, ter,
peluit....
Perawat : Ok bos (meniup untuk tenang)
All Pasien : (langsung diam dan duduk istirahat sesuai bunyi
perintah lewat peluit)
Asisten : (terengah-engah
kedokter) dokter ,pasien oaling parah mengamuk dan meronta dan kini lari dari
kejalanan.
Dokter : Jangan buang
waktu kejar dan tangkap. Perawat, jaga mereka baik-baik.
Asisten : Hadap kanan
grak....
Pasien 5 : Kejar pasien lari .....ayo lari.....heeee larilah kudaku
.....heeee kudaku gagah berani aku pun
jadi senang .....la la la la la.....(dokter dan asisten bagai kuda lari)
Asisten : Dasar gila ya
tetap saja gila. Berangkat graaak. (lari bersama dokter )
Perawat : Oke, waktunya
minuuum. (meniup peluit tanda minum dan membagikan dot bagi bayi atau
sejenisnya)
Narasi : Mereka kembali
kemasa kanak-kanaknya. Perawat pun tenang istirahat diruang perawat sambil
membaca komik kesayangannya. Nah kisah selanjutnya. Pada jam kunjung pasien
datanglah sepasang suami isteri /menjenguk tetangga yang adalah sahabat
dekatnya /sang isteri merasa takut berada diruang kumpul pasien sang suami
melihat-lihat mencari orang yang akan dikunjungi. Mereka terhenti dan........(melihat
ada pasien bangun ia takut dan segera exit)
Pasien 3 : (melihat suami dan
teriak) Papa......papa...be be babeeee....
Isteri : (buru-buru) Pak, pak jadi ada ....(menuding
pasien3)
Pasien 3 : Aaaaah ada papa
ngompol ........uuuh kamu nakal ya bon, jangan ya bon..boneka sayang.
Suami : Bukan dia Dia
bukan (berbisik ke isteri) dia salah
satu pasien di sini. Pingin punya anak sampai gila.
Isteri : Dari mana tahu bahwa bapak pengin punya anak?
Naaaaa.....ayo ngaku saja...jangan sembunyi-sembunyi...akan ketahuan juga.
Pasien 3 : Taukan kamu bon
sekarang.....lihat....... (ke suami) papa...papa...sayang.....
Suami : Hus sama-sama. Dan kita tak perlu peduli pada
mereka..kita tanya suster itu.ayo jam
berkunjung sudah mau habis. (karena sibuk dan buru-buru ia gandeng pasien 3
yang jadi senang)
Isteri : (teriak) Paaaaak.
(ketika suami melihat ke arah isteri baru sadar salah gandeng. lalu kembali
kepada isteri dan membawanya pergi)
Pasien 5 : Tiaraaaaaap....tembak.
Suami : Ayo cepaat bu (suaranya gemetaran dan melangkah
lebar lebar diikuti isteri yang melangkah lari-lari kecil..)
Pasien 2 : Kapan selesainya
merdeka.? Kapan?
Isteri : Jangan membelenggu
kami. Lepaskan. Beri kami kemerdekaan.
Pasien 2 : Saya bukan
penjajah. Saya ditambah saya sama dengan...merdeka.
Pasien 4 : Sepi tambah sepi kali sepi kurang sepi
jadi........ kuburan... sepi sekali.. (tertawa sendiri)
Pasien 1 : (bangun menguap panjang sekali dengan irama aneh) pidato
bla bla bla bla blaaaaaa cilup blaaaaa.
Pasien 3 : Papa papa. (kepada
isteri) Naaa... ini oma bon....oma lucu ya? Oma...oma...papa...papa...
Isteri : Pak. Kamu ada
udang dibalik klinik?
Suami : Bu, bu, bu
nyebut bu....masa suamimu yang handsome begini ada main udang dibalik klinik.
Di pasar ada udang terbuka siap di santrap. Ini bukan klinik hewan otak udang.
Selingkuh mahal ongkosnya bu. Salah-salah dihajar masa runyam bu. Ini jman
orang mudah marah.
Pasien 4 : Ssstttt jangan
ribut. Ini bukan parlemen pertengkaran mulut. Dilarang mengganggu orang gila
istirahat.
Pasien 5 : Tiarap. Tembaaak.
Tret tet tet tet tet tut tut blam blam.
All Pasien : Blam
blam blam. (mengepung suami Isteri) blam blam blam.
Isteri : (ketakutan)
tolong tolong tolong. Help me please. Plis plis plis gito loooh.
Perawat : (membunyikan peluit
untuk tenang dan kembali ke tempatnya) Anda siapa? Mau berobat? Apa keluhannya?
Sudah lama atau baru? Bagian mana yang terasa sakit?
Isteri : (teriak) Saya
mau mengunjungi pasien....!!!!!!
Perawat : (teriak juga) Siapa
namanyaa...!!!
Suami : (teriak juga)
Jangan teriak bu, nanti mereka maraahhh..!!
Isteri : Kalau bisa
marah artinya sehat pak. (ke perawat) Ter, saya mau lihat teman saya. Di mana
kamar kelas I paviliun cempaka no.4 e?
Perawat : (memberi gerakan
tubuh menggambarkan jalannya) Lurus saja ke depan. Mentok terus belok kanan
terus kanan lagi lalu kiri dan di situ ada ruang jaga dan tanya di situ. Kalau
kurang jelas kemari lagi biar saya antar.
Suami : Rasanya tidak
jelas. Jadi antar saja sekarang.
Perawat : Tidak bisa. Sedang
tugas.
Pasien 3 : Jangan, jangan.
Pasien 4 : Ruang kan sepi tanpa suster.
Suster adalah pangkal keramaian. Oh sus, jangan tinggalkan saya. Aku kan merindu dikau hingga
liang kubur. Ku tunggu di pintu sorga.
Pasien 2 : Rindu kali kubur
sama dengan...merdeka. Dia adalah zus merdeka. Ditanggung tidak luntur dan
halal serta empuk manis.
Perawat : Lekas jalan.
Terlalu lama di sini memancing kerusuhan.
Isteri : Jalan pak.
Betah amat di sini (sambil menarik bapak)
Suami : Ya bu ya bu,
sabar-sabar, pelan-pelan. Ingat waktu acara pernikahan? Pelan-pelan jadi juga.
Pasien 5 : Tembaakk...
Suami&Isteri : Tembak
eh tembak ya tembak tembaakk.... (lari)
Perawat : Ah agak oho
ditambah bakat...
Pasien 2 : Sama
dengan........ merdeka........
Pasien 5 : (kepada suster)
Lapor. Tembakan selesai. Peluru habis. Gencatan senjata mulai. Mau belanja
peluru. Nanti perang disambung lagi. Laporan selesai.
Perawat : Kembali ke
singgasana masing-masing ya sayang!
Pasien 3 : Oke sayang, I Love
You... (mau romantis ke perawatnya) love love.. I know i love you.. You You....
Yeah..suntik dong. (perawat menuntun ke tempatnya)
Pasien 4 : Bila sampai
waktuku.... (teriak sekencang-kencangnya) ku mau tak seorangpun kan merayu... Tidak juga
kau.....(menunjuk ke perawat)
Perawat : He he.. ke sana saja sayang? (pasien
itu justru menari aneh dan sang perawat ikut saja sambil membawa pergi)
Pasien 1 : Pidato bla bli blu
bla... Pidato..... (melangkah ke arah lain) Pidato.... (pindah tempat)
pidato... bla bla blaaa cilub...blaaa....... Zus cantik ah.....
Perawat : Lebih mudah
menggembala kerbau sekandang. Ayo ayo sudah. Bagaimana caranya bicara sama
mereka? Seperti waras tapi dalamnya? Ayo mundur.. mundur.. gundul gundul pacul
cul..... Diam di tempat grak..... (bingung) dasar gila... (lalu mengucapkan
aba-aba dengan peluitnya baru mereka menurut) nah awas jangan bergerak kecuali
di tempat. (sambil exit) lapor... ada orang... laporan... selesai.
Isteri : (agak
buru-buru karena takut melewati tempat pasien berada) Kasihan sahabat kita. Sudah
jatuh ketiban palu godam juga. Kena PHK. Kena tuduhan penggelapan dana subsidi
orang miskin. Mark up pembelian truck sampah. Akhirnya tidak kuat menahan malu,
takut, penuh sesal dan....
All Pasien : (berdiri
dan melangkah aneh-aneh dan pelan serta matanya tajam menuju satu titik yang
sama. Diam dan melongo)
Isteri : Mereka sedang
melihat apa?
Suami : Apa mereka
masih bisa melihat? Apa yang dilihat? Kita lihat bu.
Isteri : Ke sana? Hiii ngeri. Kamu
saja sendiri. Saya takut.
Suami : Penakut. Ya sudah
tunggu saja di sini. Tapi jangan jauh-jauh dariku. Saya kan juga.... nggak ah. Siapa bilang saya
penakut. Suami teladan (mendekati takut-takut. Setiap ada gerakan pada pasien
ia menghindar seolah-olah siap diserang. Sampai di depan mereka ia mencoba menggerakkan
tangan di depan mata mereka yang tetap tak berkedip) bu bu bu...bu...
Isteri : (dari jauh)
Ya apa.... ada apa? Ada
yang nggak beres? Berbahaya? Perlu bantuan? Tapi jangan saya yang disuruh ke sana. Saya takut...
serem. Bilang kalau ada yang menakuti kamu. Biar saya ambil langkah seribu.
Pasien 1 : Jangan berisik. Di
dalam sidang VIP tertutup. Dilarang dipublikasikan. Harap tenang. Dilarang
mengganggu sidang gila. Itu gila namanya. Orang waras tidak gila tidak waras.
Pasien 3 : Horeee.... papa.....
tidak waras dan tidak gila.
Isteri : Dokter,
dokter, perawat, asisten...
Pasien 4 : Bila sampai
waktuku...
Isteri : Mampus saja
sendiri. Dokter.....
Pasien 2 : Tanggal tambah
bulan tambah tahun..... merdeka.
Isteri : Kamu sebagai
suami jangan diam melongo begitu. Nanti sandal masuk ke mulutmu. Bantu aku.
Kamu sudah tidak cinta aku ya?
Pasien 3 : You ypu i love
you... I know i love you
Suami : Isteriku,
kucinta kau... (gemetaran dikerumuni pasien)
Isteri : Makanya
jangan kau meremehkan saya lagi...
Suami : (melepaskan
diri dari kerumunan) O tidak sayang... kau cantik, manis, aduhai, dan....
pokoknya siiiiip deh, lahir batin siang dan malan tak ingin berpisah sejengkal
pun. Tanpa kau hilang gairah hidupku. Ikal rambutmu, gelombang detak jantungmu,
dengus semampai nafasmu, sorot sinar matamu, tutur kata hatimu ooooo membuatku
menggeliat terbang berenang dalam kerinduan ingin memeluk mendekapmu.
Isteri : Idiih kalau
dekat-dekat begini penuh sanjungan... kalau di luar saya.... begitu melihat
bunga merayu menebar senyum memikat syahwat maka lupa yang di rumah. Lelaki
banyak manis kata.
Suami : Itu lelaki pada
umumnya. Aku lain. Aku khusus. Aku lelaki tidak umum. Aku bersumpah demi
bintang....
Pasien 3 : Bintang
kecil.......
Suami : Ya betul (nyanyi
dan menari dengan pasien 3)
Pasien 4 : (mendekati isteri)
Suamimu sakit ya...?
Isteri : Tidak. Enak
saja (mau merebut suaminya. Pasien 3 menarik juga akhirnya tarik-tarikan)
Suami : (kesakitan
ditarik kiri kanan dan meronta melepaskan diri) stoop! Saya masih waras bu?
Masih ya bu? (aneh) Saya jadi betah di sini. Hawanya segar. Hidup enak tak
perlu mikir. Dirawat. Tak ingat apa-apa. Happy happy terus. Bu, pindah ke sini
saja ya bu (makin aneh).
Isteri : Dokter dokter
dokter
Pasien 2 : (suara berdengus
besar) Merdeka.....
Isteri : Sumpah aku
tak mau lagi kemari. Biar dibilang sombong, tidak toleran teman sakit dan
sebagainya dan seterusnya. Kapok aku. Oooo, dokter dokter .... dokter dimana
kau..? aku tidak mau ketularan....
Pasien 1 : Pidato... bla bli
blu bla. Ciluuub bla.... orang waras tak ingin gila.
Dokter : (datang
buru-buru diikuti asisten) Ada
apa ini? Kenapa teriak-teriak panggil dokter? Ibu ada sehat-sehat? Sisten. Bawa
ke kamar periksa. (exit)
Asisten : Mari bu.
Isteri : Saya tidak
sakit. Saya sehat. Bodoh kamu. Dokter dokter tolong...
Asisten : Kita periksa saja
dulu bu. Dokter lebih tau. Ayo (memaksa sehingga isteri meronta-ronta di bawa
keluar)
Suami : Dibawa kemana
istriku? Hai... (susah keluar karena dicegat pasien-pasien. Menghentakan
dirinya dan memukul lantai) Tidaaaak!!!!
All Pasien : Gila
gila gila gila gila....
Narasi : (muncul sangat
anggun dan tenang)
Suami : (melihat narasi
marahnya dia lampiaskan) Siapa kau?
Narasi : Seperti yang
kau lihat. Wanita
Suami : Sinis sekali
dan mencibir meremehkan). Aku tidak mengundangmu.
Narasi : Aku juga datang
bukan untuk menemuimu.
Suami : (berdiri penuh
nafsu) Apa kau datang untuk menghiburku sayang?
Narasi : (meledak
amarahnya) Itulah kalian para lelaki selalu menganggap wanita hanya sebagai
hiburan belaka. Hanya dijadikan pelengkap tempat tidur. Kami protes keras. Kami
juga punya hak menjadi subjek. Bukan objek sejak lahir. Betul kawan-kawan?
All Pasien : Waaaoooo...mmmmmuuah.
ah
Narasi : Mereka saja
mengerti, kenapa kalian yang wara tidak? Hentikan sikap mau menang sendiri.
(jantan dan perkasa) Kami bangkit karena kami ada. Kalian ada karena kami ada.
(feminim) Hai.. camkan di hatimu. (berjalan exit bak peragawati dan kemudian
berubah wanita karier yang serba tegas dan sigap)
Suami : (lari mengejar
tapi dithan pasien) Andai bukan perempuan... kuremas-remas kau. Kutendang.
Kuludahi. Ku ku ku rang ajar.
All Pasien : Cuh
cuh cuih (tertawa) gilaaaa...
Suami : Brengsek kalian
(mengamuk dengan gaya
serba aneh)
Pasien 1 : Pidato. Ada orang waras mengamuk
(minggir dan menonton melongo aneh)
Suami : Aku masih waras
(menghempaskan dirinya ke lantai)
Perawat : (masuk buru-buru)
Edan, edan. Ditinggal sebentar saja sudah berantakan. Ayo ingat. Ayo aku setrum
kalian semua. (membawa pentungan yang ada aliran listrik kecil. Setiap yang
dikenai lalu kaget dan seperti terkejang saja jadinya. Aneh dan makin gila
suasananya. Ada
yang malahan minta tambah) nah malah keenakan. Dunia sudah terbalik-balik kini.
Mana yang edan sebenarnya? Bapak kenapa tidak pulang dari tadi? Betah di sini?
Suami : (nyanyi bintang
kecil)
Perawat : Aduh mati aku.
(tiba-tiba kesal dan nyanyi lagu rock keras yang lagi hits saat ini. Kedengaran
memang kesal dan aneh sekali. Lama-lama kehabisan tenaga dan loyo tertunduk lemas)
Suami : (bertanya ke
pasien) Dia pasien?
Pasien 3 : Papa gila. Tanya
Pasien ke pasien (semua tertawa tanpa arah dan masih ketawa saja asal ketawa
aneh)
Dokter : (bersama asisten
dan geleng-geleng saja melihat situasi yang kacau. Kaget melihat penghuni baru)
sisten, bapak itu pasien baru?
Suami : Bintang
kecil...
Dokter : Suntik
Asisten : (menyuntik dan
suami lemas tenang)
Dokter : Berapa persen
kemungkinan sembuh?
Asisten : Seperti pepatah
bilang “hidup segan matipun tak mau”. Ada
orang hidup tapi tak waras ada yang waras tapi tidak hidup. Orang sehat yang
dinyatakan sakit dan ada orang sakit dinyatakan sehat. Ah aneh aneh tapi nyata
nyata.
All Pasien : Apa
gunanya?
Asisten : Hus
Isteri : (muncul
dengan gaya
aneh) Saya masih waras. Saya masih waras... tidak. Dokter, ampun ampun...
(berputar-putar di tempat saja)
Suami : Dok, dia
istriku...
Pasien 3 : Bintang kecil...
Suami : (nyambung)
Bintang kecil... tapi dia istriku... bintang kecil... peluklah aku dinda.
Asisten : Suster, kamu
digaji bukan untuk tidur. Atur anak buahmu. (sambil ke istri menyuntik) Aaah
suntik saja. Biaya urusan belakangan.
Narasi : Jangan biarkan
anak-anak muda terlepas dari kasih sayang. Hindarkan dari penyakit mengerikan
ini. Ini adalah bencana.... bencana nasional.... internasional.... (jerit
penyanyi rock yang memberontak) bencana bencana bencana..... (menangis dan
tertawa)
Dokter : Sisten (suaranya
lemas melengking hampir tak bersuara)
All Pasien : (parau)
Suntiiik.
Asisten : (sama paraunya)
Siap. (menyuntik narasi yang kemudian lemas keasyikan)
Asisten : Lelah. Daya tahan
menipis. Akal waras tumbuh kelainan. Kenapa mereka sangat nikmat dan menyenangi
obat ini? Bimbang. Ragu. Aku bukan orang kuat. Aku bukan malaikat. Sekelilingku
setan-setan..... dan dan ... (mau menyuntik) ah tidak... tidak... harus ada
yang waras walau Cuma satu... (menangis)
All Pasien : Lho..lho..lho.....
orang waras menangis
Asisten : Kalau tiap hari
yang seperti ini bertambah terus. (lantang sekali)... lalu mau jadi apa
bangsaku. (menangis bagai anak kecil)
Pasien 3 : (lari menyumpal
mulut asisten denan dot bayi) bintang kecil... (dengan semangat aneh)
All Pasien, Suami,
dan Isteri : Bintang Kecil.... (parau tinggi)
Perawat : (sudah seperti gaya pasiennya) stoop.
(yang nyanyi statis) Untuk mengenang dan menghormati para pasien yang terus
berkembang jumlahnya marilah.... heningkan cipta... mulai..... (bersama dokter
duet lagu seriosa) Bintang kecil....
All Pasien : Stoopp
(nyanmyi kuat sekali) Bintang ke....
Asisten : (suara anak
kecil) Stooop. (semua statis) Bin...
Semua : Stooop... (suara
kaset rusak. Lalu senyum dan riang)
Ini dia si jali-jali...lagunya enak
lagunya enak merdu sekali... enak sekali enak sekali enak sekaliiiiiiiiii.....
Narasi : Sampai di sini.
Salam kami. Pidato. Bintang Kecil. Sepi. Tembak. Merdeka.
hemmmmmmmm,,,,,,,apa an neh,,,,,,,,,,
BalasHapusini naskah yang kami sediakan untuk festival teater
BalasHapus