Jumat, 06 April 2012

Naskah Persimpangan



















Lakon
PER
SIMPANGAN
P. Haryanto
















(Introspeksi untukAkuAkuAku)


Jalan ini tertegun di tebing, terbelah dua ke kanan dan ke kiri. Jalan yang gersang di hari yang panas. Sedang di tengah persimpangan ituBerdiri sebuah tonggak yang mendukung sepotong papanBerujung runcing kanan-kirinya. DiBagian kiri papan itu tertulis "Neraka", diBagian kanan tertulis "Surga". Sedemikian yakin papan ituBerkata kepada kita,Bahwa jalan yang ke kanan itu menuju ke Surga, sedang yang ke kiri menuju langsung ke Neraka.

BABAK I

CAHAYA MEREDUP KETIKA TERDENGAR MUSIK GENDERANGBERDENTAM-DENTAM. KETIKA PUKULAN GENDERANG MULAI SURUT, MENDERULAH MUSIK GELISAH DIIRINGICAHAYA SEMAKIN TERANG. SEMENTARA ITU TOKOHA MUNCUL DARIANTARA KITA DENGAN LANGKAHNYA YANG LELAH. SESAMPAINYA DI PERSIMPANGAN ITU LAGI-LAGI IA MENJADI RAGU UNTUK MENENTUKAN PILIHANNYA.AKHIRNYA IABERISTIRAHAT DIBAWAH PAPAN PENUNJUK JALAN ITU. SESAAT KEMUDIAN SAMPAILAH TOKOHB DAN TOKOHC DI TEMPAT ITU DENGANBERBIMBINGAN, PENAT TUBUH PENAT HATI.


B
Persimpangan....

C
Persimpangan jalan lagi?

B
Ya, untuk kesekian kalinya kita menemukan persimpangan.

C
Alangkah melelahkannya perjalanan ini.

B
Memang. Tapi kita harusBerjalan juga.

C
Ya, kita tak pernahBisaBerhenti. Sampai kapan kita harus jalan?

B
Diam, menatap papan penunjuk jalan itu)

C
Dan ke mana lagiArah perjalanan kita?

B
Lihat, lihatlah penunjuk itu.

A
Eh!Apa yang kalian lihat he?

B
Ah,Ada orang.... rupanya. Itu, papan penunjuk jalan itu yang kami lihat.

A
O. kusangkaAku. Tapi, Saudara,Apa tadi kalian tak melihatAku?

C
Melihat?

B
Ya, diaBertanya (kepadaC lalu menolehB)
Ya, Saudara! Semula kami memang tidak melihatmu, sebab kami hanya memperhatikan tanda-tanda demi tujuan kami. Dan tiba-tiba Saudara mengejutkan kami, maka ....klap... kami melihat Saudara sekarang. (Tertawa)

A
(Tertawa)Aku tadi juga tak melihat kalian.Aku sedangBerpikir-pikir, dan tiba-tiba SaudaraBerteriak. Maka, klap... klap...Aku terkejut melihat kalian. (Tertawa) Waaah! Memang, untuk dapat saling melihat kita membutuhkan kejutan-kejutan !
Terdengar dentang-dentang mengetuk hati)

C
Mari, kita teruskan langkah kita.

B
Ya, mari. Selamat tinggal, Saudara!

C
Selamat tinggal!

A
Lho! Ini mau ke mana?

BC
Ha? Ke mana?

B
SaudaraBertanyaApa?

C
SaudaraBertanyaApa?

A
Ampun! Ke mana kalianAkan pergi?

B
Ke mana kitaAkan pergi?
 
C
Ah, menghina! Dia menguji kita.

B
Saudara! Saya harap Saudara jangan mencoba menguji kami. Penghinaan!

A
Haaah? Menguji? Menghina? Jadi mudahBenarBerprasangka di perjalanan yang gersang ini. Saudara, saya tidak menguji kalian,Aku tidakBermaksud menghina kalian.Aku kan hanyaBertanya ke mana kalianAkan pergi?.

C
Penghinaan lagi!

B
Lagi penghinaan! Saudara jangan pura-pura tak tahu!

A
Astaga! MintaAmpun!Aku tidak tahu maksud kalian sebelum kalian katakan, Saudara.

C
Terlalu! Semua orang di perjalanan ini sama tujuannya, Saudara. Juga Saudara, jika masihBelum sinting!

B
Kami mau ke Surga.

C
Ya, kami mau ke Surga.

A
Surga? Surga? …… Hah?Benar, yaBenar juga.Aku juga mau ke sana. Eh, tapi, Saudara,
apakah kalian tahu mana jalannya, he?

C
Oh, itu mudah saja. Tiap orang tahu. Orang hapal. Pokoknya kita harus selalu melalui jalan kebenaran, jalan ke kanan. Jalan itulah yangAkan menyampaikan kita ke Surga.

A
Ooooo, jadi melalui jalan kebenaran, jalan ke kanan? Ke kanan... ke kanan....

B
Iya! Ke kanan! Kebenaran! (jengkel)

A
Ya, ya, ya, ke kanan, melalui kebenaran. Dan kebenaran itu mana?

B
Hah! Kebenaran itu yang ke kanan!

A
Iya! Tapi ke kanan itu yang mana?

B
Yaitu! Ke kanan itu yang kebenaran.

A
Iya! Tapi kebenaran itu....

B
Kebenaran itu yang ke kanan.

A
Aduuuuh! Itulah yang kutanyakan!AkuBisa menjadi tolol ini!

C
Saudara! Saya harap jangan membikin hinaan yang lain lagi. Kebenaran kita ini telah dipermudah dengan tanda-tanda. Lihat itu. Lihat itu! Papan itu sudah menunjukkan mana jurusan Surga, mana jurusan ke Neraka.

A
Ya, memang, mungkin dengan tanda-tanda itu kita dipermudah. Tapi, Saudara, mempermudah itu mungkin dalamArti mempermudahBenarAtau mungkin mempermudah salah!Aku sudahCukup kerap tertipu oleh tanda-tanda semacam itu. Kalian juga tentunya. (berjalan mendekat tanda-tanda dan menyentuh)Lihat tanda seperti ini.Astaga. (Tonggak itu roboh terpukul tangannya)

BC
(Menjerit melankolis, kemudian diam kaku ketikaAda dentang-dentangBergaung)

A
Betapa rapuhnya! (Mendirikan kembali tanda itu, namun ternyata terbalikArahnya, kanan Neraka, kiri Surga)

BC
Syukurlah, selamat kita semua! (Bernapas lega)

A
Betapa rapuhnya!

BC
Apa?Apa kata Saudara?

A
Betapa rapuhnya pendirian itu.

B
Oh!

C
Bukan rapuh! Tapi Saudara yang kurangAjar! Saudara telah lancang mengutik-utiknya hingga roboh. ItuBerarti Saudara meragukan kebenaran ini,Berarti Saudara tidak mempercayai kebenaran ini,Berarti Saudara menentang setiap pemakai jalan ini,Berarti pula SaudaraAdalah pengacau! Pemberontak! Pengkhianat laknat! (emosi makin memuncak)

A
Ampuuuuun! Saya sama sekali tidakBermaksud menjadi semacam itu, Saudara. Saya hanya merasa lucu pada papan itu, pada tulisan itu, mengapaBegitu hebat kemampuannya, membuat orang tunduk, patuh, menurut, tanpaBertanya-tanya lagi, tanpa pikir-pikir lagi!

C
Itulah kepercayaan!

B
Itulah keyakinan!

A
Kepercayaan? Keyakinan?

B
Setiap orang harus percaya dan yakin kalau ingin selamat.

C
Dan papan penunjuk itu sudahBerabad-abadBerdiri di situ, diuji waktu dan musim....

A
Dan ternyata rapuh.

C
Astaga!

B
Astaga!

C
Gila!

B
Sinting.

C
Konyol.

B
Kemplu.

C
Brengsek.

B
Tolol.

C
Kerbau.

B
Sapi.

C
Tikus.

B
Anjing.

C
Kucing.

B
Babi!

C
Kuda!

B
Jangkrik!

A
Ampuuuun!Aku tidakBermaksud menjadi semacam itu-itu tadi.Aku toh hanya merasa lucu, mengapa tonggak penunjuk yang tampaknya kokoh itu ternyata mudahBenar tumbangnya. Saudara harap mengerti.

C
Kita diburu waktu. Kita tidak tahuApakah Surga sudah dekatAtau masih jauh dari sini. Mari kita teruskan langkah kita dengan kepercayaan.Agar selamat, kita harus percaya dan yakin.

B
Ya, mari kita melangkah dengan keyakinan. Tidak usah mengurusi orangAbnormal itu. Keyakinan kitaAdalah satu-satunya kebenaran!Ayo! (Melangkah keArah kanan.)

A
(Tertegun, kemudian terkejut) Hai, Saudara, kalian menuju Neraka!!!

BC
Ha? !

B
Ngaco lagi, ya? Kali ini tak kuampuni

A
Sabar lihat papan itu. Ke sanaAdalah menuju Neraka. Jurusan Surga itu ke sana.Benar, kan?!

B
Tidak percaya.

C
Ya, tidak percaya.

B
Aneh, ya?

C
Ya,Aneh.

B
SangatAneh!

A
LaluBagaimana?

C
Ya, kalau demikianBagaimana?

B
Ya, kalau demikianBagaimana?Ah, yang terang kita harus terus jalan.

A
Ke mana?

BC
Ke mana?

B
Ke Surga, tentu saja!

A
Lewat mana?

C
Lewat jalan kanan, ke sana! (Menghadap penonton, menunjuk kanan)

B
Bukan, ke sana! Tapi ke sana! (Membelakangi penonton, menunjuk kanan)

C
Ah,Coba kau ingat-ingat lagi. Pasti yangBenar ke sana!

B
Tidak. Engkau yang salah, kanan itu ke sana!

C
Tetapi papan itu juga menunjukArah Surga ke sana!

B
Itu dusta! Papan ituBohong!

C
Apakah keyakinanmu mulai goyah?

B
Tidak! Tidak goyah, tetapiBerubah.Berubah tidakBerarti goyah! Surga itu ke sana. Papan itu salah!

C
Tidak! Papan ituBenar. Lihat, saya menunjuk dengan tangan kanan keArah kanan juga!

B
Tanganku yang kanan juga yang menunjukArah kanan. DanAku yakin,Arah Surga itu ke sana! Kebenaranku tak dapat ditawar-tawar!

C
Aku tidak menawar kebenaranmu, melainkanAku menentang kebenaran yang tidakBenar, kebenaran yang salah!

B
Eh! ItuBerarti kau menentang kebenaranku, menentangAku?Berarti kau menentang setiap pemakai kebenaran ini?Berarti pula kauAdalah pengacau, pengkhianat, pemberontak laknat yang harus ditindas, harus dimusnahkan!

C
Tidak! Kaulah yang menentang kebenaranku! Kaulah yang menghalang-halangi dan menentang setiap pemakai kebenaran ini, itu samaArtinya kamu pengacau, pengkhianat, pemberontak laknat yang harus ditindas, dimusnahkan!

A
Ampuuuuun!Aku jadiBingung! Waduh! Kalian tadi rukun, sekarang jadi tidak rukun. Ya, Tuhan, kalian mau ke Surga. Untuk ke Surga harus melalui jalan kebenaran. Dan... jalan kebenaran ituArahnya kanan. DanArah kanan itu sana...Atau sana... eh, sana... eh, eh.... Lho,Aneh! Sana kanan, sana juga kanan. Sana juga kanan, sana juga kanan.Bawah, juga kanan!Ampuuuun!Aku jadiBingung!ApaBenar semuaArah itu kanan?ApaBenar semua jalan itu,Benar? He?!

C
Semuanya salah! TakAda kebenaran selain kebenaranku. Ya, kebenaran hanya satu, itulah kebenaranku! Persetan dengan kalian, dengan langkah penuh kepercayaanAkuAkan ke sana. Selamat tinggal orang-orang tolol. (Pergi keArahnya sendiri, diikuti pandangan mata lainnya)

B
Kasihan, kebenaranBenar-benar tidakBenar!

A
Oh, tidak! MungkinBenar juga dia.

B
Heh? Jadi secara tidak langsung kau menyalahkan kebenaranku, ya?

A
Oh, tidak! MungkinBenar juga Saudara.

B
Heh? O….. saya tahu sekarang, jadi secara tidak langsung Saudara sendiri mengaku tidakBenar, ya?

A
Oh, tidak! MungkinBenar juga saya.

B
Heh? KalauBegitu, jelasnyaApa kebenaran Saudara itu, he?

A
Begini. Kebenaran sayaAdalah, kebenaran, yaitu, kebenaran sayaAdalah...Bingung.

B
(Tertawa)Bingung?Bingung yang kebenaran? Kebenaran yangBingung? Ya.Allah, Saudara telah mencari kesukaran sendiri dengan tidak mau yakin. Naaah! SelamatBerbingung-bingung di persimpangan ini.

A
Ya, pergilah! Selamat melarikan diri ke dalam keyakinan.

B
Diam kau! (Lari keArahnya sendiri,Bersama dengan suara gemuruh danCahaya yang meredup)

BABAK II


GENDERANG MELEMAH. LAMPU MENERANG. MUSIK MENGALUN TERSENDAT-SENDAT. SEGEROMBOLAN ORANG MENDATANGI DENGAN TERHUYUNG-HUYUNG. TOKOHABANGKIT MENYONGSONGNYA

A
Ahoi! Saudara-saudara, selamat datang! Jangan diam dan sedih, jangan ragu janganBimbang. di sini kitaBebas memilih. Ke sana? Ke sana? Ke sana?Atau di sini saja menanti.

(Gerombolan orang itu terusBergerak dengan diam. Dengan mata terus menatap tanda jalan itu. Mereka menuruti petunjuk itu. TokohA terkejut dan memutar tanda. Gerombolan ituBerbalikArah danBerjalan lagi.A mengubah tanda itu lagi. Orang-orang itu menjeritBertanya)

E
Apa ini?

F
AdaApa sebenarnya ?

G
Apa yang terjadi?

H
Itu Lihat itu!

I
Itu,Anu!

J
Tiba-tibaBegitu!

K
Tiba-tibaBegini!

L
Ya, dulunya tidakApa-apa lho! lalu...Blum!

M
Mengapa? Kenapa, he?

N
MengapaBegitu? Mengapa,Blum? Wah pastiAnu...!

E 
Bagaimana, ya?

F 
Aneh sih!

G 
Mengherankan!

H 
Ajaib!

I 
Heboh!

J 
Dahsyat Man!

K 
Abnormal!

L 
Mengerikan!

M 
Mencemaskan!

N 
Menakutkan!

E 
Mengharukan!

F 
Waduh, waduh! Ya, Gusti, laluBagaimana?

G 
Ya,Allah jabangBayi, mengapaBegitu? Seperti mimpi saja!

D 
(Membunyikan peluit) Tenang! Tenang!Coba tenang. Ingat, hatiBoleh mendidih, tapi... kepala harus dingin! Nah,Bagaimana ini?

H 
AkuBilang, iniAlamatCelakaBagi kita!

I 
Ya! Firasat saya juga mengatakan jalan ke Surga tertutupBagi kita!

J 
Wah!

K 
KalauBegituBagaimana kita?

J 
Wah! Wah!

L 
Iya!Bagaimana nanti saya?

J 
Wah! Wah! Wah!

M 
Kita jalan terus sajaBagaimana. Ini hanya usul saya, lho!

J 
Wah! Wah! Wah! Wah!

N 
Usul sih,Boleh-boleh saja, tapi pikir, sampai kapan kita mau jalan.Apa kitaAsal jalan saja?

L 
Wah! Wah! Wah! Wah!

E 
Dulu jalan! Kemarin jalan! Sekarang disuruh jalan!Besok jalan! Wah! Kapan kitaAkanBerhenti, he?

F 
Iya ya? KapanBerhenti?

G 
Kapan?

H 
Ya,Coba jawablah, kapan? Masak kita selama ini selalu menyerah saja. Tahu-tahu kita telah jalan. ItuBoleh-boleh saja, tapi paling tidak kan perlu juga pikir-pikir, kapanBerhenti? Gitu, kan?

I 
Betul! ItuBetul! Setuju!

J
Akoooor!

D 
Tenang! Tenang! Semua saja tenang! Dengar, kitaAkanBerhenti setelah sampai di tujuan.

K 
Tujuan? Itu tujuan siapa,Bung?

D 
Tujuan kitaBersama tentu! Surga kebahagiaan!

L 
Betul, saya setuju!

M 
Lalu kapan kita sampai di sana?

N 
Ya, kira-kira saja kapan?

D 
Kalau kita terusBerjalan, kitaAkan sampai di sana. Percayalah!

E 
Jadi kita harus jalan terus?

D 
Iya! Kita harus jalan terus!

F
Jalan terus, terus, terus, terus? Waduh!

G 
Oh, ya, jadi setelah terus, terus, terus, terus... laluBerhenti?

D 
Pasti! KitaBerhenti setelah sampai tujuan.

H 
Lalu kapan sampainya di tujuan?

D 
Setelah kita jalan terus, tentu saja!

A 
Ampuuuuun!Aku jadiBingung! (berteriak)

I 
Wah,Apa itu?

J 
Orang! OrangAsing itu!

K 
Ya,Allah kusangka demit!

L 
Harus jalan, siapa dia? E, jangan-jangan dia yang mencuri hati saya kemarin.Apa hal macamBegini perlu dilaporkan?

D 
Perlu sekali! Nah,Awas, Saudara-saudara. Disinyalir orang itu mempunyai keahlian yang jahat. Maka diharap kita semua waspada.Coba periksa hati, pikiran, mata, telinga, hidung, tangan, dan kaki Saudara-saudara! Jangan-jangan telah hilang tercuri.
(Orang-orang itu saling memeriksa dengan ributnya).

M 
Ini, ini, ini masihAda. Tapi yang itu kok nggak tampak?

N 
Lha ini malah serongBegini!

E 
Punyamu juga gitu kok!

F 
Masak, kemarin saja masihBaik, kok!

G 
Wah ini sih masihBaik. Tapi yang itu sudahBerabe.

H 
Wah gawat. Gawat! Gawat, nggak ketulungan!

I 
Coba-coba diginikanBagaimana? Sakit? Nggak toh?

J 
Lailah, punyamu sudahBobrok gini? Nggak pernah dibersihkan, ya?

K 
Nggak, memang gitu kok sejak lahir!

L 
Hati-hati kamu kalau pegang-pegang!

M 
Sudah, pokoknya selamat! Selamat nggakAda yang hilang!

N 
Ya, paling nggak kita nggak merasa kehilangan, gituAja! Ya! Selamat!
(setelah semua sibuk sendiri, lalu mereka mengamat-amati orang yangBerteriak tadi)

E 
Hei, siapa sih kamu itu? OrangBaik-baik saja kan?

F 
Iya, siapa sih kamu itu?

G 
Kamu siapa, he?

A 
Aku?

H 
Lha iya, kamu itu siapa?

A 
Lha kalau kamu siapa?

I 
Waduh,Berlagak macam wayang ya? Ditanya ganti tanya. NggakBisa.

J 
Di siniAturannya kalau ditanya musti jawab, nggakBoleh lain!

K 
Udah, jawab saja, Dik!

L 
Kok, Dik, sih?! Om! Udah, Om, jawabAjaBaikbaik.

M 
Masak Om? Tante! Udah deh, Tante, jawabAja!

N 
KayakBegitu kok tante?! Itu kakek. Ya, Kek, jawabAja terus terang.

E 
Ah, sebenarnya masihBelum jelas. Perhatikan saja, mana tanda-tandanya? KanBelum tampak? Maka untukAmannya, kita musti pakai kata-kata yang netral. Panggil saja orang. Hei, Orang, siapa namamu?

F 
Ya, siapa kamu itu, Orang?

A 
Aku orangBingung.

G 
He?

H 
Astagafirulah!

I 
Nah,Betul kan? Kan tadi udah ngira! OrangBingung dia!

J 
Gawat! Gawat!

K 
Wah tentu kamu tidak punya kepercayaan, iya. Iya saja!

L 
Ya, kasihanBenar dia....

M 
Itu sih, sudah sepantasnya. Lha potongannya saja meragukan gitu?!

N 
Maklum saja, masih kanak-kanak sih! Kutaksir masih kelas nol kecil!

E 
Bukan, toh. Itu yang namanya sudah terlalu tua.

F 
Ah, nggak,Ah! NggakBongkok gitu kok.Coba tenang sebentar. Nah kalau lihat gayanya, sih... wah, nggak salah lagi……Michael Jackson!

G 
Waduh, waduh, waduuuuh!Clila-clili macamAnakAyam, ha, ha, ha, ha, ha!
(Semua orang itu tertawa terpingkal-pingkal sambil melontarkanBerbagai komentar untuk mengejek tokohA)

H 
Sudah,Ah, sudah, jangan digoda, kasihan.

J 
Ya, sudah, jangan digoda, kasihan.

D 
(Membunyikan peluitnya) Tenang, tenang! Demi ketertiban dan keamanan semua harap tenang.Akan kutanyai dia. SaudaraBingung?

A 
Iya. Dan sebab ituAku menghentikan langkah Saudara-saudara, kare....

D 
Stop!Cukup! Kami sudah tahuApa yangAkan Saudara katakan. Nah, kami merasa terpanggil untuk menolong Saudara.

A 
Lho, mengapa?

D 
Maaaa! Pinter! Itu memang pertanyaan yangBagus. Tapi sayang tidak kami perlukan.Bukan mengapanya yang penting.

A 
Ya,Allah! Saya ini harusBertanya pada Saudara?

D 
Tentu! Dengan sendirinya! Otomatis! Sebab SaudaraAdalah orangBingung, sedang kami manusia-manusia yakin! OrangBingung harusBertanya pada orang yakinAgar ikut menikmati keyakinan.

K 
Benar, Saudara, nggak usah sangsi! Ya, itu sungguh-sungguhBenar!

L 
Ya, itu mutlakBenar!

M 
Coba pakai otak sedikit. ItuBenar, Saudara, percayalah.

N 
Saya sendiri tidak mungkin menyangsikan lagi, kok, percayalah!

E 
Situ lagi, lha wong om saya,Ayah saya, teman saya, yang di sana malah guru saya dan pacar sayaAja jugaBegitu, kok!

F 
Lha, pengemis yang kemarin minta-minta kepadaku, di rumahku,Aja yaCeritaBegitu kok,Apalagi itu, huh!

G 
Pokoknya kalau normal mesti dapat menerima.Bayangkan; semua sajaAkor kok, romo pastor, suster, pak guru, pak RT, pak RK, pakCamat, pak Walikota, pak Gubernur. Sri Sultan, Sutan TakdirAlisjahbana, Ernest Hemingway, Putu Wijaya,ChairilAnwar, Pablo Picasso, Hittler, Mochtar Lubis, Marga T.,Bung Karno, Rendra,AntonChekov,Ali Sadikin, Profesor Driyarkara, Purwadarminta, Lenin, Russeau, Gorys Keraf, Langeveld, Romo Kardinal, Paus Johanes Paulus II, Ibu Kita Kartini, Mozart,Beethoven, Mao Tse Tung, Goenawan Mohamad, Yati Pesek. Marwoto,AriefBudiman, Iwan Simatupang, Romo Dick hartoko, Mbak Megawati, Permadi, Resi Wiyasa, Walmiki, Empu Kanwa, Empu Prapanca, Daendels, Raffles, Westerling, Kartosuwiryo, Kahar Muzakar, Untung,Aidit, Sadam Husein, FidelCastro, .......

D 
Stooop! Untuk sementara sekian dulu. Semua itu memang harus dikenal, dihafal demi harga diri dan testing di Surga. Nah, jadi kesimpulannya, pendapat saya tadiBenar, sebabBanyak yang setuju, kalau perlu kami dapat mengutip kata-kata mereka sebagaiArgumentasi.Bagaimana, Saudara?

A 
Ah! Itu salah! Itu salah! Itu tadi salah.

H 
Waduh-waduh ! Hei!

SMA
Hei!

H 
Amboi!

SMA  
Amboi!

H 
Fui!

SMA 
Fui!

H 
La la la!

SMA 
La la la!

H 
Li li li!

SMA 
Lili li!

H 
He he he!

SMA 
He he he!

H 
Ohuk ohuk!

SMA 
Ohuk ohuk!

A 
Hea-hei-hea-hei-heah! Hea-hei-hea-heah! Heahei-hea-heah. Itu salah! itu salah! Itu salah!Ampuuun! Itu salah!

Semua terdiam oleh teriakan yang membelah itu.

A 
YangBenar orang yakin itu harusBertanya pada orangBingung. Sebab orangBingung ituArtinya menemukan persoalan, menghadapi persoalan. Ia hidup! sedang orang yang tidakBingung, seperti kau, kau, kau, dan kauAdalah orang yang tidak menghadapi masalah lagi.Kalian hanya menghanyutkan diri pada kepercayaan, keyakinan denganAman dan tenteram, tanpa pikiran, tanpa masalah, tanpa hidup lagi. Sebenarnyalah kalian itu meyakini suatu kebingungan! Pikiran-pikiran, prasangka-prasangka, tujuan-tujuan semu, harapan- harapan kabur, semua ituAdalah ujud kebingungan-kebingungan yang disemarkan ke dalam keyakinan!Camkan!

(Orang-orang itu mulaiBergerak lagi, salingBerbisik, ngomong lagi)

I 
Wah! Kok seperti pak guru, ya!?

J 
O,Barangkali memangCalon guru. Lihat saja potongannya!

K 
Bukan. Saya jelas-jelas tahu, sebenarnya dia itu pensiunan guru. Lihat saja gerak-geriknya, kan tampak? !

L 
Tapi, ini lho, kata-katanya tadiApa, ya,Benar?!

M 
BarangkaliBenar!

N 
Memang kalau ditinjau dari sudut sini,AgaknyaBenar. Dari sudut situ entah.Coba saja...!

E 
Kalau sayaCuman kepinginBilangBohong!

F 
Iya,Bohong!

G 
Bohong!

H 
Iya, saya kira jugaBohong saja!

I 
Ah, masak iya?!

J 
Coba, diingat-ingat lagi,Cocokkan dengan keterangan-keterangan lain. Nanti tahu- tahu...Cekcek-cek....Benar? Kan nggak enak kita!

K 
Ya, setelah saya renungkan, diaBenar!

L 
Jadi enaknya, diaBenar saja?Apa gimana?

M 
Gimana pertimbangan teman-teman?
 
N 
Benar dah.

E 
Bohong!

F 
Benar!

G 
Bohong!

D 
Ya, jelasBohong dia! Saya tegaskan sekali lagi, setelah melihat ini, melihat ini, melihat itu, menimbang sana, menimbang sini, kami memutuskan diaBohong! Dan demi persatuan ini harus diterima dengan suka rela! Nah, Saudara-saudara, jawab ke mana tujuan kita semua?

SMA 
Ke Surgaaaaa!

D 
Surga itu letaknya di mana?

SMA 
Jaaauuuuuh!

D 
Jalan mana yang harus kita tempuh?

SMA 
Jalan kebenaran!

D 
Kebenaran ituArahnya mana, Saudara?

SMA 
Arah kanaaaan!

D 
Na,Bagaimana SaudaraBingung? Lihatlah, kami punya keyakinan yang teguh dan pastiBukan?

A 
mungkin!

D 
Mungkin?

A 
Begini, saya mau tanya pada Saudara-saudara masing-masing sebagai pribadi. Kata orang Surga itu letaknya jauh, kata orang kita harus lewat jalan kebenaran, kata orang kebenaran itu kanan. Nah! Menurut Saudara, mana kebenaran itu? ManaArah kanan itu?

(Orang-orang itu menunjukArah kanannxJa senvd; sendiri. Mereka jaxii riuh.Ada Uang menunjuk utara,Ada yang menunJuk timur,Barat, tenggara,Atas,Bawah, dan sebagainya.Ada juga yang samaArah yang ditunjuknya. Mereka yang sama menjadi satu karena itu. MerekaBerteriak-teriak saling mempengaruhi.)

H 
Sana! Sana, Pak!

I 
Kanan itu, sana, Om!

J 
Kita harus ke sana. Sana, Pak!

K 
Kanan itu sana, Om!

L 
Kita harus ke sana. kebenaran kita mesti ke sana!

M 
Jelas ke sana!

N 
Kukira sana!

E 
Kupikir ke sana!

F 
Kuduga ke sana!

G 
Kuharap ke sana!

H 
Ke sanaAku yakin , nih. Sana. Pasti! Poastiiiii!

D 
Hai, Saudara-saudara,. kanan itu sana! Nah, Saudara itu pintar!

I 
Bukan, toh!Bukan sana, tapi sana!

J 
Salah. (Tertawa) Masak ke sana. Sana! Kan kentara sekali?!

K 
Coba ingat-ingat, ke sana kan? Iya saja, ke sana!

L 
Maaf saja, kalau menurut saya, ke sana. Rasakan saja,Coba!

M 
Nggak! Mbok pakai otak! otak itu penting. Na, sana kan? Iya saja!

N 
Intuisi itu penting.Coba perhatikan. Kalian kan tahuAku punya ketajaman intuisi kan? Tenang, ya! Nah,... em, em, em, nah, sana! Sanalah kanan itu, sanalah kebenaran itu, yakinlah!

E 
Tolol semua! Salah semua! Kanan sana, mbok lihat sejarahnya!

F 
Wah, keliru juga,Bung, keyakinanmu. Menurut kitabBlanggentak-Blang-Blang karangan Profesor Doktor Pli-Plo-Wak,Ayat zazaza, halaman koplok,BabBabBibBub, kanan sana, mbok lihat sejarahnya.

G 
Jangan mau ditipu, jangan suka menipu, kanan itu sana!

H 
TakAda yangBenar! Sana sana sana sana sana itu hanyaAkan menuju ke Neraka! Kebenaran Surga harus lewat sana!

I 
Hai! Kubunuh kau jikaBanyak mulut! semua saja dengar! Sanalah yangBenar! sanalah satu-satunya kebenaran yang harus kita perjuangkanBersama!

SMA 
Aaaaa! Itu kan kamu! Pergi!

J 
Oh, Saudara-saudara yang terkasih, saya tahu hati Saudara gelisah. Tapi janganCemas demiCinta kasih sayaAkan menolong Saudara semua menuju Surga yang dijanjikan. Nah marilah kita ke sana

SMA 
Beeee! Itu kan kamu! Pergiiiiiii!

K 
Demi kemanisan, keluhuranBudi pekerti, keber sihan jiwa raga, ketertiban, perdamaian, kebaikan, kesopanan, keindahan, kebudayaan dan kemajuan maka dengan kehendakBaik dan sadar, mari ke sana

SMA 
Ceeeee! Itu kan kamu! Pergiiiiii!

L 
Terima kasih, Saudara. Memang sepantasnya mereka kita tolak. Sebab,Bukankah kita manusia harus gini, gini, gini, dan gini?Bukankah kita manusiaAbad ini harus demikian, demikian, dan demikian?Bukankah kita generasi kini harusA,B,C, d, e, f, g, dan seterusnya?Bukankah kita sebagai warga negara harusBub,Bib,Bab,Bob?Bukankah kita sebagaiAnu harusAnu,Anu,Anu,Anu, danAnu? Sebab itu kita harus ke sana!

SMA 
Deeeee! Itu kan kamuuuuu! Pergiiiii!
 - 
Menurut profesor doktorAnu danBuku....

SMA 
Eeeeee! Latah! Pergiiiiii!

D 
Stoooop! (Membunyikan peluit)Akhirnya saya terpaksaBertindak tegas. Siapa pun juga, kapan pun juga,Bagaimana pun juga, di mana pun juga tidakBolehBertindak sendiri-sendiri. Demi kestabilan rohani dan jasmani, demi keharmonisan duniaAkhirat, maka semua saja tidakBoleh tidak harus ke sana! Siapa menentangAkan ditindak tegas.Tahu?!

SMA
Diam kau!

Sepi sesaat.
Terdengar musik duka penyesalan. Orang-orang itu menunduk. Mereka salingBerjabat tangan. Kemudian melangkah keArah masing-masing

Tidak ada komentar:

Posting Komentar