Fragmen
TERBELENGGU
Karya : Adjim Aridjadi
Para Pemain :
AYAH
IBU
NORA
POLISI
LASTARI
NASKAH STUDI AKTING
Banjarmasin, 09 Februari 1983
|
Sebuah Fragmen TERBELENGGU
Karya: ADJIM ARIDYADI
Dalam
sebuah ruang tengah yang cukup mewah. Ada
dua pintu yang menghubungkan ruang lain dan kehalaman luar. Satu perangkat
kursi tamu dan satu kursi goyang dekat jam dinding.
SEORANG
IBU TIDUR TERLENA DI KURSI GOYANG.
JAM
BERBUNYI 12 KALI.
SEORANG
AYAH MUNCUL DARI RUANG DALAM DALAM PAKAIAN TIDUR.
SI
AYAH TERUS SAJA MENENGOK KAMAR TIDUR ANAK-ANAKNYA, KEMUDIAN IA BURU-BURU
MEMBANGUNKAN SI IBU YANG TERTIDUR DI KURSI GOYANG.
Ayah : (MEMBANGUNKAN IBU) Bu, hei, bangun.
Ibu : (MENGGELIAT SAJA)
Ayah : Astaga ? Hei, Bangun.
Ibu : Ada
apa pak ? (DENGAN RASA MALAS)
Ayah : Katanya giliran jaga. Mana mereka, mana ?
Ibu : Siapa ?
Ayah : Kurang ajar ! Masih juga bertanya ! Kemana mereka pergi ?
Ibu : Siapa yang pergi ?
Ayah : Lihat di kamar tidurnya. Dan lihat pintu itu.
Ibu : Asstgfirullah. Bangsat. Kurang ajar. Sundal !
Ayah : Yah. Menyumpahlah terus. Kalau anakmu itu seperti sundal, lalu
engkau ibunya, apa nama nya ?
Ibu : Mh! Maunya bertengkar saja. Yang penting bagi kita adalah
mencarinya!
Ayah : Apa! Malam-malam begini, kau suruh aku mencarinya ? ini adalh
tugas yang berjaga !
Ibu : Kau kira, mereka itu Cuma anak ku sendiri ?
Ayah : Kalau begitu telepon polisi. Beri mereka uang. Perintahkan
mereka untuk mencarinya.
Ibu : Pak. Mereka adalah anak-anak kita dan kejadian ini masih
dalam rahasia rumah tangga. Kenapa mesti memberi tahu polisi ?
Ayah : (LANGSUNG AMBIL GAGANG TELPON) hallo, ya…hallo. Selamat malam……
apakah benar di situ POS SEKTOR POLISI KECAMATAN ?......... terimakasih……..
begini pak…….. ya……. O, disini, nomor 68007. jalan james bond…….. apa ? ……oh,
bukan. Jangan main-main pak. Saya bukan rooger more. Ini serius pak. Ya……..
apa? E, begini pak polisi. Dua orang anak gadis saya hilang…. Apa?..... oh,
bukan. Bukan di curio rang. Tapi mereka pergi malam-malam, tanpa ijin kami
orang tuanya…… tentu…. Ya? Hallo……. Begitu? Itu baik sekali pak. Silahkan ……..
(TIBA-TIBA KEDUA PUTERI NYA MUNCUL, SI AYAH MENYUMPAH SEDANG HUBUNGAN TELEPON
BELUM PUTUS).
Bangsat ! jahannam ! (BARU SADAR KATA KATA ITU SAMPAI
KETELINGA POLISI) oh, maaf pak. Saya bukannya…….. yah. Maaf pak. (MELETAKAN
GAGANG TELEPON DENGAN CEPAT) kurang ajar. Anak jadah!
Ibu : Sudahlah pak. Yang penting mereka sudah kembli.
Ayah : Semua ini gara-gara engku sendiri. Salah didik!
Ibu : (EMOSI) apa? Salahku? Akusalah didik?
Ayah : yah!
Ibu : Lastari, nora, ayoh masuk kamar tidur. Ayahmu harus ku hajar
sekarang juga. Harus ku beri pelajaran dia agar menjadi ayah yang baik.
Lastari : Ibu. Tak baik rebut-ribut tengah malm begini.
Nora : Betul, yah. Nanti orang bilang, keluarga kita tak bermoral. Tak
berpendidikan.
Ayah : Kurang ajar! Masih saja menasehati orang tua? Semua ini
gara-gara kamu dan kamu dan ibu mu itu!
Ibu : Diam! Mau menang sendiri! Lastari, nora, masuk kamar kataku.
Ayah : Dasar perempuan. Bikin pusing otak laki-laki.
Ibu : Oh, kau salah kan
kaum perempuan hah? Kalau bukan karena engkau, anak-anak yang kau katakana
kurang ajar ini, tidak akan lahir ke muka bumi ini. Laki-laki maunya bikin anak
melulu, tapi tidak pernah berbuat baik terhadap anak-anak.
Ayah : Apakah kau kira, aku sebagai laki-laki tidak bias mendidik
anak-anak? Kalau saja tidak engku rusak system pendidikan ku, anak-anak kita
ini tidak akan jadi sundal bolong.
Lastari : Ayah menuduhku sundal bolong?
Nora : Saya tidak terima, saya akan adukan ayah
ke polisi. Saya merasa terhina.
# TERDENGAR KETUKAN DI DEPAN PINTU #
# TERDENGAR KETUKAN DI DEPAN PINTU #
Ibu :
Siapa ?
Polisi :
(SUARA DI LUAR) saya polisi.
Ibu :
Polisi?
Ayah :
Siapa yang panggil polisi?
Ibu :
mh. Masih saja bertanya.
Polisi :
(KEMBALI MENGETUK PINTU) boleh saya masuk ?
Ayah :
Sebentar!
Ibu :
(SETENGAH BERBISIK) saya sudah sarankan agar urusan keluarga jangan di tangani
polisi. Memalukan.
Polisi :
(LEBIH KERAS MENGETUK PINTU)
Ibu :
Ya! Baik saya akan persilahkan polisi itu masuk. (SEGERA MENUJU PINTU)
Polisi :
Selamat malam.
Ibu :
Selamat malam. Silahkan masuk.
Polisi :
(BRADA DI RUANGAN TAMU. DI PANDANGIN SATU PERSATU DARI AYAH, IBU, KEMUDIAN NORA
DAN LASTARI)
Dan
kau berdua, memang betul tidak di rumah?
Lastari :
Betul pak.
Sedang
keluar.
Ayah :
Bukan main, jaman terlalu moderen, seorang anak sudah berani menuntut ayahnya
di depan pengadilan.
Nora :
Kata-kata ayah sangat menghina saya, kata-kata itu sama saja dengan memperkosa
kegadisan saya.
Ayah :
Percuma saja bangku sekolah, kalau tidak bias membedakan antara penghinaan
dengan pemerkosaan. Memperkosa itu adalah merusak perawan perempuan, tahu?
Polisi : Kemana?
Lastari : Kami akan menghadapi ujian pak, oleh karena
itu, kami harus belajar bersama-sama teman.
Polisi : Di mana?
Lastari : Di rumah teman.
Polisi : Dan tidak memberi tahu orang tua?
Nora : Untuk apa?
Polisi : Untuk apa? Begitu jawaban adik? Orang tua,
adalah pengasuh mu, pendidik dan bertanggung jawab dalam segala hal.
Nora : Tapi, bila minta ijin pasti tidak akan di ijinkan pak.
Polisi : Tidak mungkin, untuk tujuan baik, orang tua
pasti mengijinkan. Tapi apa benar, ibu melarang anak-anak keluar rumah?
Ibu : Tiap malam saya harus jadi polisi seperti bapak, harus jaga
dan sampai tertidur di kursi.
Polisi : Jaga dan tidur di kursi? Maksudnya menunggu
anak-anak pulang dari belajar malam hari?
Nora : Bukan pak, ibu harus berjaga di kursi itu untuk menjaga kami
jangn sampai keluar malam.
Lastri : Kami harus pergi dengan diam-diam. Kalau
tidak, kami tidak di bolehkan pergi selai pergi kesekolah.
Nora : Kami seperti di penjarakan di rumah ini pak. Tidak boleh bergaul
di luar rumah, tidak boleh ikut kegiatan di luar sekolah.
Ibu : Dan saya ibunya, harus berjaga tiap malam.
Nora : Dan bapak seenaknya main perempuan di night club.
Ayah : (TERPERANJAT) kurang ajar!
Polisi : Apa benar pak?
Ayah : Saya sudah bosan tinggal di rumah ini.
Ibu : Juga aku, ibu anak-anak, merasa tak sanggup di permainkan
seperti murahan malam ini juga. Yah. Malam ini juga aku minta cerai, dan aku
mau meninggalkan rumah mereka ini.
Nora : Aku mau ikut bu?
Lastari : Akhirnya kita terpecah berkeping-keping.
Tidakkah bias di beri jalan keluar yang baik?
Ibu : Tidak bias. Aku minta cerai. Dan kau lastari, silahkan, mau
ikut ibu mu atau ikut ayahmu yang jahanam itu?
Polisi : Begini saja, apakah bapak mau mengakui
kesalahan bapak?..........
Ayah : Saya merasa bersalah. Dan saya minta maaf pada ibu, pada isteri
dan pada nora.
Polisi : Nah, kalau begitu selesailah sudah. Kalian
harus menerimanya. Kita sebagai umat beragama harus siap memaafkan kesalahan
sesamanya. Lebih-lebih yang meminta maaf itu adalah dari kalangan keluarga.
Tuhan maha pemurah, penyayang dan maha pemaaf. Ibu mau memaafkan suami ibu?
Ibu : Hati ku panas seperti kena bara.
Ayah : Ibu, aku memang salah, maafkanlah bu…….lastri, nora, maafkanlah
ayah.
Polisi : Nah. Untuk kelanjutan dari penyelesaian
ini, saya serahkan saja kepada kalian. Inilah puncak dari sikap satu keluarga
yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak. Keselamatan rumah tangga kalian ini,
terletak pada kalian sendiri. Kuncinya adalah saling memaafkan. dan
penyelesaian ini bukan tugas saya. Saya harus kembali ke pos penjagaan, selamat
malam.
(POLISI KELUAR)
Ibu : (FAUZE) lastri….. nora …… kalian boleh pilih, ibu atau ayah
yang kalian pilih, harus kalian dekati………….(FAUZE)
Nora : Saya pilih ibu (MENRANGKUL IBU)
Ayah : dan aku? …………….…….(FAUZE) kalau begitu, aku juga, ikut ibumu
(MENDEKATI).
Ibu : (MENJAUH BERSAMA ANAK-ANAK) Engkau sudah ku maafkan.
Nora : Aku juga memaafkannya bu?
Lastri : Semua kita memaafkannya.
Ayah : Terimalah kehadiran ku kembali. Aku bersumpah tidak akan berlaku
kejam terhadap kalian. Apa saja kehendak kalian untuk semua kegiatan yang
bertujuan baik akan ku ijinkan. Dan kesalahan ku kepada ibu, akan ku perbaiki,
aku tidak akan melakukannya.
Ibu : Kesalahan adalah kesalahan, dan dosa tetap dosa, sekali pun tuhan
tetap memberi ampun. Juga kesalahan terhadap sesama. Aku memaafkannya. Tapi
sebagai imbalannya, ayah kalian akan ku hukum sendiri di kamrnya selama enam
bulan tahanan. Lastri, nora. Mari tidur.
(SEMUANYA MASUK)
Ayah : (TINGGAL SENDIRI) perempuan. Selalu mau menang sendiri. Kalau
bukan perempuan, otak laki-laki ini tidak akan berputar, oh tuhan, kenapa kau
mesti hadirkan perempuan di muka bumi ini?
TAMAT…………
Banjarmasin, 9 Februari 1983.
ADJIM
ARIJADI
Sanggar
budaya kalsel
Fragmen
dalam studi acting
Tidak ada komentar:
Posting Komentar