Ruang tamu sebuah rumah dari keluarga berada.
Ada seperangkat korsi tamu, meja telepon terletak disudut ruang agak
belakang. Muncul seorang ibu dengan tampang seorang pengusaha dengan menjinjing
tas kerja. Ketika ia berada dimuara pintu depan ia terhenti, kemudian menoleh
pada sebuah photo 8R yang terletak di meja telepon. Diamblnya photo itu,
kemudian dilapnya kaca dan bingkai yang berdebu tersebut. Kemudian ia taruh
kembali setelah dipandangnya dengan penuh perasaan. Photo itu ialah photo
suaminya. Kemudian dia panggil pembantunya yang mungkin sedang kerja didapur.
Ibu :
Sum! Suuum! Sumi!
Sumi : (Di dalam)Ya, nyonya….(muncul) ada apa nyonya?
Ibu :
Kamu sedang apa?
Sumi : Ya, biasa nyonya
Ibu :
Dan ini (setelah mengambil uang lalu menyerahkannya kepada sumi) untuk
berbelanja. Coba kau sebutkan menu hari ini
Sumi : Hari ini, hari…WADUH . hari ini hari bermacam
selera
Ibu :
Apa saja. Apa cukup uang itu?
Sumi : Sebentar. Untuk Halidah yang sekarang masih sibuk
dikampus, memilih menu…..(SEBUT SENDIRI) Si Rawiyah yang sedang belajar di
kelas SMA, menuntut menu….(Sebut Sendiri)
Dan bapak lebih berselera makannya, bila dimasakkan lauk….(Sebut
Sendiri) buat ibu sendiri.
Ibu :
Aku tidak usah kau pikirkan, aku akan makan diluar
Sumi : Sedang buat saya?
Ibu :
Beli saja tahu, tempe,
petei dan kangkung
Sumi : Kenapa petei Nya?
Ibu :
Kan baik
untuk orang yang sulit tidur
Sumi : lantas kalau bapak datang, dan menunggu ibu mau
makan bersama, bagaimana Nya?
Ibu :
Makanya kuminta agar bapak meneleponku, bila bapak pulang dari kantornya.
Sumi : Dan bila bapak tidak pulang?
Ibu :
Apa yang kamu pusingkan? Apakah bapak pulang atau tidak, yang penting harus
kamu siapkan makan buat bapak.
Sumi : Kalau bapak tidak pulang. Berarti dua orang yang
tidak akan makan di rumah. Dan uang belanja hari ini, biar saya gunakan untuk
beli ayam Kentucky.
Ibu :
Kok ayam kentucky?
Buat siapa?
Sumi : Ya, buat saya, Nya.
Ibu :
Tak suka tahu dan tempe?
Tak mau makan dengan sayur petei dan kangkung?
Sumi : Bukan tak mau Nya. Tapi, untuk peningkatan mutu
Ibu :
Tahu dengan mutu segala. Tahu, tempe, petei dan
kangkung jauh lebih bermutu dibandingkan dengan ayam goreng Kentucky. Sudah, sana pergi ke pasar
Sumi : Mana mungkin pergi sekarang Nya. Lantai dapur belum
disikat, ruang tamu belum ditata rapi, cuci piring, cuci pakaian dan setrika,
juga belum dibereskan. Belum lagi kamar tidur , kompor harus diservice, potong
rumput, itu ini…… wadduh. Mana mungkin Nya. Kalau begini keadaannya, saya mohon
berhenti Nya.
Ibu :
eeee…tidak keliru nih? Kamu ngomong apa?
Sumi : Mohon berhenti Nya
Ibu :
Apa? Berhenti?
Sumi : Ya, Nyonya
Ibu :
Kenapa bisa-bisa jadi begini sum. Semestinya kamu pakai tata cara yang benar.
Majukan permohonan, paling tidak satu bulan sebelumnya. Jangan mendadak seperti
ini. Kamu kan
tahu, aku selalu sibuk. Dan kesibukanku justeru untuk membantu bapak dan
mensejahterakan anak-anak, juga termasuk kamu.
Kamu tiba-tiba mau berhenti. Kan menyusahkan ibu? Apakah karena gajihmu
kurang memuaskan? Baik akan kuberi tambahan uang ekstra Rp. 15.000,- sebulan.
Artinya gajihmu menjadi seratus lima
ribu rupiah
Sumi : Terimakasih Nynya. Tapi bukan itu yang menjadi
sebab saya mau berhenti
Ibu :
lantas soal apa?
Sumi : Soal kesempatan.
Ibu :
Kesempatan? Kesempatan apa?
Sumi : Menghibur diri. Nonton dibioskop misalnya .
Ibu :
Cuma itu? Boleh saja. Dan dengan tambahan uang lima belas ribu itu, kamu bisa menghiur diri
entah mau nonton, entah piknik
Sumi : Bukan itu saja Nya.
Ibu :
Kok, macam-macam. Apalagi?
Sumi : Ikut arisan dan yasinan Nyonya
Ibu :
Wah, itu sangat bagus sekali. Ibu sangat setuju. Dan tolong juga, kau wakili
ibu dalam kegiatan-kegiatan dikampung.
Sumi : Oh, nyonya benar-benar baik
Ibu :
Apalagi?
Sumi : Ada
satu lagi, Nyonya….mengenai penampilan saya. Misalnya, baju, kerudung, kain,
dan..perhiasan.
Ibu :
(MENARIK NAFAS PANJANG) sum, sum… penampilan segala… baiklah kalau memang itu
maumu. Ibu akan berikan semua itu. Dan kamu boleh pilih pakaianku yang ada di lemari.
Kamu boleh pilih, sesuai selera kamu
Sumi : Nyonya benar-benar majikan yang menyenangkan
Ibu :
Sudah cukup?
Sumi : lalu mengenai salon?
Ibu :
Buat apa?
Sumi : Buat potong rambut dan cuci muka( TAMPAK GENIT)
Ibu :
(MENGGELENGKAN KEPALA LALU TERSENYUM) ada apa sebenarnya Sum?
Halidah : (MUCUL DAN SEBELUMNYA MEMBERI SALAM) Assalammualaikum?
Ibu : (BERSAMA SUMI) Wa’alikum salam. Batal
kuliahnya?
Halidah : Cuma periksa hasil ujian Negara
Ibu :
Lulus?
Halidah : Baru sebahagian yang diumumkan. Alhamdulillah nilainya
semua B.
Ibu :
kalau kamu dapat menghabiskannya tahun ini, ibu akan beri hadiah yang
mengejutkan. Nah, kebetulan Halidah sudah ada dirumah. Halidah bantu Sumi
memilih pakaianku yang ada di almari. Dan ini uang, nanti kamu belikan
perhiasan.
Halidah : Ada
angin baik rupanya. Sum, kamu mimpi apa tadi malam
Sumi : Saya pikir Nya, perhiasan itu tak usah dibeli.
Lebih baik memakai yang punya ibu saja
Halidah : Bagaimana kamu itu sum. Perhiasan ibu kan mahal-mahal. Tak ada emasnya yang
sedikit. Permatanya kan
semua berlian.
Sumi : itu lebih bagus Nya.
Ibu : Sudah-sudah. Halidah kamu ambilkan saja gelang,
liontin, dan cincin itu, buat Sumi.
Halidah : Aku tidak
mengerti, kenapa ibu begitu memanjakan Sumi?
Sumi : Ini bukan memanjakanku. Tapi untuk sekedar
meyakinkan masyarakat, bahwa Nyonya Dermawan, ibu nona sendiri yang dikenal
sebagai pengusha sukses, sekalipun orang
pada tahu, bahwa tuan Dermawan ayah nona, cuma seorang pegawai biasa, telah
berhasil meningkatkan kuwalitet seorang wanita dari kalangan babu semacam saya.
Ibu :
Ibu pikir, tidak ada yang diperlukan lagi kan?
Sumi : Masih ada satu lagi Nyonya.
Ibu :
Kalau memang ada, lain kali kita bicarakan. Aku sudah terlambat.
Sumi : Tapi ini demi kepentingan ibu sendiri kok.
Halidah : Sumi, ingat. Kamu sendiri punya tugas pokok. Dan ibuku
punya tugas penting yang harus dikerjakan.
Ibu :
Betul. Apa yang dikatakan Halidah memang betul. Kamu harus disiplin. Nah, aku
pergi.
Sumi : Sebentar, Nya
Ibu :
Aduh. Ada apa
pembantuku yang baik?
Halidah : Ibu sih terlalu lunak.
Ibu :
Baik akan ku dengarkan. Demi aspirasi seorang pembantu rumah tangga. Ada apa lagi Sumiku
sayang?
Sumi : Begini
Nyonya. Agar urusan rumah tangga bisa licin dan tampak berbobot……maka saya
usulkan agar nyonya menambah tenaga pembantu di rumah ini.
Ibu :
(KEMBALI MENARIK NAFAS PANJANG DAN AGAK JENGKEL). Baik-baik. Kau atur saja
berapa orang maumu.
Halidah : Sudahlah sum. Soal pembantu tidak usah dipikirkan. Aku kan sudah banyak waktu
lowong. Tentunya aku bisa membantumu.
Sumi : Mana mungkin, nona akan menjadi pembantu saya.
Memangnya saya ini boss Nona? Dan agak lucu, bila saya pada suatu saat
memerintah nona. Itu melanggar kode etik.
Halidah : Kamu kurang mengerti Sum. Masalahnya apabila kita
menambah tenaga pembantu, ini kan
menjadi beban berat bagi ayahku. Berapa
sih gajih ayahku.
Ibu :
Halidah. Soal gajih ayahmu jangan bikin kepalamu pusing. Sudah biarkan saja
usulnya si Sumi kita terima. Kepadamu Sum, kupercayakan untuk menambah, berapa
maumu, terserah. Nah, ibu harus pergi sekarang.(DENGAN BERGEGAS IBU PERGI).
Sumi : Ibu nona betul-betul seorang yang hebat. Bisa
membangun rumah gedung. Punya mobil. Dan sebentar lagi akan punya banyak
pembantu. Ini mengagumkan sekali.
Halidah : Iya ya . kalau dipikir-pikir, kita ini sudah menjadi
keluarga yang hebat.
Sumi : Betul nona. Dan nanti, saya usulkan juga, agar ibu
membuat gardu penjagaan, kemudian mengajih beberapa polisi untuk tugas piket.
Dan, saya akan mengatur jam tamu. Tidak semua orang boleh menamu kerumah ini.
Halidah : Dan aku sebentar lagi akan menjadi seorang sarjana.
Sumi : Dan mas kawin buat nona akan bisa lebih mahal
lagi.kalau boleh saya sarankan, agar
nona memilih suami yang pedagang saja. Jangan seperti bapak, gajihnya
sedikit.
Halidah : Sssst. Jangan menghina ayahku. Biar gajih ayahku
sedikit, tapi isa dimaklumi oleh ibu.
Sumi : Dan kalau ibu tidak berwiraswasta, saya berani
bertaruh, bapak akan menjadi seorang kouptor.
Halidah : Menghina ayahku lagi, ya.
Hei, Sum sudah jam berapa?
Sumi : Astagfirullah. Sudah siang. Bagaimana kalau nona
Halidah yang pergi kepasar?
Halidah : Memerintah ya!
Rawiyah : (MASUK DENGAN MUKA MASAM) hei Sum; sudah kau masak lauk
paukku untuk hari ini. Kamu tidak lupa bukan dengan cap cai dan ayam Kentucky? (TERUS
KEDALAM)
Sumi : Bagaimana saya harus menjawabnya non Halidah?
Rawiyah : (MUNCUL LAGI DENGAN BERKIPAS DAN DUDUK DI KORSI) panasnya
bukan main dan lapar lagi!
Sumi : Non….Nona Rawiyah…E…Lapar Ya?
Rawiyah : Tak usah tanya!
Sumi : (AGAK GUGUP DAN
TAKUT) Non…Nona Rawiyah, sudah pulang ya.
Rawiyah : Apa kamu buta ha! Ini siapa! Apa kau anggap aku ini sapi?
Ini aku. Aku sudah datang! Ko masih tanya, apa sudah pulang segala! Apa maksudmu
dengan pertanyaan seperti itu!
Sumi : (TERGAGAP-GAGAP) Maksud saya…e..e…maksud
saya…maksud Sumi, kenapa engkau bisa cepat pulang. Apa sakit, apa memang
membolos sekolah?!
Rawiyah : (BANGKIT DAN MARAH PADA SUMI) jadi kamu menuduh aku bolos
sekolah?!
Sumi : Tidak. Biar
disambar petir, saya tidak bilang begitu.
Rawiyah : Pembantu apa kamu itu. Semakin hari, semakin goblok! Sana, kedapur. Siapkan makananku!
Halidah : Rawiyah, sabar sedikit. Ibu baru saja pergi dan baru
berikan uang. Sekarang Sumi baru akan ke pasar.
Rawiyah : Apa? Baru akan kepasar? Mau apa sudah siang begini. Mana
uang itu….mari, serahkan padaku!
Sumi : Ini non…..(MENYERAHKANNYA) dan hendaklah nona
Rawiyah ketahui, bahwa saya mau berhenti. Tapi ibu nona melarangnya. Saya
benar-bernar tak sanggup bekerja di rumah ini.
Halidah : Sudahlah. Ibukan sudah setuju, kalau lita harus menambah
tenaga pembantu, di rumah ini. Berapa
orang diperlukan, Sumi sendiri yang tahu. Sumi bebas mencarinya berapa orang
maunya.
Sumi : Nah, begitu maksudnya. Jadi saya mau cari tambahan
tenaga pembantu.
Rawiyah : Carikan satu orang. khusus buat saya. Dan uang ini akan
kupakai sendiri. Hari ini tak usah belanja. Tak usah memasak. Buat apa? Ayah
dan ibu sendiri jarang mau makan di rumah. Dan aku sendiri akan makan
direstoran. (PERGI)
TELEPON BERDERING:
Sumi : (MENGAMBIL GAGANG TELEPON DAN MEMASANG
KETELINGANYA) hallo…ya, betul…disana siapa?...Ha! siapa! Oooo, tuan…betul
disini saya. Ya , saya….iya saya!....Ha…! oh, maaf….maksud saya, ya saya Sumi….Bagaimana?...(KEPADA
HALIDAH)sssssst….Non ini dari ayah non.(MENYERAHKAN GAGANG TELEPON KEPADA
HALIDAH)
Halidah : Hallo…Saya, Halidah…ya..Apa?...ayah tidak sempat
pulang…lebih baik ayah sendiri yang telepon kekantor ibu…apa?...ibu tidak ada
ditempat?....baik-baik.(MELETAKKAN GAGANG TELEPON)
Sumi : Ayah non tidak akan makan dirumahkan?....saya sudah
menduganya.
Halidah : Artinya Cuma kita berdua yang berfikir untuk makan siang. Hei, Sum, kan barusan dikasih ibu
uang. Bagaimana kalau sama-sama ibu pergi ka restoran?
Sumi : Aduhh. Cocok sekali. Dan saya akan pilih pakaian
ibu yang terbaik. Mari non, tolong ambilkan.
BELL PINTU
Halidah : Sumi, ada tamu. Bukakan pintu dan persilakan tamu itu
masuk.
Sumi : Dan tolong persiapkan pakaian untuk saya non.
Halidah : Ya (MASUK KE KAMAR)
Sumi : (MENUJU PINTU DEPAN) O…, Nyonya…mari, silahkan
masuk.
Wanita 1 : (MASUK DENGAN SENYUM SINIS) Ini rumahnya tuan Dermawan
bukan?
Sumi : Betul nyonya, dan nyonya siapa?
Wanita 1 : Siapa? Saya? …apa perlu kau tahu? Kau kan pembantu rumah tangga ini?
Sumi : Itu betul. Tapi sudah naik jabatan menjadi kepala
biro.
Wanita 1 : Kepala Biro?....Kepala biro apa?!
Sumi : Kabirmahtang.
Wanita 1 : Kabirmahtang? Apa itu?
Sumi : Oh, saya kira nyonya seorang terpelajar. Tahu tahu.
Wanita 1 : Tahu tahu apa?...
Sumi : Oh tidak apa-apa. Jangan marah nyonya.
Wanita 1 : Kamu bilang saya buta huruf, Ha?!(MENGANCAM)
Sumi : (KETAKUTAN SAMBIL BERLARI DAN MEMANGGL HALIDAH) Non
Halidah (TERIAK)
Halidah : (MUNCUL DENGAN PAKAIAN BUAT SUMI. DISERAHKANNYA PAKAIAN
ITU PADA SUMI) Ada
apa Sumi…Ini cepat dandan ke dalam (SUMI MASUK KE DALAM) selamat siang….ibu
mencari siapa?
Wanita 1 : Ini rumahnya tuan Dermawan kan?
Halidah : Betul
Wanita 1 : Dan kamu siapa?
Halidah : Saya anaknya yang sulung.
Wanita 1 : O…Jadi ibumu sudah punya anak gadis yang sudah dewasa.
Sudah kawin?
Halidah : Belum. Barusan selesai ujian Negara.
Wanita 1 : Pantas sekali. Perawan tua. Belum laku kawin, ya?
Halidah : Apa sih hubungannya urusan ibu dengan pertanyaan itu?
Wanita 1 : Hubungannya erat sekali. Bagiku wanita yang sudah
melampaui umur 15 tahun dan belum juga kawin, itu berarti perempun itu tidak
laku kawin. Saya sendiri mejadi pengantin, ketika saya berumur 12 tahun.
Halidah : Kalau adat dikampung yang masih buta pengetahuan, memang
betul. Tapi kita sekarang ini di kota,
dimana Undang-Undang perkawinan menurut persyaratan umur bagi seorang wanita,
bila wanita itu mau menikah. Saya kira umur saya dua puluh empat tahun ini, masih
belum terlambat untuk kawin.
Wanita 1 : Lalu mengenai ibumu yang kukira sudah mencapai umur empat
puluh tahun itu, kok masih hilir mudik
cari suami.
Halidah : Apa yang ibu maksudkan menyinggung-nyinggung ibu saya?
Wanita 1 : Makanya saya mau bertemu dengan ibumu yang kurang ajar
itu!
Halidah : Hei, dengarkan. Kalau ibu ingin menjadi seorang tamu
yang terhormat, bicaralah dengan agak sopan.
Wanita 1 : saya datang cukup sopan. Kalau saya mau kurang ajar, rumah
ini sudah kuobrak-abrik.
Halidah : Lancang sekali! Tampaknya saja umur ibu sudah tua . tapi
nyatanya seorang ibu yang tidak bermutu. Lebih baik ibu tinggalkan rumahku ini,
sebelum saya bertindak lebih jauh.
Wanita 1 : Begitukah sikap seorang calon sarjana terhadap seorag tamu
yang datang dengan tanpa kekerasan? Jaga dong prestasi seorang wanita.
Lebih-lebih bagi seorang terpelajar seperti kamu.
Halidah : Yang buruk perangai itu siapa? Kalau boleh aku tahu?
Wanita 1 : Baik saya akan menjawabnya. Seorang wanita yang buruk
perangai itu, ialah yang menggunakan sebagian kekayaannya untuk memikat suami
orang. Dan orng yang buruk perangai itu, ialah wanita yang bernama SITI ROHANI,
yakni ibumu sendiri
Halidah : Kurang ajar?!
BELL PINTU BERBUNYI LAGI
Halidah : Masuk ! pintu tidak dikunci!
Wanita II : (MUNCUL DENGAN BERGEGAS) Hei Halidah. Memalukan! Aku juga
ikut malu!
Halidah : Ada
apa tante Mul. Dan bicaralah dengan tenang.
Wanita II : Sekali ini bukanlah lagi kabar bohong. Tapi mataku sediri
melihatnya. Ibumu. Astagfirulloh.
Halidah : Katakan terus terang,
ada apa dengan ibuku.
Wanita II : Si Bandot tua itu. Semua orang tahu, namanya Jeki Herman
Wanita I : Ada
apa dengan Jeki Herman. Dia suamiku.
Wanita II : Apa, sibandot tua itu suami nyonya?
Wanita I : Ya, dia suamiku. Kenapa. Ada apa dengan dia. Bermesraan? Masuk hotel,
atau….
Wanita II : Yah, suamimu main gila dengan kakakku Siti Rohani!
Wanita I : Ingat! Bukan suamiku yang bermain gila. Tapi Siti Rohani!
Halidah : Cukup! Kalian tidak berhak membicarakan ibuku di rumahku
ini.
Wanita lain : (DIPINTU LUAR) Assalammu’alaikum?
Halidah : Wa’alaikumussalam. Mari silahkan masuk
Wanita lain : Saya disuruh non Rawiyah kerumah ini. Katanya ibu rumah ini
mencari pembanturumah tangga.
Halidah : Maaf, datang saja besok. Saya lagi pusing
Wanita Lain : Berat… gubug saya jauh. Dan saya tak punya duit.
Sumi : (MUNCUL DEGAN DANDANAN YANG APIK DAN MEMUKAU)
Semua : (JADI TERCENGANG. WANTA I MENGIRA SI SUMI ADALAH YANG
PUNYA RUMAH).
Sumi : Halidah, siapa wanita yang tampak sakitan ini.
Halidah : Rawiyah meyuruhnya, untuk jadi pembantu.
Sumi : (MEMPERHATIKAN DENGAN LAGAK IBU PEJABAT) mau jadi
pembantu, ya?
Wanita lain : betul ndoro.
Sumi : Punya KTP
Wanita lain : Saya orang baru dikota ini ndoro. Pergi meninggalkan kampung,
Karena kampong kami rusak oleh banjir.
Sumi : Punya ijazah SMA?... maksud saya, surat tamat.
Wanita lain : Belum
Sumi : Surat
tamat SMP?
Wanita lain : Juga belum.
Sumi : Sudah tamat sekolah dasar…SD maksud saya.
Wanita lain : Saya tidak pernah masuk SD. Dulu sempat masuk SR tapi baru
sampai kelas tiga, saya dipaksa kawin oleh ibu saya. Lalu saya lari kekampung
lain dan ikut keluarga saya. Terus saya di sekolahkan di Darussalam sampai
kelas tiga Tsanawiyah.
Sumi : O, Jadi pinter baca Al Qur’an?
Wanita lain : Sudah empat kali tamat mengaji Al Qur’an
Sumi : Bagus, kamu punya prestasi yang baik. Coba kau
ambilkan disitu….sepatu beledru yang berornamen air guci dan yang pakai hak.
Itu disana…ya..ya..bawa kemari.
Wanita lain : (MENGAMBIL DENGAN GUGUP DAN MEMBAWANYA KETEMPAT SUMI DUDUK)
Sumi : Terimakasih.
Non Halidah…berikan kepada dianang buat beli sabun. Itu ambil uang, belikan sabun,
kemudian kau cepat kembali. Jangan lupa sabun mandi. Nanti kau kekamar mandi
lalu bersihkan seluruh badanmu. Sana.
Wanita lain : (PERGI DENGAN AGAK KIKUK)
Sumi : Hei, kalau sudah beli sabun mandi, cepat kembali dan
masuk saja lewat pintu belakang….Nah, satu persoalan sudah bisa diselesaikan.
Persoalan yang beerkaitan dengan usaha kita meningkatkan mutu seorang wanita,
sambil melatih diri wanita itu untuk menegakkan disiplin dalam rangka ia akan
memasuki kehidupan yang baru, yang kelak juga akan menjadi ibu rumah tangga.
Berikut, soal kedua. Apa Itu Halidah.
Halidah : Aku tidak ingin buka mulut dengan perempuan gila itu!
Wanita I : Saya tidak terima….!
Sumi : Ssssst….sabar. jangan emosi. Boleh bicara dengan
dada panas, tapi kepala tetap dingin. Tante Mul…ada keperluan apa?
Wanita II : Begini, suami perempuan itu, bukan lagi mata keranjang.
Tapi keranjangnya.
Wanita I : Apa!
Sumi : Diam! Ingat. Dari mula sudah saya katakan, bahwa
rumah ini, saya yang berkuasa.
Wanita I : Jadi…Jadi, memang kau orangnya. Kamu yang bernama Siti
Rohani itu?
Sumi : O.., sekarang sudah jelas persoalannya. Mau kenal
dengan orang yang bernama Siti Rohani? Bagus.
Ibu :
(DEGAN SECARA MENGAGETKAN MUNCULDARI PINTU DALAM) saya lah orang yang Bernama
Siti Rohani itu. Siapa orangnya yang ingin tahu saya.
Halidah : Ibu
Ibu :
Tak usah kaget Halidah. Ibumu keluar rumah, hanya berpura-pura. Mobilku pergi
hanya diisi oleh seorang supir. Sedang aku langsung masuk lewat taman belakang,
kemudian bekerja di kamarku sendiri. Ibu mendengar semua persoalan yang terjadi
diruangan ini. Jadi kamu isterinya Tuan Jeki Herman? Dan kau Mul juga
ikut-ikutan menybarkan isu tentang saudaramu. Sayang sekali, suamimu yang
begitu baik, kau ada-ada secara membabi buta, sehingga nama suamimu jadi
hancur. Mul, kamu barusan melihat aku dengan jeki Herman suami ibu ini?
Wanita II : Saya melihat, Tuan Jeki Herman di dalam mobilmu dan
disampingnya seorang wanita. Tentu saja wanita itu kukira kamu.
Ibu :
aku tidak mendustakan, kalau tuan Jeki Herman di dalam mobilku. Tapi wanita
yang disampingnya itu, bukan aku. Jadi kuminta agar ibu jangan meniup-niupkan
gossip yang berudara racun itu. Hati-hati sedikit
BELL TELEPHONE
Halidah : (MENERIMA TELEPHONE, KEUDIAN MENYERAHKAN PADA IBU)
Ibu : Hallo… Ya.. Saya Ibu Dermawan …Apa? .... Namanya?
.... Ya.. Ya… Sudah dibawa kerumah sakit. (DENGAN LEMAS IBU MELETAKKAN GAGANG
TELEPHONE)
Halidah : Ada
apa Bu?
Sumi : Ada
apa Nyoya?
Ibu :
Tidak apa-apa. Cuma terserempet. Bu (KEPADA WANITA I) lebih baik kita kerumah
sakit sekarang. Suami ibu sedikit cidera.
Wanita I : Kenapa suamiku
Ibu :
Ada kabar dari
kepolisian, mobil saya yang ditumpanginya bersama anak saya Rawiyah
terserempet. Tapi tak apa-apa. Cuma lecet.
Halidah : Bersama Rawiyah? Kenapa bersama Rawiyah.
Ibu :
Dari kamar ibu, tuan Jeki Herman telah kutelepon, agar membantu Rawiyah
menjemput lima
orang pembantu yang ada di Desa Mekar.
Halidah : Darimana ibu tahu
tempatnya Rawiyah.
Ibu :
Ibu tahu, dimana saja tempat ngelayapnya anak-anak ibu. Bukankah Rawiyah pergi
makan siang kerestoran?.... Ibu tahu, di restoran mana ia makan. Kan gampang dijemput
sopir.
Halidah : Dan kenapa mesti
dengan tuan Jeki Herman?
Wanita 1 : Yah, kenapa mesti
dengan suami saya?
Ibu : Pertanyaan yang bagus. Bertanya itu jauh lebih
bagus dibanding menduga yang bukan-bukan.
Kenapa
mesti dengan tuan Jeki Herman?
Kenapa
mesti dengan suami Ibu?
Untuk
Ibu wajar untuk menuduh saya dengan suami ibu, karena suami Ibu didalam mobil
saya. Dan lebih latah lagi adik saya Muliyani ikut menyebar fitnah, bahwa saya
Siti Rohani dengan mobilnya membawa laki-laki lain.
Perhatikanlah
Halidah. Ibu tidak akan pernah berbuat yang macam-macam melanggar etika dan
larangan agama. Jadi jangan buru-buru menuduh seseorang hanya karma mobil
pribadi orang itu.
Wanita 1 : sudahlah bu Rohani
jangan lagi diperpanjang persoalan ini. Saya terlalu gegabah dan cepat percaya
dengan kabar dan pembicaraan orang lain.
Halidah : Dan tante Mul
jangan cepat menyebar fitnah.
Sumi : Makanya kalau
mau jadi wanita yang berprestasi, jangan suka anjur antar pembicaraan orang.
Banganga dahulu hanyar baucap. Tabarusuk batis kawa dicabut, tapi tabarusuk
pander jadi kalahi.
Wanita 1 : saya minta maaf baik
kepada ibu maupun kepada anak ibu.
Sumi : Lihatlah
saya. Dengan penampilan saya yang keren ini, orang-orang akan yakin bahwa
sayalah yang wanita panutan.
Wanita 2 : Sumi, sumi, watak
dan kepribadian jangan dinilai dari kerennya busana. Biar kamu pakai perhiasan
emas dan berlian derajat kamu tetap saja seorang babu.
Sumi : Tapi tante
Mul.
(
Terdengar ketukan dipintu. Tiba-tiba muncul Rawiyah digandeng wanita lain yang
membawa kantung plastik yang berisi barang belanjaan. Semua kaget )
Ibu : Rawiyah ! ( Merangkuhnya )
Halidah : dik Rawiyah.
Ibu : Mana om Jeki Herman.
Rawiyah : Om
Jeki Herman dirumah sakit. Sopir dan om Jeki Herman harus di opnama.
Sumi : Mobil ibu?
Rawiyah : Karena ingin cepat
kedesa Mekar jemput pembantu. Di perempatan sopir melanggar rambu-rambu lampu
merah. Tentu saja mobilnya rusak parah.
Halidah : Orang yang
menabrak ibu harus mengganti.
Sumi : Biarkan mobil
rusak. Gampang beli yang baru.
Ibu : Ya, biarkan mobil. Yang penting kita segera
kerumah sakit.
Wanita 1 : Betul.
Ibu : Mari. (Buru-buru menuju pintu disusul wanita
1)
Sumi : Ibu. Saya
dengan dandanan seperti ini tidak pantas kerumah sakit. Sumi harus stand by
dirumah.
Ibu : Terserahmulah. Mari. (Pergilah ibu dengan
wanita 1)
Rawiyah : (Menuju kursi
digandeng orang lain)
Sumi : Alhamdulillah,
Rawiyah sudah punya pembantu sendiri.
Tinggal
pembantu untuk saya.
_________________________SELESAI_____________________
Banjarmasin, 3Desember 1989
Revisi, 21 april 2010
Yayasan sanggar Budaya
Kalimantan selatan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar